Sukses

Demokrat, <i>From Hero to Zero</i>

Apakah 5 bulan lagi kondisi Partai Demokrat berbalik from Zero to Hero atau sebaliknya?

Masa jaya Partai Demokrat tak pernah henti-hentinya diprediksi terus menurun, bahkan menghujam. Seperti yang tergambar dari hasil survei terkini yang dipaparkan Lingkaran Survei Indonesia (LSI). Elektabilitas 'mercy' hanya di bawah 10 persen. Angka yang menusuk jantung partai besutan Susilo Bambang Yudhoyono.

2014 bisa menjadi tragedi bagi Demokrat. Sebab, saat mengikuti Pemilu pada 2009, partai yang berulang tahun sama dengan SBY itu menjadi pemenang. Pemenang Pemilu Legislatif tepatnya. Demokrat meraup 20 persen lebih suara rakyat atau sekitar 21 juta lebih. Tapi lain cerita pada 2014 nanti. Demokrat diperkirakan akan kesusahan. Dari hasil survei, pada 2014 nanti Demokrat sudah cukup untung bila lebih dari 10 persen. Atau setara dengan partai-partai papan tengah.

"Sekarang di Pemilu 2014, Demokrat yang tadinya hero, dengan elektabilitas tinggi dan pada 2009 jadi pemenang Pilpres 1 putaran, bisa jadi zero. Kembali jadi partai papan tengah," kata peneliti LSI Rully Akbar di kantor LSI, Jakarta, Minggu (24/11/2013). (Lihat: Suara Demokrat di Bawah 10 Persen)

Survei LSI ini digelar pada 12 September sampai 5 Oktober 2013 di 33 Provinsi dengan mengambil sample dari 1.200 responden. Survei diambil menggunakan wawancara tatap muka. Metode yang digunakan multistage random sampling, dengan margin of error sebesar 2,9 persen.

Badai Demokrat belum berlalu. Kasus demi kasus terus menyapu elektabilitas partai. Dari mulai kasus dugaan korupsi Wisma Atlet, Hambalang, hingga proyek-proyek di Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, serta Kementerian Olahraga. Nama-nama politisi yang terseret pun tidak sembarangan. Mantan Sekretaris Dewan Pembina Andi Mallarangeng, mantan Ketua Umum Anas Urbaningrum, mantan Wakil Sekjen Angelina Sondakh, hingga mantan Bendahara Umum M Nazaruddin. "Karena penanganan isu negatif dari kasus korupsi membuat elektabilitas Demokrat turun. Januari 2011 elektabilitas masih 20,5 persen. Sekarang Oktober 2013 sudah di bawah 10 persen," ujar Rully.

Zero di Konvensi?

Demokrat tak tinggal diam. Jelang pemilu Presiden 2014, Demokrat mengambil langkah inovatif dengan menggelar konvensi calon presiden. Nama-nama tokoh nasional populer berada di dalamnya. Nama-nama yang diperhitungkan antara lain Menteri BUMN Dahlan Iskan, Menteri Perdagangan Gita Wirjawan, Rektor Paramadina Mulya Anies Baswedan, hingga mantan KSAD Jenderal Purnawirawan TNI Pramono Edhie Wibowo. Nama terakhir merupakan adik ipar SBY.

Tapi konvensi dinilai belum cukup. Belum cukup untuk memulihkan keterpilihan Demokrat yang sakit. Dari hasil penelitian LSI disimpulkan, konvensi untuk memulihkan citra partai dianggap tidak berhasil. Alasannya, karena peserta konvensi kurang dikenal dibanding capres dari partai lain.

Dari survei yang dirilis LSI, kandidat capres dari partai lain seperti Megawati Soekarnoputri, Aburizal Bakrie, Prabowo Subianto, Joko Widodo, Wiranto, dan Hatta Rajasa memiliki tingkat pengenalan sebesar 70 persen.

"Sedangkan, nama-nama peserta konvensi seperti Dahlan Iskan, Marzuki Alie, Pramono Edhie, Gita Wirjawan, Hayono Isman, Anies Baswedan, Dino Patti Djalal, Irman Gusman, Sinyo Sarundajang, Ali Masykur Musa, Endriantono masih di bawah 60 persen tingkat pengenalanannya," kata Rully. Akibat kurang dikenal publik, LSI melihat ada kerugian pada pemenang konvensi capres Demokrat. Para peserta konvensi berpotensi tidak dilirik sebagai cawapres, karena tokoh konvensi dinilai tidak mampu mendongkrat elektabilitas partai.

Bahkan, ketika disandingkan dengan nama Jokowi, semua nama peserta konvensi kalah pamor. Padahal, nama Jokowi masih sebatas wacana. "Jokowi itu masuk capres wacana, karena belum ada inisiatif untuk usung dia dan belum ada kejelasan partai. Bisa dibilang peserta konvensi kalah pamor dengan Jokowi," singkat Rully. "Ada pemenang konvensi, tapi tak bisa jadi capres." (Lihat: Semua Capres Konvensi Demokrat Kalah Pamor dengan Jokowi)

Zero Juga di Koalisi?

Bila kondisi ini terus bertahan, keterpurukan tak hanya di konvensi. Elektabilitas Demokrat juga diperkirakan terus merosot tajam. Ekstremnya, Demokrat kemungkinan tidak laku diajak koalisi oleh partai lain. Prediksi ini melihat dari elektabilitas yang terus turun, ditambah kurang dikenalnya peserta konvensi. Alasannya, semua partai akan berpikir sulit menang koalisi dengan Demokrat karena peluangnya kecil. Apalagi waktunya yang semakin mepet tinggal sekitar 5 bulan lagi. "Diprediksi tidak ada partai yang mau berkoalisi, karena takut capres konvensi Demokrat tak menang dalam Pemilu," tambah Rully. (Lihat: Tak Ada yang Mau Koalisi dengan Demokrat)

Benarkah begitu? Demokrat sepi peminat koalisi? Bagi Partai Kebangkitan Bangsa (PKB), salah satu partai koalisi setia Demokrat, hasil survei itu tidak sepenuhnya tepat. Bahkan PKB jauh-jauh hari sudah menyebut tidak menutup kemungkinan berkoalisi lagi dengan Demokrat. Dengan dalih tak akan menutup diri dengan partai manapun, PKB pimpinan Muhaimin Iskandar tak akan pasang harga mati untuk tidak berkoalisi dengan Demokrat. "Kita siap koalisi dengan siapa pun untuk menjaga stabilitas pemerintahan. Karena tujuannya PKB itu menciptakan pemerintah yang efektif dan efisien," jelas Muhaimin di kantor DPP PKB, Jakarta Pusat, Minggu (24/11/2013). Bagi pria yang akrab disapa Cak Imin ini menambahkan, koalisi bukanlah sekadar ajang mencari kekuasaan. "Tapi agar pemerintahan berjalan efektif." (Lihat: PKB Tak Menutup Diri dengan Demokrat)

Tentu saja prediksi survei LSI dibabat habis politisi Demokrat. Salah satunya datang dari politisi yang baru 'diangkat lagi' jadi juru bicara Partai Demokrat, Ruhut Poltak Sitompul. Di mata Ruhut penilaian LSI jelas-jelas salah. Apa pasal? Ruhut yakin, masih banyak partai yang ingin berkoalisi dengan Demokrat. "Karena 2 periode di zaman SBY, tidak pernah beliau mau langgar perjanjian koalisi. Banyak yang mau sama Demokrat. Incaran kita," kata Ruhut kepada Liputan6.com, Minggu (24/11/2013).

Bahkan, menurut Ruhut, partai oposisi pun memiliki keinginan untuk berkoalisi dengan Partai Demokrat. Ruhut, sekali lagi yakin, Demokrat masih menjadi incaran dan idola banyak parpol. Karena, kata Ruhut, partai-partai lain selalu diuntungkan selama berkoalisi. Pintu koalisi bukan hanya dengan partai-partai incumbent yang tergabung dalam Sekretariat Gabungan. Tapi juga oposan. "Kita masih buka hubungan baik dengan PDIP dan Gerindra. Lalu PKPI-nya Pak Sutiyoso. Tidak menutup kemungkinan dengan partai lain juga," ucapnya. Ruhut yakin betul, partai-partai itu tahu komitmen SBY pada koalisi. Istilah Ruhut, "Koalisi dengan Demokrat untung dong jadi menteri. Lalu menggunting pula dalam lipatan, tapi nggak ada yang dibuang." (Lihat: Ruhut: Demokrat Incaran Semua Partai)

Kacamata Anas

Anas, yang kini menjadi Ketua Perhimpunan Pergerakan Indonesia (PPI) mengakui Demokkrat menghadapi tantangan yang cukup berat. Terlebih, kepuasan publik rendah terhadap kinerja pemerintah. Angka Demokrat belum seperti yang diharapkan. "Harapan bahwa begitu dipegang langsung oleh Pak SBY akan bikin Demokrat langsung naik elektabilitasnya ternyata tidak terjadi," kata Anas melalui keterangan tertulis kepada Liputan6.com di Jakarta, Minggu (24/11/2013). (Lihat: Anas: Konvensi Kurang Magnet)

Anas melihat, Demokrat memang sedang menghadapi tantangan yang berat. Terutama karena sedang bertemu dengan realitas kepuasan publik yang rendah terhadap Pemerintah. Anas bahkan menyebut, kesebelasan konvensi juga belum seperti yang diharapkan. Daya tariknya kalah dengan tokoh-tokoh yang diajukan partai lain. "Konvensinya sendiri kurang kuat magnetnya," jelas Anas. Karena itu, menurutnya Demokrat bisa lebih realistis berkoalisi saat menghadapi Pilpres 2014 dengan melihat hasil Pileg 2014 dan elektabilitas pemenang konvensi. Apakah 5 bulan lagi Demokrat berbalik from Zero to Hero atau sebaliknya?  (Ism)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini