Sukses

Menakjubkan! Cahaya Kebiruan Berpendar di Pantai Maladewa

Hamparan pantai diterangi cahaya kebiruan yang indah. Ternyata penyebabnya adalah fitoplankton.

Suatu malam yang berangin di Maladewa. Wil Ho terpana menyaksikan hamparan pantai yang diterangi cahaya kebiruan yang indah. Fotogafer asal Taiwan yang sedang berbulan madu dengan istrinya itu tak pernah menyangka akan menemukan momentum 'magis' di tepian Samudera Hindia.

Pemandangan menakjubkan tersebut dihasilkan dari bioluminesensi dari fitoplankton. Ho menyaksikan banyak organisme kecil, yang bersinar mirip kunang-kunang dibawa ombak dan terdampar di pantai. Mereka lalu menciptakan pola-pola yang mempesona di perairan dangkal.



Organisme mini itu diyakini mengeluarkan cahaya ketika mengalami tekanan atau stres. Menurut Ho, malam itu angin bertiup kencang. Makhluk tersebut mungkin dibuat gelisah oleh ombak yang besar.

"Saya sangat beruntung menyaksikan pemandangan indah seperti itu. Saya mengambil sejumlah gambar kenangan luar biasa itu dengan kamera. Namun, hati saya sedih melihat penampakan sampah-sampah di pantai, saat memperbesar gambarnya di laptopku," kata Ho di laman Flickr-nya, seperti dimuat Daily Mail, 23 Januari 2014,

Ho juga mengambil foto jejak-jejak kaki yang bercahaya. Jejak itu muncul saat organisme yang berada di permukaan pantai yang basah, merasa tertekan ketika mereka diinjak.

Ahli biologi kelautan, Jorge Ribas seperti Liputan6.com kutip dari Discovery News mengatakan, air laut di Maladewa saat itu dipenuhi fitoplankton bioluminesensi yang disebut Lingulodinium polyedrum.

Mikroorganisme itu bersinar ketika mengalami stres. Penyebabnya termasuk gelombang yang kuat, dayung yang menghentak air, juga percikan air dari papan selancar.

Fenomena pantai yang bersinar sebelumnya dijumpai di sekitar San Diego, California sejak 1901. Namun, penyebabnya beda. Di sana air berwarna kemerahan karena ganggang. Fenomena tersebut dikenal sebagai 'red tide'.

Penjelasan Ilmiah



Bioluminescence atau bioluminesensi adalah emisi cahaya yang dihasilkan oleh makhluk hidup karena adanya reaksi kimia tertentu. Terjadi secara luas pada vertebrata dan invertebrata laut, serta beberapa  jamur dan mikroorganisme seperti fitoplankton.

Tulisan tertua tentang bioluminesensi dibuat 2500 tahun yang lalu oleh Aristoteles. Bioluminescence sendiri adalah gabungan 2 kata: 'bios' yang berarti hidup dalam Bahasa Yunani dan 'lumen' -- cahaya dalam Bahasa Latin.

Berbagai jenis binatang menggunakan bioluminescence dengan cara yang berbeda .

Cumi laut menggunakannya sebagai bentuk perlawaanan berupa iluminasi kamuflase. Sementara,  Anglefish menggunakannya untuk memancing mangsa dengan cara mengeluarkan cahaya dari kepala mereka untuk menarik pada ikan yang lebih kecil.

Kunang-kunang jenis Photinus pyralis, menggunakan bioluminescence untuk menarik pasangan -- dengan cara mengedipkan perut mereka. Pun dengan cacing di lautan Bermuda yang disebut Odontosyllis enopla juga menggunakan bioluminesensi untuk menarik pasangannya. Sementara larva menggunakannya untuk mengusir predator. (Ein/Ism)

Baca juga:

Danau Poyang Kering, Akhir Misteri `Segitiga Bermuda` China?
Misteri Mengapa Burung Terbang Membentuk Formasi `V` Terkuak
Misteri Evolusi Terkuak dari Ikan Aneh `Nenek Moyang` Manusia

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini