Sukses

200 Tentara Hamil Inggris Dipulangkan dari `Medan Perang`

Lebih dari 200 tentara wanita Inggris dipulangkan dari daerah konflik setelah diketahui sedang hamil.

Sekitar 200-an tentara wanita Inggris dipulangkan dari daerah konflik setelah diketahui sedang hamil. Sebanyak 99 orang di antaranya dievakuasi dari 'medan perang' Afghanistan dan 102 lainnya dari Irak. Hal tersebut dilakukan berdasarkan peraturan yang melarang tentara wanita yang hamil untuk bertugas di garis depan -- wilayah konflik.

Para tentara wanita tersebut diperintahkan untuk pulang oleh para komandan mereka dengan menggunakan pesawat yang biasa digunakan untuk memulangkan tentara yang terluka parah.

Pihak Kementerian Pertahanan (Kemenhan) Inggris mengatakan, sekitar 200 tentara wanita telah dievakuasi dari wilayah konflik di Afghanistan dan Irak sejak tahun 2003-2009. Angka tersebut tidak mencapai 1% dari seluruh jumlah tentara wanita Inggris yang diturunkan dalam operasi militer di berbagai wilayah konflik di dunia.

Dalam keterangan yang disampaikan Kemenhan Inggris, pemulangan para tentara hamil tersebut dilakukan semata-mata untuk melindungi si ibu dan si calon bayi.

"Para tentara wanita yang hamil itu dipulangkan untuk melindungi kesehatan dan keselamatan mereka dan si calon bayi, bukan untuk menghukum mereka," jelas Kemenhan Inggris seperti dikutip Daily Mail, Selasa (18/2/2014). Tapi, Kemenhan Inggris tak akan memaksakan tes tersebut karena tak ingin melanggar privasi seseorang.

Pro dan kontra pun muncul terkait perlu atau tidaknya dilakukan tes kehamilan terhadap calon tentara yang ditugas ke daerah konflik. Mayor Jenderal (Mayjen) Julian Thompson yang pernah bertugas memimpin 3 komando brigade angkatan laut Inggris menilai tes kehamilan harus dilakukan demi keselamatan si tentara.

"Tes ini perlu dianggap serius. Melalui tes ini dapat diketahui apakah para tentara wanita itu 100% sehat dan siap untuk ditugaskan," jelas Julian.

Berbeda dengan Julian, anggota parlemen Bob Steward yang juga mantan komandan pasukan Inggris di Bosnia menyatakan keberatan atas tes kehamilan terhadap para tentara wanita Inggris.

"Pemerintah tidak perlu melakukan hal tersebut karena beberapa dari tentara wanita hamil saat mereka berada di lapangan. Jadi tes kehamilan yang dilakukan sebelum keberangkatan tidak akan beguna," tegas Bob.

Menanggapi pro kontra yang timbul di masyarakat, Kementerian Pertahanan Inggris mengatakan, meski tidak mewajibkan para tentara wanita Inggris untuk melakukan tes kehamilan, pihak kementerian mengaku selalu menanyakan hal tersebut kepada tentara wanita saat tes kesehatan dilakukan.

Dilarang Jalin Hubungan di Medan Perang

Untuk menghindari kehamilan saat bertugas, pihak Kemenhan Inggris memperingatkan para tentara tidak menjalin hubungan dengan tentara lainnya selama bertugas di wilayah konflik. Mereka yang ketahuan menjalin hubungan cinta akan dijatuhi hukuman berdasarkan jabatan dan posisinya.

Pada tahun 2011 lalu, seorang prajurit wanita bernama Kayla Donnelly dipulangkan dari tempatnya bertugas di Provinsi Helmand, Afghanistan setelah diketahui mengandung 7 bulan.

Kayla yang saat itu berusia 21 tahun mengaku tidak sadar bahwa dirinya tengah hamil dan baru mengetahui hal itu setelah dirinya pingsan saat sedang bertugas. Wanita asal daerah Cumbria, Inggris itu mengira berat badannya bertambah karena asupan kalori yang dimakannya yang selama ini disesuaikan dengan kebutuhan para tentara.

Dalam sekali keberangkatan, Inggris mengirim antara 500 sampai 600 personel tentara wanitanya ke Afghanistan. Sampai saat ini sudah lebih dari 10 ribu tentara wanita yang bertugas menjaga keamanan di Provinsi Helmand, Afganistan.

Para tentara wanita Inggris ditugaskan untuk melakukan patroli rutin di wilayah di mana mereka ditugaskan bersama dengan unit tempur Inggris. Tak jarang mereka harus terlibat baku tembak saat menjadi petugas paramedis, membantu tentara Inggris lainnya yang terluka.

Meski demikian, Inggris melarang dan tak akan menempatkan tentara wanitanya pada pasukan infantri, resimen tank, angkatan laut, dan pasukan khusus Inggris. (Ega/Riz)

Baca juga:

Dihujani Peluru, Evakuasi 600 Warga Suriah Tetap Dilakukan
Bom Hancurkan Masjid di Suriah, 11 Orang Tewas
Kisah Keajaiban Bocah Rani di Tengah Krisis Kemanusiaan Suriah

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.