Sukses

Top 3: Ahok dan Keterangan Direksi RS Sumber Waras

Ahok meyakini kasus Sumber Waras lambat laun akan menemui titik terang.

Liputan6.com, Jakarta - Keterangan Direktur RS Sumber Waras Abraham Tejanegara itu membawa angin segar bagi Ahok. Sebab seperti menampik audit BPK yang menyudutkan Pemprov DKI Jakarta.

Berita tentang keterangan Direktur RS Sumber Waras Abraham Tejanegara yang membawa angin segar bagi Ahok paling banyak menyita perhatian pembaca Liputan6.com di kanal News, pada Senin (17/4/2016).

Selain itu, dua berita lain yang tak kalah diburu adalah kelemahan kelompok yang anti-Ahok dan cokelat isi sabu yang dialamatkan ke koperasi Kampus Binus.

Top 3 Selengkapnya:

1. Cahaya Fajar Ahok di Kasus Sumber Waras

Pengamat menilai mundurnya Ahok dari Partai Gerindra akan menyulitkan komunikasi PDIP-Gerindra. (Liputan6.com/ Faisal R Syam)

Perseteruan Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) dengan Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok masih terjadi. Hal ini menyusul audit investigatif BPK terkait pembelian lahan RS Sumber Waras, Jakarta, seluas 4,6 hektare.

Dalam hasil audit, BPK menilai ada ketidaksesuaian prosedur dalam proses pembelian lahan milik Yayasan Kesehatan Sumber Waras (YKSW).

Pemprov DKI dianggap membeli dengan harga lebih tinggi dari seharusnya hingga menimbulkan kerugian negara sebesar Rp 191 miliar.

Direktur Rumah Sakit Sumber Waras Abraham Tejanegara mengungkapkan sejumlah fakta terkait pembelian lahan rumah sakit. Data itu disebutkan bertentangan dengan apa yang disampaikan BPK. 

Seperti letak lokasi RS Sumber Waras. Berdasarkan sertifikat, tanah yang dimiliki yayasan itu berada di Jalan Kyai Tapa. Data tersebut bertentangan dengan audit BPK yang menyebutnya berada di Jalan Tomang Utara.

Keterangan Direktur RS Sumber Waras Abraham Tejanegara itu membawa angin segar bagi Ahok. Sebab stigma audit BPK yang selama ini tidak bisa dievaluasi siapa pun, akan mulai tergeser.

Selengkapnya...

2. Ini Kelemahan Kelompok yang Anti-Ahok Menurut Peneliti SMRC

Direktur SMRC, Djayadi Hanan memaparkan hasil surveinya atas Kinerja Pemerintahan Jokowi-JK Kuartal Pertama 2016, Jakarta, Minggu (17/4/2016). Kepercayaan publik pada Jokowi terus menguat mencapai 72 persen. (Liputan6.com/Johan Tallo)

Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok akan maju kembali di Pilkada DKI 2017. Namun, dua kasus hukum di Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) yaitu pembelian lahan RS Sumber Waras dan reklamasi Teluk Jakarta selalu dikaitkan kepada mantan Bupati Belitung Timur itu, khususnya bagi kelompok yang anti-Ahok.

Direktur Eksekutif Saiful Mujani Research and Consulting (SRMC) Djayadi Hanan mengatakan, ada kelemahan dari mereka yang anti-Ahok.

"Masih ada kelemahan bagi anti-Ahok. Mereka belum punya pemimpin yang jelas. Lawan Ahok belum jelas, maju dari partai belum ada. Dari independen belum ada selain Ahok, karena memang tak mudah maju di jalur independen," ujar Djayadi di kantornya, Jakarta, Minggu (17/4/2016).

 Selengkapnya...

3. Siapa Pemilik Cokelat Isi Sabu Tujuan Koperasi Kampus Binus

Dit Narkoba Polda Metro Jaya menata barang bukti hasil Operasi Bersinar Jaya 2016, Jakarta, Rabu (13/4). Petugas mengungkap peredaran narkoba internasional dengan mengamankan 36,43 kg shabu kristal yang dikemas kotak cokelat. (Liputan6.com/Gempur M Surya)

Tiga belas kilogram sabu tak bertuan berhasil ditemukan petugas Polres Metro Jakarta Barat (Jakbar). Berkat laporan dari petugas ekspedisi yang curiga 2 peti kayu berisi paket cokelat isi sabu itu terungkap. Namun, siapa pemiliknya masih misterius.

"Dari alamat paket itu, tertera untuk Koperasi Universitas Binus di Jalan Kemanggisan Ilir no 43 - 45, Jakarta Barat," ujar Kapolres Metro Jakarta Barat Komisaris Rudy Heriyanto Adi Nugroho, Jumat 15 April 2016.

Peti tersebut diterima perusahaan ekspedisi di kawasan Jalan Palem Lestari, Ruko Fantasi, Blok X, Cengkareng.

Adapun paket tersebut dikemas dalam dua peti kayu berisi enam dus dengan 44 set kotak cokelat Ferero Rocher. Berat total sabu adalah 13 kilogram.

Selengkapnya...

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.