Sukses

Bupati Puncak: Penembak Polisi Sinak Pernah Rampas Senjata Brimob

Kelompok tersebut sudah merampas 7 senjata atau dan 1 peti amunisi.

Liputan6.com, Jayapura - Bupati Kabupaten Puncak Willem Wandik menduga kelompok pimpinan Alex Gagak Murib dan Kalenak Murib bertanggung jawab atas penembakan terhadap 5 anggota polisi di Polsek Sinak, Kabupaten Puncak, Papua. Kelompok tersebut bermarkas di Ilaga, ibu kota Kabupaten Puncak.

Kelompok ini pernah melakukan penembakan dan perampasan senjata milik anggota Brimob pada 3 Desember 2014.

"Senjata Brimob inilah yang digunakan untuk penyerangan di Polsek Sinak dan menembak 5 polisi. Dalam melakukan aksinya, kelompok ini dibantu oleh Kelompok Aleka Telenggen yang bermarkas di Yambi, Kabupaten Puncak Jaya," kata Willem Wandik, Selasa (29/12/2015)

Wandik mengatakan, TNI/Polri harus segera menangkap kelompok penganggu keamanan ini, sebab dengan memiliki 1 senjata, kelompok ini bisa merekrut 20-30 orang, apalagi saat ini, kelompok tersebut sudah merampas 7 senjata atau dan 1 peti amunisi.

"Kelompok ini akan menjadi kelompok besar dan akan sangat mengkhawatirkan. Dengan memegang 1 senjata saja, mereka bisa bertindak kasar dengan warga setempat, misalnya mencuri ternak dan membawa anak gadis orang," kata Wandik.

Dia juga berharap, TNI/Polri segera menangkap kelompok ini dan diproses sesuai hukum. Aparat keamanan juga disarankan untuk menangkap dan mengejar kelompok tersebut dengan prosedur yang telah ditetapkan.

"Jika dibiarkan, maka kelompok ini akan terus mengganggu kamtibmas dan pembangunan yang sedang dilaksanakan. Masyarakat pun sudah berbicara kepada saya, bahwa mereka akan siap untuk membantu aparat keamanan menangkap kelompok ini," pungkas Wandik.

Polsek Sinak di Kabupaten Puncak, Papua diserang oleh sekolompok orang tak dikenal pada Minggu 27 Desember 2015 malam. Akibat penyerangan itu, 3 anggota polisi tewas. Sementara 2 anggota lainnya mengalami luka tembak. Selain menyerang, kelompok tersebut juga mengambil 7 pucuk senjata api berbagai jenis beserta amunisinya.

Sebelum peristiwa berdarah itu terjadi, terdengar suara tembakan dari Hanoi, yang letaknya di belakang kantor polsek hanya berjarak 40 meter. Diduga, suara tembakan itu sebagai kode untuk DK agar membuka pintu belakang Polsek Sinak.

"DK ini yang membantu kelompok tersebut untuk melakukan aksinya dengan cara membuka pintu belakang," ucap Patrige dalam keterangan persnya di Papua, Senin 28 Desember 2015 siang. DK yang berkhianat disebut sebagai tenaga bantuan operasi di Polsek Sinak. Dia telah bekerja sejak 4 tahun lalu.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.