Menguak `Ping Parsial` Petunjuk Baru `Rute Sesat` MH370

Liputan6.com, Kuala Lumpur - Perusahaan telekomunikasi Inggris Inmarsat menjadi tombak acuan bagi pemerintah Malaysia untuk memastikan keberadaan pesawat maskapai Malaysia Airlines MH370. Dari hasil analisa satelit Inmarsat, jet Boeing 777-200ER itu diketahui berada di Samudera Hindia selatan, dekat Perth, Australia.

Penyelidikan terus dilakukan. Kini petunjuk baru ditemukan. Bahwa ada sinyal 'ping parsial' atau ping tak penuh yang terlacak 8 menit setelah 7 sinyal ping penuh yang menunjukkan lokasi MH370.

Kini Inmarsat tengah menyelidiki apakah 'ping parsial' itu akibat gagal login untuk terhubung ke satelit atau upaya me-reset sistem dalam pesawat. Jika misteri 'ping parsial' tersebut berhasil dipecahkan, penyebab 'rute sesat ' MH470 atau keluar jalur dan balik arah hingga di Samudera Hindia kemungkinan akan terungkap.

Wakil Presiden Direktur Inmarsat, Chris McLaughlin mengatakan, 'ping parsial' itu bisa terjadi karena beberapa hal. Tapi yang pasti diketahui bahwa sistem komunikasi antara awak pesawat dengan satelit dimatikan.

"Kami tak melihat 'ping parsial' sebagai upaya untuk menghidupkan sistem dan upaya untuk berkomunikasi," ujar Chris McLaughlin, seperti dimuat Fox News, Rabu (26/3/2014).

Pelaksana tugas (Plt) Menteri Transportasi Hishammuddin Hussein mengatakan, pihaknya akan terus menggali dan menginvestigasi sinyal 'ping parsial' tersebut demi menemukan lokasi tepat keberadaan MH370 di Samudera Hindia.

"Untuk saat ini, transmisi tersebut masih belum dipahami dan penyelidikan dilanjutkan," kata Hishammuddin Hussein yang juga menjabat Menteri Pertahanan Malaysia.

Chairman Malaysia Airlines Mohammed Nor Mohammed Yusof mengatakan, butuh waktu lama untuk memecahkan teka-teki sinyal ping itu menjadi sangat jelas. "Investigasi terus berlanjut dan sejauh ini belum terungkap, bahkan bisa lebih lama dan lebih kompleks."

Sementara itu, tim pencari masih berusaha keras untuk menemukan bangkai MH370 di Samudera Hindia, pada area terpencil seluas 622 ribu meter persegi, ukuran yang hampir sama dengan Laut Alaska.

"Kami turunkan alat apapun dalam pencarian ini. Namun yang kita cari adalah sesuatu yang paling sulit didapat di titik yang sulit dibayangkan. Ini sekitar ribuan kilometer dari mana pun titik awalnya," jelas Perdana Menteri Australia Tony Abbott.

Metode Fisika

Pihak Inmarsat mengaku menggunakan metode Fisika 'efek Doppler' untuk menganalisis 7 sinyal 'ping' dari Malaysia Airlines MH370 yang ditangkap satelitnya untuk mengetahui tujuan akhir pesawat nahas itu, apakah di Koridor Utara (China dan Kazakhstan) atau Selatan (Indonesia dan Australia).

Efek Doppler yang ditemukan pada Abad ke-19 itu merupakan perubahan frekuensi gelombang akibat perubahan posisi atau pergerakan pengamat relatif terhadap sumber gelombang atau sebaliknya.

'Ping' secara otomatis dikirimkan setiap jam dari pesawat setelah sistem komunikasinya berhenti. Dari itu, ditemukan indikasi MH370 terus terbang setidaknya selama 5 jam setelah menghilang dari jalur penerbangan yang semestinya -- Kuala Lumpur ke Beijing.

Berdasarkan waktu sinyal mencapai satelit dan elevasinya, Inmarsat awalnya berhasil memberi informasi soal 2 koridor yang mungkin dituju oleh MH370, utara atau selatan.

Tak sampai di situ. Para ilmuwan Inmarsat lalu memeriksa `ping` samar yang ditangkap satelit dari pesawat menggunakan 'efek Doppler'. Dengan membandingkan model tersebut dengan lintasan pesawat lain di rute yang sama, para ahli menghasilkan 'kecocokan luar biasa' antara prediksi Inmarsat bahwa MH370 menuju ke selatan. (Yus Ariyanto)