Sukses

Ditemukan, Jasad `Terkubur` Es Selama 34 Tahun

Jasad Jonathan dikremasi dan akan ditaburkan di salah satu gunung.

Kecintaan Jonathan Conville terhadap pegunungan di Highland --sebuah daerah di Skotlandia-- menginspirasinya untuk menaklukkan puncak Matterhorn, salah satu puncak tertinggi di Pegunungan Alpen. Namun nahas, petualangannya tersebut berakhir tragis.

Jonathan yang saat itu berusia 27 tahun berangkat ke Swiss bersama seorang temannya berkebangsaan Belanda untuk mendaki puncak gunung yang berada di ketinggian 4.478 meter di atas permukaan laut. Cuaca buruk di pegunungan kemudian menggagalkan usaha Jonathan dan temannya.

Seperti 250 pendaki sebelumnya, Jonathan tewas dan tubuhnya hilang. Sedangkan temannya berhasil diselamatkan oleh tim penyelamat menggunakan sebuah helikopter.

Setelah 34 tahun berlalu, jasad Jonathan akhirnya ditemukan. Terperangkap di sebuah 'makam' es. Jasad itu ditemukan setelah seorang pilot tim penyelamat dari Swiss, Gerold Biner. Dia menemukan peralatan pendakian yang ditinggalkan. Saat itu, dia sedang terbang rendah di sekitar puncak Matterhorn sebelah utara pada Januari 2014 lalu. Setelah dilakukan pencarian, tulang-belulang dengan pakaian bertuliskan nama Jonathan pun ditemukan.

Jasad Jonathan lalu dibawa ke laboratorium forensik untuk diotopsi. Kemudian petugas forensik menghubungi situs Jonathan Conville Memorial Trust (JCMT) -- sebuah situs yang dibuat keluarga Jonathan untuk menggalang dana yang nantinya digunakan untuk mendukung para pendaki muda Skotlandia.

Adik Jonathan, Katrina dan Melissa, langsung datang ke Swiss untuk mengidentifikasi peralatan pendakian yang ditemukan di puncak Matterhorn. Selain itu, tes DNA juga dilakukan guna memastikan kebenaran identitas pendaki tersebut.

"Sangat menyedihkan. Tangannya yang sudah seperti tangan mumi, dengan kuku dan kulit terlihat seperti menunggu untuk digenggam," ungkap Katrina seperti dimuat Daily Mail, Senin (10/2/2014).

Tanpa menunggu hasil tes DNA, Katrine dan Melissa langsung membawa jasad sang kakak kembali ke kampung halaman mereka di Skotlandia.

Semasa Hidup

Saat masih sekolah, keluarga mengingat Jonathan sebagai anak yang bermasalah. Dia juga sempat diduga terlibat dengan masalah penggunaan barang haram narkoba. Jonathan kemudian memutuskan untuk berhenti bersekolah dan pergi ke Nepal. Di sana, hidupnya mulai berubah.

Saat kembali ke Skotlandia, Jonathan lalu memutuskan untuk bergabung dengan the Parachute Regiment. Di organisasi itu, dia mulai belajar mendaki dan bermain ski.

Jonathan sempat bergabung dengan Angkatan Darat Skotlandia. Tapi ia memutuskan keluar pada tahun 1970-an. Kemudian, dia mulai bekerja sebagai instruktur Outward Bound Trust di Loch Eil, di Inverness-Shire, Skotlandia.

Jasad Jonathan sudah dikremasi. Namun, pihak keluarga belum memutuskan tempat di mana abunya akan ditebar. "Yang pasti abunya akan ditebar di sebuah tempat di salah satu gunung yang Jonathan sukai," ucap Katrina. (Ega/Alv)

Baca juga:

Polisi Gerebek Judi Sabung Ayam... di New York
Turis Tampil `Polos` Saat Berjemur di Pantai China Dirazia
Nenek Tunanetra `Nyentrik`, Pasang Tato di Sekujur Tubuhnya

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini