Sukses

Lucu-lucu Ngeri SBY Cawapres

Anas punya usul nyeleneh untuk Partai Demokrat yang pernah dipimpinnya: SBY jadi calon wakil presiden (cawapres) pada Pilpres 2014.

Dunia politik kembali heboh. Pelakunya Anas Urbaningrum. Ia punya usul nyeleneh untuk Partai Demokrat yang pernah dipimpinnya: SBY jadi calon wakil presiden (cawapres) pada Pilpres 2014. Sungguh lucu tapi ngeri.

"Itu namanya curi-curi, lucu-lucu ngeri," ucap Ketua DPP Partai Demokrat Sutan Bhatoegana sambil tertawa.

Lucu pertama, bebernya, tidak mungkin SBY yang sudah menjabat sebagai presiden 2 periode lalu kembali mencalonkan diri menjadi wakil presiden. "Presiden menjunjung tinggi nilai-nilai berdemokrasi dan tidak akan mempertahankan kekuasaan," katanya saat dihubungi Liputan6.com di Jakarta, Kamis 5 Desember 2013.

Lucu berikutnya, sambung Sutan, Partai Demokrat telah membuka Konvensi Capres. Bila usul Anas dijalankan, maka Konvensi itu akan menjadi sia-sia.

"Satu lagi lucunya itu kita sudah buka Konvensi Capres, mau dikemanakan itu barang?" ucap Sutan.

Ngerinya, lanjut Sutan, "Kalau kita ikutin omongan Anas, akhirnya bisa berantakan Partai Demokrat, dianggap tak punya pendirian."

Selain itu, Sutan menilai, dengan melontarkan usul itu, ada kesan Anas itu benci tapi rindu terhadap SBY dan Partai Demokrat. "Yang tahu alasannya itu cuma Anas. Dia masih rindu jadi ketua umum, tapi benci dalam keadaan dia begini (tersangka kasus korupsi proyek Hambalang)," ujar Sutan.

8 Capres untuk SBY

Bagi Anas, SBY masih berada di atas angin. Tersangka kasus korupsi Hambalang itu menyayangkan sekali bila SBY berhenti berlaga di pilpres mendatang.

Jika SBY menjadi cawapres nanti, menurut Anas, bakal banyak tokoh yang tertarik menjadi capres pasangannya pada Pilpres 2014 mendatang. Berikut daftar tokoh yang dibeber Anas:

1. Ketua Umum Partai Golkar Aburizal Bakrie alias Ical atau ARB. "Kalau Pak SBY mau jadi cawapres, ARB rasanya akan senang melamar untuk berpasangan, ARB-SBY. Akan kuat."

2. Ketua Umum Partai Amanat Nasional (PAN) Hatta Rajasa. "Pak Hatta Rajasa juga bisa. Jadi pasangan HR-SBY. Mungkin ada sedikit kritik karena besan. Tapi tdk ada soal serius."

3. Mantan Ketua Mahkamah Konstitusi Mahfud MD. "PKB bisa melamarkan untuk misalnya Mahfud-SBY. Pasangan yg menjanjikan juga. Cukup ideal."

4. Mantan Wakil Presiden Jusuf Kalla atau JK. "Jika PKB ajukan JK sbg capres, bisa lahirkan pasangan JK-SBY. Sangat OK. Gantian saja. Dulu SBY-JK, skrg JK-SBY. Kuat!"

5. Gubernur DKI Jakarta Jokowi. "Jika PDIP ajukan Jokowi, maka pasangan Jokowi-SBY akan mjd pasangan bintang-bintang. Pasangan bersejarah."

6. Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri. "Jika Ibu Mega tetap maju, mungkin saja pasangan Mega-SBY akan mjd pencair "kebekuan" politik 10 tahun ini."

7. Ketua Umum Partai Hanura Wiranto. "Jika nanti Hanura dan Demokrat berkoalisi, bisa saja ada pasangan Wiranto-SBY. Seperti reuni Cilangkap. Kompak!"

