Sukses

Mencari Jejak MH370

Pencarian pesawat Malaysia Airlines Boeing 777 - 200ER yang telah hilang selama 2 hari sejak Sabtu 8 Maret sedikit memberikan harapan.

Liputan6.com, Hanoi - Pencarian pesawat Malaysia Airlines Boeing 777 - 200ER yang telah hilang selama 2 hari sejak Sabtu 8 Maret sedikit memberikan harapan. Titik terangkah? Berawal dari jejak penemuan tumpahan minyak di perairan Vietnam, lalu terlihat benda yang diduga pintu pesawat yang membawa 239 orang itu, sampai objek berwarna kuning di perairan Vietnam.

Meski otoritas Penerbangan Sipil Vietnam pada Minggu 9 Maret 2014 menyatakan, sudah terlalu gelap untuk memastikan benda itu bagian dari pesawat yang hilang. Oleh karena itu, penyelidikan akan kembali dilakukan pada pagi hari ketika lebih terang. Demikian yang dikutip dari laman Reuters, Senin (10/3/2014).

Tim pun masih melakukan penyelidikan terkait penampakan yang ditemukan sebuah pesawat yang terbang rendah pada Minggu 9 Maret di perairan Vietnam.

Tak berapa lama berselang, ditemukan obyek baru oleh tim pencari dari Angkatan Laut Vietnam yang mencari di wilayah perairannya. Yakni 'objek kuning'. Dari kejauhan, 'objek kuning' itu terlihat terombang-ambing di perairan tersebut. Diduga itu adalah perahu karet yang biasa digunakan untuk evakuasi darurat.

Reuters mengutip sumber senior yang terlibat dalam penyelidikan, yang menyatakan pencarian berfokus pada kemungkinan bahwa pesawat hancur di udara.

Dicari 8 Negara

"Sudah lebih dari 48 jam, sejak kami kehilangan kontak dengan penerbangan kami MH370 dari Kuala Lumpur ke Beijing," demikian ungkap pihak Malaysias Airlines dalam website resminya MalaysiaAirlines.com seperti dikutip Liputan6.com.

Bermacam bala bantuan telah dikerahkan oleh maskapai penerbangan Malaysisa Airlines itu. Sejauh ini, sudah ada 8 negara yang ikut serta dalam upaya pencarian pesawat tersebut.

Departemen Penerbangan Sipil Malaysia (DCA), telah mengkonfirmasi, bahwa tim pencarian dan penyelamatan dari Australia, China, Thailand, Indonesia, Singapura, Vietnam, Filipina dan Amerika Serikat telah datang untuk membantu. "Kami berterima kasih atas upaya ini," tambah pihak maskapai.

TNI Angkatan Udara Indonesia Senin pagi mengirim Pesawat intai B-737 callsign AI-7303 Skadron Udara 5 Lanud Hasanuddin Makassar. Tak mau ketinggalan, Amerika Serikat juga turut mengirimkan 2 kapal.

Australia mengirimkan pesawat RAAF AP-3C  pada Minggu 9 Maret malam, dan pesawat kedua meninggalkan Darwin pada 08.30 pada hari Senin. Lalu Angkatan Laut Singapura The atau Republic of Singapore Navy (RSN) mengirimkan armada angkatan laut yang terdiri dari beberapa kapal selam dan helikopter.

Malaysia dan Vietnam pun menggelar operasi gabungan untuk melakukan pencarian dan penyelamatan. Sedangkan China dan Filipina masing-masing mengirim kapal ke Laut China Selatan untuk melakukan proses pencarian.

Informasi pencarian pun tak hanya melalui situs resmi maskapai asal Negeri Jiran itu. Tapi juga melalui Twitter @MAS. Melalui akun @MAS itu, diberitahukan update upaya pencarian dan penyelamatan yang dilakukan oleh pihak Malaysia Airlines. Bahkan kini tak ada lagi promosi iklan di akun Twitter tersebut.

Menurut SBY, hilangnya maskapai di atas perairan Laut China Selatan di wilayah Vietnam dapat mendamaikan konflik di Laut China Selatan. "Semoga momentum ini bisa digunakan untuk kedepankan persamaan, perdamaian, dan kerjasama di kawasan China Selatan untuk misi kemanusiaan," ucap SBY.

Berharap di Penang dan Andaman

5 Kapal perang TNI Angkatan Laut dikerahkan untuk mencari pesawat Malaysia Airlines yang hilang sejak Sabtu 8 Maret 2014 lalu. 1 Pesawat intai maritim juga dikerahkan.

"TNI AL mengikuti prosedur yang telah ditunjuk oleh AL Malaysia, TNI AL mendapat sektor pencarian di Selat Malaka di wilayah Pulau Penang bersama Angkatan Laut Malaysia," kata Kepala Staf TNI AL (KSAL) Laksamana TNI Marsetio di Pangkalan TNI AL Armada Timur (Armatim), Surabaya, Jawa Timur.

Lalu Angkatan laut Vietnam tiba-tiba merubah haluan pencarian. Bukan di sekitar 80 kilometer (50 mil) arah barat daya dari Tho Chu Island di Vietnam, di mana posisi obyek putih itu dilaporkan terlihat. Melainkan berbelok ke Laut Andaman.

"Jauh dari Teluk Thailand dan Laut Cina Selatan," ujar Angkatan Laut Thailand Laksamana Karn Dee - ubon pada Minggu 9 Maret, seperti dikutip Liputan6.com dari Free Malaysia Today.

Misteri Penumpang `Gelap`

Siapapun mereka sebenarnya, dua penumpang 'gelap' Malaysia Airlines MH370 yang menggunakan paspor warga Italia, Luigi Maraldi dan warga Austria, Christian Kozel, tak berencana untuk pulang ke 'negeri asalnya'.

Data perjalanan menyebut, dua pria diduga asal Asia tersebut membeli tiket secara bersamaan di Phuket, Thailand. Mereka naik pesawat bareng dari Kuala Lumpur sebelum transit di Beijing, dengan tujuan Amsterdam. Baru kemudian mereka berpisah arah.

Perdana Menteri (PM) Malaysia Datuk Seri Najib Tun Razak angkat bicara terkait insiden nahas yang menimpa pesawat MH370, dan menyatakan bahwa semua prosedur keamanan perjalanan udara di Bandara Malaysia akan ditinjau. Terlebih setelah ditemukan 2 penumpang 'gelap' di pesawat tersebut.

"Protokol keamanan udara akan ditingkatkan, jika benar-benar diperlukan," ujar Datuk Seri Najib Tun Razak seperti dikutip Liputan6.com dari The Star.

Nasib Keluarga WNI

3 Orang warga negara Indonesia dari 2 keluarga penumpang Malaysia Airlines yang belum diketahui keberadaannya akhirnya diterbangkan ke Kuala Lumpur, Malaysia. Mereka merupakan keluarga penumpang atas nama Swadaya Ferry Indra dan Suadaya Herry Indra.

"Kedua keluarga penumpang itu langsung kami berangkatkan menuju Kuala Lumpur, Malaysia. Total hari ini ada 3 orang yang kami berangkatkan," ujar Manager Malaysia Airlines Bandara Soekarno-Hatta, Abdul Shukor Saleh, di Bandara Soekarno-Hatta, Cengkareng, Banten.

4 Keluarga penumpang MH370 yang berasal dari Jakarta akan tiba di Kuala Lumpur, Malaysia difasilitasi oleh penerbangan Malaysia Airlines.

"Pihak keluarga penumpang yang bertempat tinggal di Jakarta segera tiba di Kuala Lumpur.  Sedangkan tiga keluarga penumpang yang bertempat tinggal di Medan sudah terlebih dahulu tiba di sini," kata Duta Besar Republik Indonesia untuk Malaysia, Herman Prayitno saat dijumpai di Gedung KBRI Kuala Lumpur.

'Segitiga Bermuda' Asia

Dalam studi yang dirilis WWF baru-baru ini, Segitiga Bermuda tak masuk dalam daftar laut paling berbahaya di muka bumi. Dari sisi jumlah kecelakaan kapal maupun tingkat bahaya bagi manusia dan kehidupan laut. Lantas, laut apa saja yang lebih berbahaya dari Segitiga Bermuda?

Masuk dalam daftar di antaranya Laut China Selatan dan Hindia Timur, Laut Mediterania dan Laut Hitam, serta Laut Utara dan perairan Kepulauan Inggris.

Seperti dimuat situs sains, Christian Science Monitor, WWF menyebut selama beberapa dekade terakhir, jumlah kecelakaan di Laut China Selatan lebih banyak daripada perairan manapun di dunia. Ditambah, kurangnya kerja sama global untuk mengatur lalu lintas laut, belum lagi perubahan iklim, cuaca ekstrem. Kecelakaan makin marak terjadi, kapal-kapal bocor atau bahkan terbelah.

Tak hanya manusia yang jadi korban. Di bawah lambung kapal -- yang seringkali mengangkut "emas hitam" alias minyak bumi-- ada harta karun tak ternilai yang terancam: terumbu karang. Misalnya Coral Triangle di Asia, yang meliputi perairan Indonesia, Malaysia, Papua Nugini, Filipina, Kepulauan Solomon, dan Timor Leste. Minyak dan zat beracun yang bocor dari kapal yang celaka bisa berarti bencana bagi kehidupan bawah laut yang tak tergantikan.

Sementara itu, kesedihan akibat hilangnya pesawat Malaysia Airlines Boeing 777 - 200ER juga dirasakan oleh seniman pasir, India Sudarshan Patnaik. Dikutip Liputan6.com dari Reuters, Sudarshan membuat patung-patung pasir dengan bentuk wajah dengan berbagai raut muka. Terlihat ada raut wajah dengan beragam usia dalam keadaan tenang dengan kedua mata tertutup, hingga raut wajah seperti telihat kesakitan. (Ismoko Widjaya)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.