Sukses

Presiden Baru Indonesia Bersatu

Kini tinggal Jokowi-JK membuktikan diri mampu membawa perbaikan pada negeri dan membawanya sebagai bangsa yang disegani dunia.

Liputan6.com, Jakarta - Jelang pelantikan presiden terpilih Joko Widodo 20 Oktober mendatang, Istana Negara terus berbenah. Taman-taman dirapikan, begitu pula dengan selasar-selasarnya.

Selain Istana, bangunan lain yang berbenah adalah Gedung DPR/MPR, gedung kura-kura yang akan menjadi pusat perhatian terus dibersihkan termasuk patung burung Garuda.

Berbeda dari sebelumnya, kali ini Istana Negara akan menyiapkan upacara pelepasan dan penyambutan presiden baru oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) di Istana Negara dengan upacara militer.

Presiden SBY juga berencana mengajak Jokowi untuk berkeliling Istana sekaligus memperkenalkan sekilas seluk-beluknya. Hal ini bisa menjadi tradisi yang bagus. Namun di mata pengamat politik apa yang dilakukan Presiden SBY kental dengan nuansa pencitraan.

Rencana Presiden SBY itu sebenarnya bukan hal yang baru. Itu mirip dengan upacara pisah-sambut yang dilakukan Presiden Amerika Serikat George Walker Bush saat menyerahkan tampuk pemerintahan ke Barack Obama.

Sejumlah seniman pendukungnya berencana menggelar pesta rakyat di Lapangan Monas. Berbagai acara akan digelar dengan melibatkan ratusan musisi.

Kegairahan yang sama tampaknya juga dirasakan di luar negeri. Majalah Time menjadikan foto diri Jokowi sebagai muka halaman majalah ternama tersebut. Nada tulisannya pun bernada menyanjung.

Ada harapan baru seiring dengan akan dilantiknya Joko Widodo dan Jusuf Kalla sebagai Presiden dan Wakil Presiden Indonesia tanggal 20 Oktober ini.

Harapan itu tak hanya dirasakan di tanah air, tetapi juga oleh dunia luar sebagaimana yang dinyatakan oleh majalah Time tersebut.

Suhu politik sendiri mulai turun. Persaingan politik yang menghadapkan Koalisi Indonesia Hebat (KIH) dan Koalisi Merah Putih (KMP) membuat suhu politik tinggi.

Tapi, pertemuan antara Joko Widodo dan Aburizal Bakrie tanggal 14 Oktober lalu mulai mencairkan kebekuan itu. Hal ini merupakan pertemuan mereka yang pertama pasca-pilpres.

Jokowi blak-blakan menyebut tujuan pertemuan ini memang untuk menunjukkan pada masyarakat bahwa tidak ada permasalahan antara dirinya dan Aburizal Bakrie.

Kekhawatiran kubu Jokowi akan adanya penjegalan saat memerintah juga ditepis Aburizal Bakrie. Partai Golkar yang tergabung dalam KMP menyebut akan bertindak sebagai penyeimbang pemerintah untuk memastikan tercapainya tujuan bernegara.

Puncaknya terjadi hari Jumat 17 Oktober saat Prabowo Subianto dan Joko Widodo bertemu di kediaman mendiang ayahanda Prabowo di Jalan Kertanegara, Jakarta. Sebaliknya, Jokowi juga menyatakan kesiapannya menerima kritikan saat memerintah kelak.

Pertemuan itu dianggap memberikan keuntungan bagi kedua belah pihak, walau demikian belum bisa dipastikan akan memutar arah koalisi Prabowo Subianto-Hatta Rajasa.

Bukan hanya pengamat yang menyambut baik mencairnya ketegangan politik ini. Hal itu bisa-bisa menjadi modal untuk menghadapi banyak tantangan di depan.

Joko Widodo dan Jusuf Kalla mengantungi modal besar untuk memulai pemerintahannya, dukungan yang kuat dari para pemilihnya. Selain itu, luar negeri juga memberikan apresiasi yang kuat.

Kini tinggal keduanya membuktikan diri mampu membawa perbaikan pada negeri dan membawanya sebagai bangsa yang disegani dunia. Kita nantikan saja bagaimana Jokowi dan JK dapat membangun Indonesia menjadi jauh lebih lagi.

Saksikan Barometer Pekan Ini selengkapnya pada tautan video yang ditayangkan Liputan 6 Petang SCTV, Sabtu (18/10/2014) di bawah ini.

Baca Juga:

Mayang yang Malang

Pertarungan Politik di DPR

Struktur Kabinet Jokowi-JK

(Ans)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.