Sukses

Lawan Bomber Bunuh Diri, Bocah 14 Tahun Tewas Sebagai Pahlawan

Aitazaz Hassan Bangash tewas. Tapi, kematiannya tak sia-sia, ia menyelamatkan ratusan nyawa.

Aitazaz Hassan Bangash tak berumur panjang. Bocah asal Pakistan itu meninggal pada usia masih belia: 14 tahun. Namun, namanya akan terus dikenang sebagai pahlawan.

Dengan berani, Aitazaz menghentikan seorang bomber bunuh diri yang akan beraksi. Melawannya. Hingga akhirnya ia tewas mengenaskan di gerbang sekolahnya. Kematiannya tak sia-sia, ia menyelamatkan ratusan nyawa temannya yang berkumpul di lapangan untuk apel pagi.

Hari itu, Senin pagi 6 Januari 2014, Aitazaz yang duduk di kelas 9 dalam perjalanan menuju Sekolah Ibrahimzai yang terletak di Distrik Hangu, Provinsi  Khyber Pakhtunkhwa -- tempatnya menuntut ilmu.

Di tengah jalan, seorang remaja tak dikenal, berpakaian seragam sekolah, menanyakan letak sekolahnya. Dia ternyata bomber yang siap beraksi.

Aitazaz dan sepupunya, Musadiq Ali Bangash curiga. "Siswa-siswa lain mundur, namun Aitazaz melawan bomber itu dan mencoba menangkapnya. Selama perkelahian itu, si bomber panik dan meledakkan bomnya," kata sepupu korban, Musadiq, seperti dilansir CNN, Kamis 9 Januari 2014.

Rajab Ali, yang jadi saksi mata, mengaku melihat Aitazaz melempar batu besar ke seorang anak lelaki yang mencoba masuk sekolahnya. Ledakan terjadi saat Aitazaz mencoba menangkapnya.

Akibatnya, Aitazaz dan sang bomber tewas seketika. Ledakan juga melukai 2 orang lainnya.

Pengorbanan yang Tak Sia-sia

Iftikhar Ahmed, perwira polisi di Distrik Hangu mengonfirmasi detil kejadian tersebut.

Hangu adalah distrik yang bergolak, yang membatasi wilayah kesukuan Pakistan. Wilayah yang jauh dari damai dan penuh dengan kekerasan sektarian -- Syiah atau Sunni.

"Sungguh pengorbanan yang luar biasa. Aitazaz mengorbankan nyawanya untuk menyelamatkan ratusan siswa -- Syiah dan Sunni -- yang bersiap apel pagi," kata Musadiq, sepupu korban.

Kepergian Aitazaz meninggalkan duka bagi keluarganya: ayahnya Mujaad Ali Bangash yang seorang buruh,  kakaknya Mustajab Hassan Bangash yang sedang menuntut ilmu di perguruan tinggi, juga 3 saudara perempuannya.

Penduduk setempat, salah satunya Nawaz Khan meminta agar Aitazaz diberi penghargaan anumerta atas keberaniannya. "Ia menyelamatkan ratusan nyawa. Ia berhak mendapat penghargaan lebih dari Malala Yousafzai," kata dia.

Para warga Pakistan menyamakan tindakan heroik Aitazaz dengan Malala, gadis cilik yang ditembak Taliban pada Oktober 2012 karena mengkampanyekan pendidikan untuk semua anak, termasuk murid perempuan.

Nama Aitazaz juga harum di media sosial. Pengguna Twitter meminta semua orang menggunakan hashtag  #onemillionaitzazs, atau versi yang lebih sederhana  #aitzaz. Menyerukan agar keberanian remaja ini diakui. (Ein/Ali)

Baca juga:

Pengakuan Gadis 8 Tahun yang Kepergok Pakai Rompi Bom
Masjid Kekecilan, Gereja di Inggris Tawarkan Ruang Untuk Salat
Salut! Didemo, Masjid Inggris Tawari Demonstran Teh dan Main Bola

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini