Sukses

Geng Motor Terbesar di Belanda Bantu Kurdi Lawan ISIS

Juru bicara kejaksaan Belanda Wim de Bruin mengaku sudah mengetahui hal ini, namun para motoris itu tak akan dituntut.

Liputan6.com, Amsterdam - Sejumlah anggota geng motor di Belanda bergabung dengan pasukan Peshmerga Kurdi di Irak, untuk membantu memerangi kelompok yang menamakan diri Negara Islam atau ISIS.

Seperti dilansir BBC, Kamis (16/10/2014) jaksa Belanda menyatakan langkah mereka tidak bertentangan dengan hukum. Mereka merupakan anggota No Surrender, geng motor terbesar di Belanda, yang pergi ke Mosul di Irak utara.

Kisah tentang mereka menjadi kehebohan setelah foto-foto mereka muncul di jejaring media sosial. Salah satunya, seorang lelaki bertato yang dikenal sebagai Ron, berpakaian militer dan menggenggam sebuah senapan Kalashnikov, duduk bersebelahan dengan seorang pejuang Kurdi.

Juru bicara kejaksaan Belanda Wim de Bruin mengaku sudah mengetahui hal ini. Namun para motoris itu tak akan dituntut, karena bergabung dengan angkatan bersenjata asing dan sudah tidak lagi dianggap ilegal dalam hukum Belanda.

"Yang penting tidak berperang melawan Belanda," kata de Bruin kepada AFP.

Berbeda dengan yang bergabung dengan ISIS, karena ISIS digolongkan sebagai organisasi teroris. "Itu berarti bahwa bahkan mempersiapkan diri untuk bergabung ISIS, sudah bisa dijerat hukum," ujar de Bruin.

Namun, kata de Bruin, jika mereka bergabung dengan Partai Rakyat Kurdi PKK, itu akan merupakan pelanggaran hukum. Karena PKK digolongkan dalam organisasi teroris di Turki dan di banyak negara lain.

Ketua No Surrender Klaas Otto mengungkapkan kepada televisi Belanda NOS, 3 anggota mereka yang masuk Mosul, berasal dari Amsterdam, Rotterdam and Breda.

Sebuah adegan video yang agaknya berasal dari sebuah stasiun Kurdi menunjukkan, seorang lelaki Eropa bersenjata berkata dalam bahasa Belanda, "Warga Kurdi sudah begitu lama menderita dalam penindasan."

Banyak negara, termasuk Belanda berusaha menindak warga mereka yang hendak bergabung dengan kelompok jihad ISIS. Misalnya menyita paspor mereka yang akan berangkat, serta mengancam menuntut mereka yang pulang.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini