Sukses

Banjir Jakarta Mulai Mencari Tempat yang 'Tinggi'

Banjir sepanjang Rabu kemarin telah melumpuhkan banyak aktivitas warga Ibukota. Bah juga mulai merendam jalan di pusat kekuasaan.

Banjir ternyata belum pergi dari Jakarta. Sepanjang Rabu 5 Februari 2014, sudut-sudut kota, jalan-jalan utama, sekolah, perkantoran, hingga rumah warga masih saja dipenuhi air berwarna cokelat. Tak ada tanda-tanda bahwa air mulai jenuh mengganggu siklus hidup warga Ibukota.

Bahkan, air yang hukumnya selalu mencari tempat yang rendah, kini tak hanya menyasar cekungan, bantaran kali atau dataran yang tak mampu menyerap air. Hari ini, banjir mulai menyerang tempat-tempat yang 'tinggi', yaitu pusat-pusat kekuasaan.

Lihat saja, sejak pagi banjir setinggi 30 centimeter telah merendam jalanan di depan Istana Merdeka, Jalan Medan Merdeka Utara, Jakarta Pusat. Akibatnya lalu lintas di sekitarnya macet. Jalan dari arah Senen menuju Bundaran Hotel Indonesia dipadati ribuan kendaraan yang tak bergerak.

Banjir juga merendam Jalan Medan Merdeka Barat, tepatnya di depan Kantor Kementerian Koordinator Kesejahteraan Rakyat dan Gedung Mahkamah Konstitusi. Akibat dari genangan air setinggi 30-40 cm ini, arus kendaraan di Jalan Medan Merdeka Barat tak bergerak.

Kemacetan terjadi dari arah Jalan MH Thamrin menuju Jalan Medan Merdeka Barat serta arah sebaliknya dari kawasan Istana sampai menuju Patung Kuda. Bus Transjakarta pun tak bisa bergerak di kedua arah sehingga mengganggu mobilitas warga yang melewati kawasan tersebut.

Genangan air dengan ketinggian yang sama juga menutupi Jalan Medan Merdeka Timur atau sekitar kawasan air mancur bundaran Patung Kuda yang meluas hingga di depan Gedung Bank Indonesia dan Gedung Indosat arah Budi Kemuliaan.

Banjir di Jalan Medan Merdeka Timur juga menutup akses warga yang akan menuju Stasiun Gambir. Genangan air di tempat ini mencapai 50 cm dan membuat arus lalu lintas dari arah Pejambon ke Jalan Medan Merdeka Utara dan ke Stasiun Gambir atau Jalan Ridwan Rais tersendat.

Menanggapi banjir yang mulai menyentuh kawasan Istana serta perkantoran utama lainnya di 4 penjuru Jalan Medan Merdeka, Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo menilai tak ada yang aneh dan bisa dijelaskan.

"Tadi kan hujannya memang deres banget. Cuaca ekstrem. Kwitang saja banjir, biasanya tidak," ungkap pria yang karib disapa Jokowi itu. Dia juga yakin ketinggian air di sekitar Istana tak akan bertahan lama dan akan surut menjelang siang.

Tak jauh dari Istana, tepatnya di Jalan Gunung Sahari, Jakarta Pusat, banjir juga merendam  dengan ketinggian air mencapai 60 cm. Jalan Gunung Sahari menuju Senen tidak bisa dilewati. Sementara pengendara yang melintas berusaha menghindari banjir dengan memakai jalur bus Transjakarta. Akibatnya, persimpangan Jalan Gunung Sahari-Pasar Baru macet total.

Kemacetan bertambah parah karena banyak kendaraan yang melawan arah. Kendaraan yang melintas bertemu di persimpangan sehingga tidak bisa bergerak. Satu orang petugas polisi yang mengatur lalu lintas pun kewalahan, apalagi banyak pengendara yang tidak mematuhi instruksi petugas.

Banjir di kawasan Gunung Sahari juga membawa efek domino bagi kawasan di sekitarnya, seperti di Senen, Kramat, dan Salemba Raya. Selain itu, bus Transjakarta yang setiap harinya melewati jalan ini tak bisa bergerak yang juga berimbas ke jalur Transjakarta trayek lainnya.

Yang jelas, banjir di Gunung Sahari membuat kemacetan panjang  hingga Jalan Kramat Raya dan Jalan Salemba Raya. Kendaraan baik roda 2 maupun roda 4 tak bisa bergerak. Pengendara sesekali melajukan kendaraan maksimal 10 kilometer per jam untuk kendaraan roda 2 dan 5 kilometer per jam untuk kendaraan roda 4.

Lain lagi ceritanya dengan jalan tol yang biasanya hanya untuk kendaraan roda 4 atau lebih, Rabu ini terpaksa juga dilalui oleh sepeda motor. Hal ini terjadi pada mereka yang melewati Jalan Pulomas dan Yos Sudarso, Jakarta Pusat.

Para pengendara sepeda motor terpaksa dibolehkan melalui Jalan Tol Wiyoto-Wiyono arah Cawang-Tanjung Priok-Pluit karena tak ada lagi akses jalan yang terbebas dari banjir.

Hal yang sama juga terjadi akibat banjir merendam jalan sepanjang 300 meter di Jalan By Pass Ahmad Yani, tepatnya di bawah flyover Tol Pulomas hingga ke depan gedung Gudang Garam. Akibatnya, pengendara sepeda motor terpaksa melalui bahu jalan tol untuk menuju ke lokasi tujuannya.

Kondisi itu sebetulnya sudah dilarang petugas tol yang ikut mengurai kemacetan. Namun, mereka tak bisa berbuat banyak karena banyaknya pengendara motor yang nekat menerobos masuk tol.

Petugas kepolisian dari Pol Sub Sektor Jalan Ahmad Yani, yang berkantor persis bersebalahan dengan pintu tol tersebut mengatakan, untuk kali ini motor diperbolehkan masuk jalan tol. Hal itu dikarenakan jalan terendam banjir dan tak bisa dilalui.

Banjir yang terjadi sejak pagi itu memang melumpuhkan jalur lambat di Jalan Ahmad Yani. Kemacetan pun sempat terjadi hampir 1 kilometer akibat banyaknya pengendara mobil maupun sepeda motor yang memutar arah.

Catatan tentang lokasi di atas jelas belum menjadi gambaran tentang banjir sepanjang Rabu ini. Tentu sudah tak aneh membicarakan banjir di Kampung Pulo, Rawa Buaya, Green Garden atau betapa macetnya jalanan sepanjang hari ini di kawasan Daan Mogot, S Parman, Mangga Dua, atau Cempaka Putih akibat tergenang air. Warga Ibukota tentu sudah mafhum kalau wilayah itu langganan didatangi bah saat musim penghujan.

Secara keseluruhan, data Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) DKI Jakarta mencatat ada 22 kelurahan yang terendam banjir sepanjang Rabu. Itu belum termasuk dengan wilayah yang tidak terendam namun mengalami dampak banjir.

"Di Jakarta Timur 6 kelurahan, Jakarta Selatan 8 kelurahan, Jakarta Pusat hanya 1 kelurahan, Jakarta Barat 7 kelurahan, sementara di Jakarta Utara tidak ada kelurahan yang terendam banjir," ungkap Kabid Informatika BPBD DKI Edy Junaedi Harahap dalam pernyataan tertulisnya.

Akibat banjir pula, tercatat 619 lokasi jalan rusak di wilayah Jakarta. Dirlantas Polda Metro Jaya Kombes Pol R Nurhadi Yuwono mengatakan jalan rusak paling banyak ada di Jakarta Selatan yaitu 157 lokasi, dengan rincian 31 lokasi sudah diperbaiki dan 122 lainnya masih dalam keadaan rusak.

Kemudian di Jakarta Utara, ada 136 lokasi atau titik namun hanya 7 yang baru mendapatkan penanganan. Sedangkan untuk wilayah Jakarta Pusat ada 120 jalan berlubang dengan 27 titik yang belum diperbaiki dan sisanya sudah ditangani Dinas PU.

"Di Jakarta Timur ada 115 lokasi, namun 16 belum diperbaiki dan di Jakarta Barat ada 52 jalan sudah diperbaiki dari 91 titik yang tercatat pihak Ditlantas," tandas Nurhadi.

Catatan lainnya dari banjir yang terjadi sepanjang Rabu ini adalah genangan di berbagai wilayah Ibukota tanpa embel-embel air kiriman dari Bogor. Banjir yang terjadi kemarin semata-mata karena air yang dicurahkan di atas langit Jakarta, ditambah buruknya drainase dan tanah yang mulai jenuh. Karena itu banyak yang mempertanyakan keberhasilan teknologi rekayasa cuaca yang telah dilakukan.

Namun, Badan Nasional Penanggulan Bencana (BNPB) DKI Jakarta menilai teknologi itu sudah berhasil hingga 20%. "Setelah dievaluasi, sudah tercapai 20%. Kita harapkan bisa lebih efektif," kata Sekretaris Utama BNPB Fatchul Hadi.

Fatchul menjelaskan, keberhasilan rekayasa cuaca sebenarnya sudah bisa dirasakan warga. Salah satunya, banjir yang melanda Jakarta tidak datang sekaligus dalam jumlah besar. "Tapi ada masa surut dan naik," tepisnya.

Yang jelas, cuaca ekstrem seperti hujan deras yang diprediksi bisa menyebabkan banjir masih akan dirasakan warga Jakarta beberapa hari ke depan. Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) memprediksi curah hujan dengan intensitas tinggi akan terjadi pada akhir pekan ini.

"Hasil rapat kita dengan BMKG, diperkirakan tanggal 8, 9, dan 10 Februari nanti hujannya lebih tinggi dari hari ini," kata Fatchul.

Dia menambahkan, dari pantauan BMKG, cuaca ekstrem masih akan terjadi hingga pertengahan Maret 2014. Tapi, dalam kurun waktu itu tetap mengalami penurunan intensitas hujan. "Seperti tanggal 11 dan 12 Februari nanti juga ada potensi untuk menurun," lanjutnya.

Jadi, warga Ibukota belum bisa bernapas lega karena banjir diprediksi masih akan 'bertamu' di hari-hari mendatang. Bahkan, bukan tak mungkin banjir berikutnya akan menyentuh tangga Istana atau pelataran Monas. Semoga saja banjir tak 'seberani' itu. (Ado/Eks)


* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.