Sukses

Jelang Pemilu 2014, Politisi Pemilik Media `Jual' Simbol Partai

Banyak partai gencar promosi di media televisi, Ini kata pemerhati komunikasi politik Akhiri Hailuki.

Pemilu legislatif (pileg) 2014 tinggal hitungan bulan, dalam kurun itulah banyak partai politik (parpol) berkompetisi membangun persepsi dan pengaruhi publik dengan berbagai strategi komunikasi, salah satunya melalui media massa televisi. Mereka seakan berebut 'menjual' simbol partainya agar memincut masyarakat.

Pemerhati Komunikasi Politik Akhiri Hailuki pun angkat biacara soal itu. Menurutnya, tampak jelas yang paling gencar melakukan serangan udara via televisi ada 4 partai politik. Yakni Partai Hanura, Partai Golkar, Partai Nasdem dan Partai Gerindra.

"Tiga partai pertama diuntungkan karena pimpinannya mempunyai stasiun televisi, sedangkan Gerindra punya kekuatan finansial," kata Hailuki saat berbincang dengan Liputan6.com di Jakarta, Jumat 27 Desember 2013 malam.

Namun kata dia, dari empat partai tersebut, pola strategi serangan udara berbeda digunakan oleh Hanura. Jika diperhatikan, di saluran televisi grup MNC, yang notabene dimiliki oleh ketua Bapilu Partai Hanura Hary Tanoesoedibjo diam-diam tengah gencar menitipkan penampakan simbol seperti mata panah.

"Dengan warna cokelat krem dalam beberapa program acaranya. Menurut saya ini adalah metode komunikasi enkripsi (penyandian/penyimbolan) dimana penyampaian informasi melalui proses penyandian simbol secara acak yang identik dengan identitas tertentu," tutur dia.

Ia menilai, tujuannya agar simbol yang identik dengan salah satu bagian logo Partai Hanura tersebut secara perlahan merasuk dalam memori pemirsa dan bersemayam dalam top of mind publik.

"Bila di perhatikan, simbol mata panah adalah encoding Partai Hanura yang menjadi sandinya," jelasnya.

"Metode enkripsi sudah tidak asing di dunia intelijen bahkan marketing, cara ini kerap dipakai Amerika Serikat misalnya dalam berbagai film Hollywood-nya dimana peran protagonis (jagoan) cenderung menggunakan mobil produk AS sebagai tunggangannya," papar dia.

Namun, sejauh mana efektivitasnya. Itu tergantung intensitas dan frekuensinya, makin masif maka akan makin solid tertanam di top of mind para pemilih. Ketika semakin tertanam maka tidak akan sulit untuk meyakinkan publik atau konsumen untuk mengonsumsi produk tersebut yang dalam konteks politik.

"Simbol itu akan berada di kertas suara Pemilu legislatif berada di nomor urut pertama. Apabila di benak publik sudah tertanam simbol tersebut, maka kecenderungan untuk mencoblosnya semakin terbuka," ungkap dia.

Apalagi, sambungnya, penampakan simbol mata panah bila dicermati banyak terlihat dalam program di MNC Grup. Tak hanya Kuis Kebangsaan di RCTI dan kuis Indonesia Cerdas di Global TV yang secara gamblang tampilkan akronim WIN-HT dan nuansa cokelat krem baik setting maupun kostum presenter atau bintang tamu.

"Acara variety show tertentu, beberapa kali secara acak ditampilkan simbol itu dalam berbagai bentuk seperti pita, motif, grafis warna warni dan sebagainya, itulah yang dimaksud strategi komunikasi enskripsi," beber dia.

Dengan demikian bisa dikatakan, Hanura adalah parpol dengan strategi komunikasi paling mutakhir dibanding parpol lainnya. Di saat parpol lain masih gunakan cara kampanye konvensional dengan sebatas iklan dan pemberitaan, Hanura sudah selangkah di depan gunakan metode enkripsi tersebut.

"Sebagai pemerhati komunikasi politik, saya tidak bicara benar atau salah. Atau legal dan ilegal karena itu domain lembaga yang berwenang yaitu KPI, tapi bagi para pemerhati komunikasi politik, ini strategi komunikasi out of the box dan canggih," tutur dia.

Karena itulah, ucap di, Pemilu 2014 pun tampaknya akan menjadi ajang pertarungan strategi non konvensional dan kreatif, strategi komunikasi enkripsi merupakan salah satu jurus alternatif yang bisa digunakan untuk memenangkan pertempuran. (Tnt)

Baca juga:
Kaleidoskop Politik 2013: Suhu Memanas Jelang Pemilu
Spanduk Parpol Terpampang di Gerbang Gereja Katedral
Fuad Bawazier: Warga Non-Partai Selalu Jadi Kelas Dua

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini