Sukses

Masihkah Kita Mencintai Bahasa Indonesia?

Bangsa yang besar ialah bangsa yang menghormati, mencintai, menghargai serta memelihara segala sesuatu yang ada di dalam bangsanya.

Citizen6, Jakarta: Masih ingatkah sumpah pemuda? Sumpah yang diikrarkan para pemuda pada tanggal 28 oktober 1928 tepatnya di jakarta pada saat kongres pemuda ke dua. Sumpah ini dimaksudkan agar adanya persatuan dalam ketiga bidang yang telah tercantum yaitu tanah, bangsa dan bahasa.  

Bangsa Indonesia saat ini memiliki 33 provinsi dengan beragam bahasa disetiap daerahnya. Bahasa Sunda, Jawa, Medan, Aceh, Papua, Pontianak, dan masih banyak yang lain. Setiap daerah tentu memiliki keunikan yang tentunya menjadi warna untuk bangsa Indonesia. Namun benarkah warna itu akan memberikan kecerahan bagi bangsa Indonesia?


Bahasa Pemersatu

Tidak mudah memang berkomunikasi dengan orang yang memiliki latar belakang budaya yang berbeda karena dapat membuat komunikasi cenderung menjadi kurang efektif. Komunikasi akan baik jika semakin mirip latar belakang sosial budaya. Mengapa? Karena di antara keduanya akan tercipta rasa saling nyaman karena sama-sama mengerti apa yang dilontarkannya. Hal tersebut semakin menjelaskan bahwa perbedaan budaya kurang efektif dalam pergaulan masyarakat.

Seharusnya kita sebagai individu sosial, komunikasi merupakan hal penting agar dapat menunjukan eksistensi diri dan memperluas jangkauan. Namun biasanya kita akan cenderung berkelompok dengan yang sama bahasa. Tentunya kembali lagi ke daerah asal, kita akan merasa lebih cocok untuk bercengkrama dengan teman asal satu daerah saja tidak dengan lainnya.

Keberagaman logat berbicara Indonesia sangatlah beraneka. Mulai dari berintonasi tinggi, bersuara keras, gamblang, bahkan ada dari beberapa masyarakat yang tidak dapat menyembunyikan apa yang mereka rasakan dan pikirkan. Seperti halnya marah, tidak suka ataupun kesal. Namun ada pula yang tutur bahasanya tertata dengan rapih, ayu, lembut, sopan santun ketika berbicara dengan yang lebih tua. Semua ada di negara kita, Indonesia.

Maka dari itulah Bahasa Indonesia tercipta sebagai salah satu penghubung komunikasi antar daerah-daerah lainnya. Dari itu kita haruslah melestarikan Bahasa Indonesia, jangan sampai kita yang berbangsa satu bangsa Indonesia ini tidak dapat menggunakannya secara benar. Terutama kita sebagai pemuda yang berfungsi sebagai penggerak. Bagaimana mau menghargai bahasa lokal, jika tidak menghargai bahasa nasionalnya. Maka dari itu mari sama-sama kita berbahasa yang baik, Bahasa Indonesia.


Masihkah kita mencintai Bahasa Indonesia?

Di era saat ini banyak dari kita yang lebih mementingkan bahasa asing seperti bahasa inggris dan korea dari pada bahasa Indonesia. Kita bahkan menggunakannya dengan jelas dan bangga, berbeda saat penggunaan Bahasa Indonesia yang terkesan asal. Di satu sisi kita mengenal bahasa Indonesia sebagai ilmu, namun di sisi lain, kita mengenal bahasa asing agar terlihat lebih gaul.

Penggunan bahasa asing pada saat ini cenderung lebih diutamakan dan menjadi simbol penilaian tolak ukur dalam pendidikan. Hal inilah yang menyebabkan bahasa Indonesia tergusur. Bahkan para pemuda penerus bangsa pun ikut berlomba-lomba mengasah kemampuan dalam bidang bahasa asing, hal ini tentunya diperbolehkan, namun harus dapat membatasi dan memanfaatkan bahasa asing sebagai referensi berbahasa. Karena  sebagai warga negara Indonesia haruslah untuk tetap lebih mencintai bahasa kita.
 
Bangsa yang besar ialah bangsa yang menghormati, mencintai, menghargai serta memelihara segala sesuatu yang ada di dalam bangsanya. Tidak menutup kemungkinan bahwa suatu saat nanti Bahasa Indonesia akan menjadi bahasa internasional. Kalau bukan kita yang mencintai dan menggunakannya, lalu siapa lagi? (mar)

Penulis
Alifia Rahmaniar (mahasiswa Politeknik Negeri Jakarta, jurusan Teknik Grafika Penerbitan)
Jakarta, rahmaniar_alixxx@yahoo.co.id

Baca juga:
[Resolusi 2014] Bisa Menulis dengan Hati
[Resolusi 2014] Menjadi Entrepreneur
[Resolusi 2014] Mulailah Bermimpi Tapi Beraksilah Lebih Pasti


Disclaimer:

Citizen6 adalah media publik untuk warga. Artikel di Citizen6 merupakan opini pribadi dan tidak boleh menyinggung SARA. Isi artikel menjadi tanggung jawab si penulisnya.

Anda juga bisa mengirimkan artikel disertai foto seputar kegiatan komunitas atauopini Anda tentang politik, kesehatan, keuangan, wisata, social media dan lainnya ke Citizen6@liputan6.com

Mulai 16 Desember sampai 3 Januari 2014 Citizen6 mengadakan program menulis bertopik dengan tema "Resolusi 2014". Ada kado akhir tahun dari Liputan6.com, Dyslexis Cloth, dan penerbit dari Gramedia bagi 6 artikel terpilih. Syarat dan ketentuan bisa disimak di sini.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.