8. Ketua Dewan Pembina Partai Gerindra Prabowo Subianto. "Jika Gerindra dan Demokrat bersepakat, bisa melahirkan Prabowo-SBY. Pasangan kawan lama yg selama ini berhubungan baik."

Usulan Canggih

Usul nyeleneh Anas itu langsung membuat Partai Demokrat bereaksi. Wakil Sekjen Partai Demokrat Andi Nurpati meminta Anas tidak repot-repot mengusulkan SBY menjadi cawapres 2014. Anas disarankan fokus menghadapi kasus hukum yang menjeratnya saja.

"Pak Anas sebaiknya selesaikan saja, fokus urus masalah hukumnya," kata Nurpati usai menghadiri acara diskusi di Gedung PTIK, Jakarta, Kamis (5/12/2013).

Soal calon presiden dan wakil presiden, tambah dia, sudah ada mekanisme partai. "Untuk capres dan cawapres bisa saja menggaet siapapun baik dari internal PD, partai koalisi, maupun kalangan profesional," terang mantan anggota KPU itu.

Sedangkan Wakil Ketua Umum Partai Demokrat Max Sopacua menilai usulan Anas sangat tidak tepat. Bahkan terkesan menjatuhkan nama SBY.

"Pernyataan Anas itu menjatuhkan Pak SBY. Pak SBY sudah menjadi presiden 2 periode. Berarti alangkah janggalnya beliau harus turun menjadi wapres lagi," ungkap Max.

Menurut Max, Anas merupakan politisi ulung di Indonesia. Sebab, sikap dan perkataan Anas sulit ditebak lawan politiknya. Pola pendekatan Anas juga cukup baik sehingga orang-orang di sekelilingnya dapat dipengaruhi.

"Anas itu politisi, bahasa politiknya itu terlalu tinggi. Dia adalah politisi yang paling canggih di republik ini," ungkap Max.

Bahkan, tambah Max, sebetulnya Partai Demokrat telah menyiapkan kursi capres untuk Anas Urbaningrum. Namun sayang, KPK telah lebih dahulu menetapkan Anas sebagai tersangka kasus gratifikasi proyek Hambalang. "Dia adalah capres jika tidak terjadi kasus pada Demokrat saat itu," tutur dia.

Golkar Dukung, Gerindra Tolak

Wakil Bendahara Umum Partai Golkar Bambang Soesatyo menyambut baik usulan Anas. Anggota Komisi III DPR itu meyakini SBY bakal banyak dilamar capres dari partai politik lain untuk menjadi pasangannya. Bahkan, posisi SBY sebagai cawapres dinilainya bisa mengubah peta politik jelang pemilu tahun depan.

"Saya meyakini akan banyak partai dan capres yang melamar SBY untuk menjadi cawapresnya, termasuk Partai Golkar. Jika Pasangan ARB-SBY dapat diwujudkan, saya memprediksi Partai Demokrat akan diuntungkan. Elektabilitas Partai Demokrat akan ikut melesat mengikuti Partai Golkar," pungkasnya.

Berbeda dengan Golkar, Partai Gerindra menolak usulan Anas terkait yang menduetkan Prabowo Subianto dengan SBY. Wakil Ketua Umum DPP Partai Gerindra Fadli Zon menilai duet Prabowo-SBY yang disarankan Anas masih terlalu dini untuk direalisasikan.

"Demokrat kan sudah mempunyai mekanisme sendiri, setiap partai punya strategi sendiri hadapi 2014, wacana itu masih mungkin terlalu dini, apalagi intensinya (niat) Pak SBY tak ada tanda ke arah sana (cawapres)," kata Fadli.

Ia menilai, presiden yang sudah 2 periode secara berturut-turut berkuasa lalu pada periode berikutnya menjadi wakil presiden akan membuat situasi menjadi tidak baik. "Kalau turun akan membuat situasi menjadi kikuk. Dengan siapapun akan kikuk. Mungkin tahun yang akan datang, tapi untuk sekarang ini kita nggak melihat ada keinginan SBY ke arah sana, tahun-tahun mendatang bisa saja," tukas Fadli. (Mut/Sss)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.