Sukses

Mira-1, Varietas Unggul Hasil Riset Nuklir

Jangan takut dengan radiasi nuklir, karena bisa jadi nasi yang kita makan setiap hari adalah beras yang dihasilkan dari proses radiasi.

Jangan selalu takut dengan radiasi nuklir, karena bisa jadi nasi yang kita makan setiap hari adalah beras yang dihasilkan dari proses radiasi nuklir. Salah satunya berasal dari benih Mira-1, hasil riset iptek nuklir di Badan Tenaga Nuklir Nasional (BATAN) di bidang pertanian.

Mira-1 merupakan varietas yang potensial dalam meningkatkan kualitas dan kuantitas produksi pangan nasional. Varietas yang telah mendapatkan sertifikasi dari Departemen Pertanian tersebut mampu menghasilkan 9,20 ton/ha dengan rata-rata produksi 6,9 ton/ha gabah kering giling.

Padi yang berjejer rapi di sawah-sawah pedesaan bukan merupakan sesuatu yang kebetulan terjadi, tetapi merupakan kerja keras nenek moyang kita selama beberapa abad. Manusia telah menyilangkan dan menyeleksi galur hingga diperoleh galur padi dengan varietas yang unggul. Di sisi lain hama dan penyakit utama padi sawah di Indonesia, terutama di lahan sawah irigasi antara lain Wereng Coklat Nilaparvata Lugens Stal dan penyakit hama daun bakteri Xanthomonas Oryzae.

Hama penyakit tersebut dapat menyerang tanaman padi. Hal ini merupakan kendala biologis utama dalam meningkatkan produksi padi. Oleh karena itu tujuan pembentukan varietas unggul pada padi sawah masih ditekankan pada ketahanan terhadap hama wereng coklat dan penyakit bakteri hawar daun, di samping sifat-sifat yang lain seperti produksi tinggi, umur genjah, kualitas beras bagus, tekstur pulen.

Sehubungan dengan hal tersebut, pemerintah pada tahun 1999 melepas varietas Cisantana yang mempunyai sifat tahan wereng coklat biotipe 1, 2 dan agak tahan biotipe 3, tahan penyakit hawar daun strain III, tekstur nasi pulen tetapi kualitas berasnya kurang bagus. Di samping itu bulu yang ada pada ujung gabah menyebabkan varietas Cisantana kurang disenangi petani.

Untuk memperbaiki sifat-sifat tersebut Pusat Aplikasi Teknologi Isotop dan Radiasi (PATIR) BATAN pada tahun 2000 telah melakukan perbaikan varietas Cisantana dengan teknik mutasi radiasi. Dari kegiatan penelitian tersebut diperoleh galur mutan Obs-1688/PsJ.

Setelah melalui seleksi dan pemurnian, uji daya hasil dan uji ketahanan terhadap hama wereng coklat dan penyakit bakteri hawar daun, ternyata galur mutan Obs-1688/PsJ mempunyai sifat produksi tinggi, umur genjah, tahan hama wereng coklat biotipe 2 dan agak tahan biotipe 3, tahan penyakit bakteri hawar daun strain III dan agak tahan strain IV, dengan tekstur nasi pulen, mutu  dan kualitas beras bagus. Selanjutnya galur mutan Obs-1688/PsJ pada 6 Maret 2006 telah dilepas oleh Menteri Pertanian dengan Surat Keputusan No.134/Kpts/SR. 120/3/2006  dan diberi nama varietas Mira-1 .

Dari sebaran khusus untuk varietas padi Mira-1 hingga saat ini telah tersebar lebih dari 700.000 hektar dan sebagai informasi bahwa total kumulatif sebaran benih unggul padi hasil litbang BATAN (20 Varietas) telah mencapai tiga juta hektar lebih yang tersebar di 23 propinsi.

Galur Mutan OBS-1688/PSJ Menjadi Mira-1

Padi varietas Mira-1 adalah hasil seleksi pedigree dari penyinaran benih varietas Cisantana dengan sinar Gamma Co-60  dengan dosis 0,20 kGy, kegiatan laboratorium dilakukan di kawasan nuklir di Pasar Jumat pada tahun 2000. Benih M1 ditanam di Pusakanagara Subang dan dipanen satu malai setiap tanaman.

Semua tanaman M1 ditanam sebagai tanaman M2 masing-masing sebanyak 30 tanaman setiap malai. Seleksi pedigree terhadap tanaman M2 dilakukan dan diperoleh 15 galur yang mempunyai sifat agronomi berbeda dengan varietas Cisantana yaitu ujung gabah tidak berbulu. Setelah dilakukan pemurnian beberapa generasi dan pengujian terhadap hama wereng coklat serta penyakit hawar daun serta pengujian daya hasil diperoleh galur mutan 1688/PSJ yang mempunyai produksi tinggi, tahan hama wereng biotipe 2 dan agak tahan biotipe 3 serta tahan terhadap penyakit hawar daun strain III dan agak tahan strain IV, berumur genjah dengan tekstur nasi pulen serta mutu dan kualitas beras bagus.

Kelebihan lain Mira-1 dibanding dengan padi konvesional adalah batangnya lebih kokoh, sehingga tidak mudah rebah/rontok ketika diterpa angin kencang. Padi temuan Prof Dr Mugiono dan kawan-kawan ini merupakan aplikasi teknik nuklir di bidang pertanian. Teknik nuklir yang digunakan dalam pemuliaan padi adalah radiasi, dengan cara menyilangkan varietas nasional dengan varietas yang mempunyai aspek bagus.

Radiasi mampu menembus biji tanaman sampai ke lapisan kromosom. Struktur dan jumlah pasangan kromosom pada biji tanaman dapat dipengaruhi dengan sinar radiasi ini. Perubahan struktur akibat radiasi dapat berakibat pada perubahan sifat tanaman dan keturunannya. Fenomena ini digunakan untuk memperbaiki sifat tanaman agar diperoleh biji tanaman dengan keunggulan tertentu misalnya, tahan hama, tahan kering dan cepat panen. Padi yang diradiasi bersifat aman dikonsumsi, tak ada unsur radioaktif yang tertinggal.  



Keunggulan Varietas Mira-1

Berdasarkan hasil uji daya multilokasi di 28 lokasi, uji ketahanan terhadap hama wereng coklat dan penyakit bakteri hawar daun serta analisis mutu dan kualitas beras, varietas Mira-1 mempunyai keunggulan sebagai berikut:

- Potensi hasil tinggi yaitu 9,2 ton/ha, dengan rata-rata produksi 6,29 ton/ha gabah kering giling.
- Umur 115-120 hari.
- Berat 1000 butir 26-27 gram.
- Tahan terhadap hama wereng coklat biotipe 2 dan agak tahan botipe 3.
- Tahan terhadap penyakit bakteri hawar strain III  dan agak tahan strain IV.
- Kadar amilosa rendah yaitu 19% dan kadar protein tinggi yaitu 9,02 %.
- Mutu dan kualitas beras bagus, berasnya panjang dan kristal tanpa butir mengapur, dengan tekstur nasi pulen.
- Randemen giling tinggi yaitu 73,75%, sedang varietas IR-64 72,89% dan Cisantana 65,19%.
- Prosentase beras kepala tinggi yaitu 87,67%, sedang IR-64 adalah 80,84% dan Cisantana 77,97%.

Sampai tahun 2013, BATAN telah melepas 20 varietas padi unggul untuk program peningkatan produktivitas pangan bagi kesejahteraan masyarakat Indonesia dan telah disertifikasi oleh Kementerian Pertanian Republik Indonesia.

Selain beralihnya fungsi lahan pertanian, minimnya sarana pengairan juga menjadi salah satu hambatan besar dalam peningkatan produksi padi di Indonesia. Pemerintah berharap setiap tahunnya ada kenaikan dalam produksi bahan pangan terutama beras. Oleh karena itu inovasi teknologi mutlak diperlukan dalam mendukung peningkatan produksi beras, sehingga bisa dihasilkan benih-benih unggul dan bermutu.

Keberhasilan produksi pertanian padi dialami oleh Gapoktan Kramat Raya, Desa Sirnagalih, Kecamatan Jonggol, Kabupaten Bogor. Agustus 2012 lalu berhasil membudidayakan padi varietas Mira-1 dengan mencapai hasil panen 9,9 ton per hektar gabah kering panen dan varietas Inpari Sidenuk mencapai 8,6 ton perhektar gabah kering panen. Kesuksesan yang sama juga dialami petani dari Kelompok Tani Harapan Makmur di Desa Pekayon Kecamatan Sukadiri Kabupaten Tangerang, Rabu 12 September 2012, merasa gembira karena walau musim kemarau ini masih merasakan panen padi Variatas Mira-1 di lahan pertaniannya mencapai hasil yang tinggi yaitu 12 ton per hektar dan Varietas Inpari Sidenuk mencapai 10,4 ton per hektar.

Presiden Susilo Bambang Yudhoyono yang melakukan Panen Raya Padi Varietas Mira-1 di Desa Rancadaka, Kecamatan Pusakanegara, Kabupaten Subang, Jawa Barat, 4 Juni 2007 yang lalu, memaparkan enam pilar yang menjamin kemajuan dibidang pertanian yakni kebijakan pemerintah yang tepat, inovasi teknologi, pengembangan infrastruktur yang mendukung, budaya petani disesuaikan dengan cara yang modern, pelestarian lingkungan hidup dan kepemimpinan yaitu para pemimpin yang berpikir maju. Presiden juga berharap agar para peneliti bersedia untuk memanfaatkan sumber energi atom dan nuklir sebagai salah satu inovasi teknologi untuk membantu petani menemukan/menghasilkan benih padi unggul dengan produktivitas tinggi, tahan hama, murah dan kebutuhan airnya relatif sedikit sehingga dimusim kemarau masalah kekeringan dapat  diatasi.

Deskripsi Varietas Mira-1

Nama Varietas: Mira 1 (Padi sawah)
Status:    Dilepas berdasarkan SK Menteri Pertanian No. 134/Kpts/SR.120/3/2006 pada tanggal 6 Maret 2006.
Nomor Seleksi: OBS-1688/PSJ
Asal Persilangan: Seleksi pedigree dari penyinaran varietas cisantana dengan sinar gamma dosis 0,2 kGy.
Golongan: Cere
Umur Tanaman: 115 - 120 hari
Bentuk Tanaman: Tegak
Tinggi Tanaman: 105 - 110 cm
Anakan Produktif: 15 - 20 batang
Warna Kaki daun: Hijau
Warna Batang: Hijau
Warna Telinga daun: Tidak berwarna
Warna Daun: Hijau
Tipe Malai: Intermediate
Leher Malai: Terbuka
Posisi Daun: Tegak
Daun Bendera: Tegak
Bentuk Gabah: Ramping
Warna Gabah: Kuning
Kerontokan: Sedang
Kerebahan: Tahan
Tekstur Nasi: Pulen
Kadar Amilosa: 19,0%
Bobot 1000 Butir: 26-27 gram
Rata-rata hasil Produksi: 6,9 ton/ha GKG
Potensi Hasil: 9,20 ton/ha  GKG
Ketahanan Terhadap Hama: Tahan Wereng coklat biotipe 2 dan agak tahan biotipe 3.
Ketahanan Terhadap Penyakit: Tahan penyakit hawar daun strain III dan agak tahan strain IV.
Anjuran: Cocok ditanam pada lahan Sawah dengan ketinggian 0-700 m di atas permukaan laut.
Pemulia: Mugiono, Hambali, Sutisna, Lilik Harsanti, Yulidar.
Dilepas Tahun: 2006

(Adv)

Baca Juga:
Teknologi Nuklir Ikut Mendukung Swasembada Beras
BATAN Lakukan Riset Benih Unggul Tanaman Pangan
BATAN Banyak Hasilkan Benih Unggul Bermutu
Varietas Unggul Padi Hasil Mutasi Radiasi

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.