Sukses

Tanpa Air dan Listrik, Kehidupan Warga Gaza Penuh Kecemasan

"Semua anak-anak merasa sangat takut ketika listrik akan dimatikan," kata Nafoz Mohammed.

Liputan6.com, Gaza - Serangan Israel ke Gaza tidak hanya menyebabkan warga kehilangan sanak saudara, tapi juga membuat mereka sulit bertahan hidup. 

Sejak Selasa pekan lalu, 29 Juli 2014, warga Gaza telah hidup tanpa listrik, televisi, pompa air, kulkas dan sistem pembuangan.

Sebagian warga yang beruntung, menggantungkan aktivitas sehari-hari mereka dari bantuan generator yang diberikan. "Semua anak-anak merasa sangat takut ketika listrik akan dimatikan," kata seorang warga, Nafoz Mohammed.

Mohammed hidup di sebuah apartemen dengan dua kamar sempit bersama 16 orang lain, termasuk anak-anak. Mereka bersembunyi sepanjang siang dan malam dengan ketakutan.

Seorang warga lainnya, Yasmeen El Khoudary (24 tahun), mengaku tidak makan selama dua hari. Ia bahkan tidak meninggalkan rumahnya selama seminggu.

Khoudary mengetahui ada makanan cukup tersedia di tempat pengungsian, namun baginya keselamatan lebih penting. "Kami hanya makan ketika kami ingat makan," ucap Khoudary.

"Pikiran saya terganggu karena bom Israel yang menghancurkan dua rumah kami, seperti mainan yang dimainkan anak kecil," tambah Khoudary.

Pada Selasa pekan lalu, setidaknya Gaza telah kehilangan 40% pasokan bahan bakar. Warga Gaza kini hidup dalam kecemasan akan masa depan mereka.

Israel dituding menghancurkan sepasang generator berkekuatan besar di Gaza, padahal alat tersebut sangat penting untuk mendukung kehidupan warga.

Wakil Ketua Otoritas Sumber Daya Alam dan Energi Palestina di Gaza, Fathi al-Sheikh Khalil, mengatakan tidak mudah membangun kembali pembangkit listrik, butuh satu tahun untuk kembali beroperasi. "Ini adalah bencana," ujarnya.

"Kita tidak bisa menyediakan listrik untuk rumah sakit ataupun pompa air dan pengolahan limbah untuk rumah tangga. Orang harus memompa air ke tangki perumahan tetapi tidak ada listrik," tambah Khalil seperti dilansir CNN, Selasa (5/8/2014).

Khalil juga mengatakan, tangki bahan bakar sebanyak 300.000 liter yang digunakan untuk memasok listrik selama satu hari di Gaza turut diserang dan terbakar. Api pun merambat ke tangki-tangki lainnya.

"Dengan menyerang pembangkit listrik dan memutus aliran listrik, mereka telah membunuh kehidupan sipil di Gaza," kata Wakil dari perusahaan listrik di Gaza, Jamal Derdsawoi.

Sementara Israel bersikeras bahwa pembangkit listrik bukan target serangan mereka.

Seorang juru bicara militer Israel mengungkapkan, ia telah memeriksa angkatan darat, udara, dan laut Israel. Dan menemukan tidak ada indikasi bahwa militer Israel yang menyerang pembangkir listrik tersebut.

Akibat agresi Israel yang berlangsung sejak 8 Juli 2014, ribuan warga Gaza kehilangan nyawa. Menurut PBB, lebih dari 1.800 orang tewas di Gaza. Di dalamnya termasuk 327 anak-anak dan 166 perempuan.

Agresi ini juga menyebabkan sekitar 1,8 juta warga Gaza mengungsi. Sementara dari pihak Israel tercatat 64 orang tewas, 3 di antaranya adalah warga sipil.

Israel menyalahkan kelompok pejuang Hamas atas tewasnya korban sipil. Mereka mengatakan Hamas terus mendorong warga Gaza untuk tetap di dalam rumah, sedangkan Israel terus memperingatkan serangan akan datang. Mereka menyebut  Hamas menggunakan fasilitas sipil seperti rumah penduduk, sekolah, masjid dan rumah sakit sebagai tameng dan tempat penyimpanan senjata.
 
Sejak Selasa pukul 08.00 waktu setempat (05.00 GMT), Hamas dan Israel telah menyepakati gencata senjata kemanusiaan selama 72 jam. (Imel Pebreyanti)

Baca Juga:

Israel dan Hamas Sepakat Gencatan Senjata 3 Hari Tanpa Syarat

Israel Kembali Langgar Gencatan Senjata yang Dibuat Sepihak 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini