Sukses

MUI: FPI dan Polisi Jangan Terpancing Emosi

Demo FPI menolak Ahok jadi Gubernur DKI Jakarta di Balaikota dan DPRD DKI Jakarta, pada Jumat 3 Oktober 2014 berakhir ricuh.

Liputan6.com, Bogor - Unjuk rasa yang dilakukan Front Pembela Islam (FPI) di Balaikota dan DPRD DKI Jakarta, pada Jumat 3 Oktober 2014 berakhir bentrok dengan aparat kepolisian. Dalam bentrok tersebut, massa FPI melempari polisi yang berjaga dengan batu, beling, dan kotoran hewan.

Sebanyak 11 polisi terluka dan 21 anggota FPI diamankan Polda Metro Jaya.

Ketua bidang Hubungan Luar Negeri Majelis Ulama Indonesia (MUI) Pusat Muhyidin Junaedi menyayangkan kejadian tersebut.

"Seharusnya pihak FPI maupun petugas polisi tidak mengedepankan emosi yang akhirnya jadi bentrok keduanya," ungkap  Muhyidin di Bogor, Sabtu (4/10/2014).

Menurut Muhyidin, apa pun ketidaksenangan terhadap sesuatu, jangan mengutamakan emosi. Bila ada orang yang bermaksud baik namun caranya kurang tepat, akan terasa percuma.

Ia mencontohkan seperti yang diwasiatkan Imam Ali Radiyallahu Anhu, yaitu kebenaran apabila tidak dilakukan dengan baik maka bisa dikalahkan oleh kebatilan yang dilakukan secara terorganisir dan rapih.

"Kami berharap dari saudara-saudara kami FPI harus bisa menahan diri, dan kepada para penegak hukum juga harus bisa menahan emosi agar tidak timbul tindakan anarkisme, meskipun awalnya semua tujuannya baik," ujar dia.

Ia juga meminta kepada para petugas agar tidak berlebihan dalam melakukan pengamanan saat demonstrasi, karena menurutnya ada cara lain yang bisa dijalani, yaitu dengan berdialog secara baik-baik.

Sebelumnya, demo FPI yang menolak Wakil Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) menjadi Gubernur DKI Jakarta menggantikan Joko Widodo berakhir ricuh. Massa melempari polisi dengan batu, beling, hingga kotoran hewan. (Ado)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini