Sukses

Efek Letusan Merapi 2010 Cegah Bumi `Terpanggang` Matahari?

Erupsi gunung ternyata membawa keuntungan bagi manusia. Salah satunya, mencegah Bumi 'terpanggang' panasnya Matahari.

Letusan gunung berapi kerap membawa bencana yang bahkan merenggut nyawa. Di sisi lain, fenomena alam itu membawa keuntungan bagi manusia. Salah satunya, mencegah Bumi 'terpanggang' panasnya Matahari.

Ini penjelasannya: saat meletus, gunung berapi melontarkan partikel ke atmosfer, menghalangi pancaran cahaya Matahari. Sejumlah ilmuwan meyakini, hal itu mengimbangi efek emisi karbon yang disebabkan aktivitas manusia, setidaknya dalam periode 15 tahun terakhir -- yang menjadi medan tempur pemanasan global.  

Ada semacam kekosongan atau jeda (hiatus) dalam pemanasan global sejak 1998. Kesenjangan suhu yang diperkirakan dengan yang aktual membuat sejumlah orang skeptis, bahwa pemanasan global hanya paranoid atau kebohongan belaka.

Mereka berpendapat bahwa model pemanasan global ini melebih-lebihkan efek karbon dioksida (CO2) yang dikeluarkan oleh pembakaran bahan bakar fosil.

Studi yang dimuat dalam jurnal sains Nature Geoscience menawarkan penjelasan untuk mengatasi polemik itu. Dengan menyebut letusan gunung berapi membantu menjelaskan perlambatan kenaikan suhu belakangan ini.

Menggunakan data satelit, para peneliti menemukan kaitan antara suhu permukaan Bumi dan dampak dari letusan gunung api pasca-tahun 2000.

Setidaknya ada 17 gunung berapi yang meletus sejak tahun 2000, termasuk Nabro di  Eritrea, Kasatochi di Alaska, dan Merapi di Indonesia. Letusan gunung-gunung itu yang tak seberapa besar besar, diabaikan hingga saat ini oleh para ilmuwan iklim.

Namun, sedikit demi sedikit sulfur yang dimuntahkan gunung-gunung api merefleksikan sinar matahari dan sedikit mendinginkan atmosfer di level yang lebih rendah.

Dampak dari "aerosol" itu menyumbang sebanyak 15 persen dari kesenjangan suhu yang diperkirakan dan aktual antara tahun 1998 dan 2012.

"Kekosongan pemanasan global sejak 1998 memiliki sejumlah penyebab yang berbeda," kata salah satu penulis studi, Ben Santer dari Lawrence Livermore National Laboratory, California seperti dimuat Channel News Asia, Senin (24/2/2014).

"Pendinginan yang disebabkan oleh letusan gunung berapi di awal Abad ke-21 adalah salah satu penyebab."

Sebelumnya letusan dahsyat Gunung Pinatubo di Filipina pada 1991, secara luas diketahui memiliki efek pendingin permukaan bumi. Sementara, letusan Gunung St Helens pada 1980 menurunkan suhu global hingga 0,1 derajat Celcius.

Sejarah mencatat, letusan Gunung Tambora pada 1815 membuat musim dingin absen pada 1816 -- tahun tanpa musim panas. Kemudian pada 1883, berbulan-bulan setelah letusan Gunung Krakatau, dunia mengalami musim dingin, matahari terbenam dengan kemilau, dan senja berkepanjangan karena penyebaran aerosol di seluruh stratosfer.

Hanya Sementara

Ben Santer mengatakan, manusia beruntung efek letusan gunung berapi menetralkan pemanasan global yang disebabkan ulah penduduk Bumi.

Namun, sifatnya hanya sementara. "Kita tidak tahu bagaimana aktivitas gunung berapi akan berkembang selama beberapa dekade mendatang. Tak tahu berapa lama 'keberuntungan' ini akan terus berlanjut. "

Mengomentari studi ini, Piers Forster, seorang profesor perubahan iklim di University of Leeds, mengatakan gunung berapi  memberikan kontribusi terhadap perlambatan pemanasan, tapi tidak bisa dianggap menjadi satu-satunya penyebab .

"Gunung berapi memberi kita jeda sejenak dari tekanan  pemanasan tanpa henti seiring peningkatan CO2," tambahnya. (Ein/Yus)

Baca juga:

Inggris Banjir Parah, Badan Meteorologi: Salahkan Indonesia!
`Ramalan` Afrika: Wahai Orang Eropa, Kita Akan Bertukar Takdir...
Skenario `Kiamat` Baru, Suhu Bumi Naik Dimulai dari Manokwari

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini