Sukses

Konflik Ruhut-Boni Hargens, Jangan Memancing di Air Keruh

Konflik Boni Hargens (UI) dengan Ruhut Sitompul (Partai Demokrat), yang berujung ke ranah hukum dan menimbulkan banyak komentar.

Citizen6, Jakarta: Konflik antara pengamat politik Boni Hargens (UI) dengan anggota DPR RI Ruhut Sitompul (Partai Demokrat), yang berujung ke ranah hukum dan menimbulkan banyak komentar, baik pro maupun kontra.

Konflik yang berawal dari ucapan Ruhut Sitompul dalam diskusi di salah satu stasiun telivisi yang mengatakan Boni Hargens sebagai pengamat hitam yang kerap mengkritik Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. Ucapan Ruhut dianggap Boni sebagai penghinaan rasis dan membuat Boni melaporkan Ruhut ke Polisi, dengan sangkaan pasal penghinaan.

Kondisi ini pun memancing beberapa gerakan protes, seperti yang dilakukan di Surabaya maupun di Maluku. Sebenarnya ini hanya masalah komunikasi dan “guyonan” politik saja, yang seharusnya tidak usah dibesar-besarkan, cukup Ruhut dan Boni bersalaman serta berpelukan.

Karena hal-hal seperti ini akan sering kita jumpai dalam masyarakat, mengingat saat ini sudah sangat banyak kita dipengaruhi istilah-istilah gaul dan asing. Sehingga kalau ada khilaf kata, seharusnya dapat diselesaikan dengan kekeluargaan, apalagi sebagai bangsa yang berdasarkan Pancasila, dimana diajarkan untuk menyelesaikan semua masalah dengan asas kekeluargaan.

Namun nasi sudah jadi bubur, Boni sudah melaporkan Ruhut kepada polisi, maka hukum akan berbicara. Sebenarnya masih ada peluang untuk menyelesaikan masalah ini secara kekeluargaan, jika ada niat kedua belah pihak untuk bertemu, serta tidak di kipas-kipas oleh pihak-pihak tertentu yang berniat mengambil keuntungan dari kondisi yang ada, mengingat Ruhut politisi  dan kita sudah memasuki tahun Politik.

Namun kita juga harus menghormati hak Boni untuk melaporkan Ruhut dengan berbagai pertimbangan, tetapi yang paling penting dari kondisi ini, semua pihak agar tidak ikut-ikutan memanas-manasi masalah ini, apalagi dikaitkan dengan SARA ( Suku, Agama, Ras Antar Golongan).

Dalam kondisi tahun politik saat ini, akan sangat mudah sekali untuk menjadikan masalah sepele menjadi satu masalah besar. Dengan modal provokasi dan propaganda, dicampur sentiment agama, maka masalah sepele dengan mudah menjadi masalah besar. Untuk itu kita harapkan semua pihak untuk menahan diri, kita hormati proses hukum yang berjalan, kalau memungkinkan bisa diselesaikan secara kekeluargaan, kalau tidak bisa, kita serahkan kepada pihak yang berwenang dan semua pihak menahan diri agar tidak menganggu kedamaian yang sudah tercipta dengan baik di masyarakat.

Pelajaran dari kasus ini marilah kita saling menghormati serta menjaga sikap, apalagi bagi tokoh publik, agar Rakyat tetap merasa aman dan nyaman, sudah seharusnya kita semua berpegang pada prinsip dasar Pancasila yang selalu menghargai antar sesama, buang jauh-jauh pengaruh asing yang tidak sesuai dengan karakter dan budaya bangsa kita, agar kita dapat selalu hidup berdampingan dengan saling menghargai perbedaan. (kw)

Penulis
Titi Viorika (Forum Dialog Kebangsaan)
Jakarta, titiXXX@gmail.com

Baca Juga:
Mencontoh Sikap Sadar Diri Ruhut Sitompul
Penolakan Ruhut Bisa Jadi Pelajaran
Ketulusan Konvensi Partai Demokrat

Disclaimer

Citizen6 adalah media publik untuk warga. Artikel di Citizen6 merupakan opini pribadi dan tidak boleh menyinggung SARA. Isi artikel menjadi tanggung jawab si penulisnya.

Anda juga bisa mengirimkan artikel disertai foto seputar kegiatan komunitas atauopini Anda tentang politik, kesehatan, keuangan, wisata, social media dan lainnya ke Citizen6@liputan6.com

Mulai 16 Desember sampai 27 Desember 2013 Citizen6 mengadakan program menulis bertopik dengan tema "Resolusi 2014". Ada kado akhir tahun dari Liputan6.com dan Dyslexis Cloth bagi 6 artikel terpilih. Syarat dan ketentuan bisa disimak di sini.





* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.