Sukses

Bangkok `Shutdown` dari Massa Pengguling PM Cantik Yingluck

Dalam rangka mencegah terjadinya aksi anarkis dari para demonstran, sekitar 15.000 polisi dan tentara akan dikerahkan di ibukota Thailand.

Dalam rangka mencegah terjadinya aksi anarkis dari para demonstran, sekitar 15.000 polisi dan tentara akan dikerahkan di ibukota Thailand minggu depan.

"Direncanakan shutdown atau penutupan di Bangkok dari demonstran, yang mencoba untuk menggulingkan pemerintah," kata para pejabat pada Rabu 8 Januari 2014 dilansir Liputan6.com dari Channel News Asia, Kamis (9/1/2014).

"Pemerintah mengerahkan 14.880 polisi dan tentara untuk mengendalikan massa," ucap juru bicara kepolisian nasional Piya Uthayo dalam siaran televisi.

"Tujuan kami adalah untuk mencegah kekerasan atau bentrokan," tambahnya.

Perdana Menteri Yingluck Shinawatra telah menyebut akan digelar pemilu pada bulan Februari, menyusul protes besar-besaran terhadapnya oleh pihak oposisi. Namun demonstran telah bersumpah untuk memblokir momen pemungutan suara, yang mereka khawatirkan hanya akan memperpanjang dominasi politik keluarga miliarder PM berparas cantik itu.

Para pengunjuk rasa mengatakan mereka akan menempati ibukota dari 13 Januari mendatang, sampai mereka memenangkan pertempuran mereka untuk menggulingkan pemerintah.

Mereka berencana untuk menyiapkan base camp di sekitar kota, guna mencegah pejabat dari bekerja dan memotong saluran listrik serta air untuk bangunan negara.

Saham Thailand dan mata uang baht telah jatuh tajam di tengah kekhawatiran krisis mendalam, yang juga menakut-nakuti wisatawan asing. Padahal mereka adalah investasi internasional.

Aksi massa itu juga membuat pemerintah kota Bangkok memerintahkan 146 sekolah ditutup sejak Senin 6 januari karana akan dilakukan shutdown.

Para pejabat mengatakan pemerintah siap untuk mengumumkan keadaan darurat jika diperlukan untuk menangani kerusuhan apapun, berikut beberapa wabah kekerasan jalanan, di mana 8 orang termasuk seorang polisi tewas dan ratusan orang terluka.

Menurut kritikus, para pengunjuk rasa ingin memprovokasi bentrokan baru, dengan harapan memicu kudeta militer dengan dalih memulihkan ketertiban --tuduhan para demonstran yang menolak Yingluck.

Thailand telah secara berkala terguncang oleh pertumpahan darah politik sejak kakak Yingluck, Thaksin Shinawatra digulingkan oleh para jenderal royalis dalam kudeta 7 tahun yang lalu.

Para demonstran, yang sebagian besar terdiri dari orang bagian selatan, royalis, orang kelas menengah Thailand dan elite perkotaan, menuduh miliarder Thailand itu berubah menjadi politisi korupsi dan mengatakan menggunakan  kontrol pemerintahan sang adik dari pengasingannya di Dubai.

Mereka ingin dewan rakyat tidak terpilih untuk menjalankan negara untuk mengawasi reformasi samar-samar, seperti mengakhiri dugaan pembelian suara melalui kebijakan populis, sebelum pemilu baru diadakan sekitar 1 tahun hingga 18 bulan.

Pemerintah Yingluck masih menikmati dukungan kuat di utara dan timur laut negara itu, dan diharapkan memenangkan pemilu pada 2 Februari nanti.

Perselisihan sipil baru-baru ini adalah yang terburuk sejak tahun 2010, ketika lebih dari 90 orang tewas dalam tindakan keras militer terhadap protes pro-Thaksin di bawah pemerintahan Yingluck.

Suthep Thaugsuban, mantan wakil perdana menteri dipanggil oleh pengadilan pada Rabu 8 Januari dengan dakwaan pembunuhan atas kematian para demonstran. Namun ia meminta penundaan lagi karena ia sedang memimpin protes saat ini. Penundaan ini adalah kali kedua.

Jika gagal muncul lagi, kali ini jaksa akan melayangkan surat perintah penangkapan, selain surat perintah yang ada terkait pemberontakan karena mencoba menggulingkan pemerintah. (Tnt/Sss)

Baca juga:

Di Tengah Protes, Eks PM Thailand Didakwa Membunuh
Suthep Thaugsuban, `Dalang` (Atau Wayang) Rusuh Panas Thailand
Marak Protes, 153 Anggota Parlemen Thailand `Angkat Kaki`

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini