Sukses

Munir dan Garuda yang Gagap

Tim Pencari Fakta mencium ketidakberesan keberadaan Pollycarpus satu pesawat dengan Munir. Dua surat petinggi Garuda sebagai bukti. Dirut Garuda menganggap itu hanya kesalahan administrasi.

Liputan6.com, Jakarta: Enam bulan sudah Munir tewas diracun. Namun, hingga kini, tabir kematian aktivis hak asasi manusia ini belum terungkap. Padahal, tim pencari fakta (TPF) kasus ini telah terbentuk dan bekerja. Satu per satu orang diduga terkait kasus ini diperiksa. Tak terkecuali petinggi PT Garuda Indonesia, pemilik pesawat yang mengangkut Munir saat ditemukan tak bernyawa lagi. Ada banyak jejak yang tercium dari hasil pemeriksaan itu. Salah satunya kesan bahwa Garuda menutup-nutupi pengungkapan kasus ini. Tapi lagi-lagi, Direktur Utama PT Garuda Indra Setiawan dalam berbagai kesempatan berbeda membantah semua itu.

"Tidak ada keterlibatan institusi dalam kasus ini," kata Direktur Utama PT Garuda Indra Setiawan. Dia juga membantah melindungi orang-orang di Garuda yang diduga terlibat dalam kasus ini. Bantahan disampaikan dalam acara Topik Minggu Ini yang dipandu reporter SCTV Rosianna Silalahi di Jakarta, Rabu (9/3) malam.

TPF menemukan kejanggalan pada surat yang dikeluarkan Garuda. Satu ditandatangani Indra dan satu lagi yang diteken Vice Presiden Corporate Security Garuda Ramelgia Anwar. Kedua surat itu ditujukan kepada pilot Pollycarpus Budihari Priyanto.

Pollycarpus sejak awal sudah disebut-sebut terkait dalam kasus Munir. Pilot pesawat Airbus 330 milik Garuda ini beberapa kali mencoba menghubungi Munir sebelum berangkat ke Belanda. Bahkan, menjelang keberangkatan, ia terlihat dekat dengan Munir. Pollycarpus juga yang menawarkan Munir pindah tempat duduk dari kelas ekonomi ke bisnis. Dia juga berada di pesawat itu sebagai nonaktif pilot atas penugasan resmi Garuda berdasarkan surat tadi.

Munir meninggal dua jam sebelum pesawat mendarat di Bandar Udara Schipol, Belanda, 7 September 2004. Dokter dan tim dari Lembaga Forensik Belanda (NFI) Amsterdam, yang mengotopsi jenazah Munir, menemukan timbunan racun arsenik dalam darahnya. Kandungan itu mencapai 3,1 miligram per liter. Padahal, ambang batas yang bisa ditoleransi tubuh manusia hanya 1,7 miligram per liter.

Indra mengakui telah terjadi kesalahan administrasi dalam pemberangkatan Pollycarpus. Menurut Indra, seharusnya, Pollycarpus tak ikut terbang karena belum mengantongi surat izin. Di sisi lain, Indra mengaku telah menugaskan Pollycarpus berdasarkan surat yang dikeluarkannya pada 11 Agustus 2004. Pollycarpus ditugaskan khusus berhubungan dengan aviation dan internal security. Untuk itu, ia diwajibkan memberikan laporan dua pekan sekali. Padahal, Pollycarpus sendiri tak paham mengetik lewat komputer.

Kesalahan Pollycarpus kemudian ditutupi dengan surat internal yang dibuat Ramelgia Anwar pada 17 September, bukan 4 September seperti tercantum dalam kop surat. Hal inilah yang disebut Indra sebagai kesalahan administrasi. "Tidak ada perkiraan berkaitan dengan kematian," ujar Indra. Pollycarpus sendiri dalam berbagai kesempatannya menyatakan tak melanggar prosedur. Ia mengaku telah mengantongi izin saat terbang satu pesawat dengan Munir.

Angota TPF Hendardi yang hadir dalam kesempatan terpisah justru menyoroti keterangan Indra yang berbeda-beda tentang Pollycarpus. Saat menerima Suciwati, istri Munir, Indra mengaku hanya mengenal Pollycarpus karena memiliki nama yang unik. Namun, belakangan, Indra mengaku mengenal dekat Pollycarpus. "Tidak benar itu kalau saya katakan tidak mengenal Pollycarpus," ujar Indra dalam kesempatan ini. Indra mengaku telah mengenal Pollycarpus sejak 2003. Sejak itu beberapa kali terjadi interaksi di antara mereka.

Menyoal kabar dirinya beberapa kali bertemu orang-orang Badan Intelijen Negara (BIN), Indra membantahnya. "Saya tidak pernah mengadakan rapat dengan BIN atau duduk satu ruangan," kata Indra. Ia juga menyatakan kembali tak ada niat sedikit pun untuk berkonspirasi membunuh Munir baik secara pribadi maupun institusi.

Satu pertanyaan yang sulit dijawab Indra yakni mengapa memilih Pollycarpus untuk tugas aviation dan internal security. "Berdasarkan surat keputusan bersama penerbang bisa ditugaskan selain terbang juga di darat," tutur Indra. Ia juga mengaku baru tahu kalau Pollycarpus tak paham menggunakan komputer.(AWD)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

    Video Terkini