Sukses

Dalam Sedih pun Kita Bisa Merasa Bahagia

Apakah bahagia itu hanya dirasa saat kita merasa senang?

Citizen6, Jakarta: Bahagia itu Sederhana. Kalimat penyemangat yang selalu tertulis dalam benak. Bahagia itu adalah sebuah emosi jiwa yang positif. Saat hati merasa senang maka saat itu pulalah bahagia akan muncul. Apakah bahagia itu hanya dirasa saat kita merasa senang? Menurut saya bahagia itu tidak hanya dirasa saat hati merasa senang, bahkan dalam keadaan sedih pun sebenarnya kita bisa merasa bahagia.

Tingkat kebahagiaan seseorang itu berbeda-beda, tergantung perspektif dari masing-masing individu. "Bahagia itu saat melihat Dia". Begitu kata orang yang jatuh cinta. "Bahagia itu saat melihat anak didik saya sukses".Begitu yang biasanya dikata oleh seorang guru. "Bahagia itu kalau melihat anak kita senang". Begitu kata semua orang tua. "Bahagia itu saat hati ini merasa tenang". Begitulah pendapat saya.
 
Saat mengingat apa itu bahagia, saya selalu menjawab, "Bahagia itu suatu emosi jiwa yang positif." Saya berfikir apa bahagia hanya sebuah emosi? Sebenarnya hal apa yang membuat saya bahagia? Jawabannya adalah ketenangan. Saya akan merasa bahagia saat hati saya tenang, baik saat mempunyai masalah atau saat senang.

Ketika membaca sebuah artikel tentang sebuah ketenangan, ketenangan sejatinya membuat semua masalah yang dihadapi terasa ringan. Ketenangan juga membuat diri kita tidak mudah terbaca oleh lawan. Ketenangan pula bisa menghantarkan kita pada suatu keberhasilan. Dalam artikel yang saya baca tentang ketenangan, dikisahkan seorang pegawai yang mempunyai banyak masalah dalam pekerjaannya bahkan sampai terancam di PHK. Saat dia mendapatkan masalah itu, dia mendapat saran untuk bersikap tenang. Semua masalah yang terjadi disikapinya dengan begitu tenang tanpa mementingkan emosi. Dengan sikapnya ini menghantarkannya pada keberhasilan.
 
Berbicara tentang kebahagiaan, bahagia itu pasti akan terjadi apabila hati merasa tenang. Bagaimana menumbuhkan ketenangan? Salah satunya dengan mengingat Sang Pencipta. Menagapa demikian? Hal itu dikarenakan ada rasa yang membuat kita tenang yaitu perasaan bersyukur. Oleh sebab itu, dengan sering-sering mengingat-Nya, hati ini akan terasa lebih tenang dan bahagia pun dapat dirasakan dalam keadaan diri seperti apapun. Jadi, berbahagialah sebelum bahagia itu dilarang. (mar)

Penulis
Sigma Silviana Rosa (Mahasiswa di Politeknik Negeri Jakarta)
Jakarta, kerophi.xxx@gmail.com

Baca juga:
2014 Masih Adakah Keroncong?
Tumpas Terorisme di Dunia Maya dan Dunia Nyata
Signifikansi Perhatian Daerah Perbatasan dan Pulau Terdepan


Disclaimer:

Citizen6 adalah media publik untuk warga. Artikel di Citizen6 merupakan opini pribadi dan tidak boleh menyinggung SARA. Isi artikel menjadi tanggung jawab si penulisnya.

Anda juga bisa mengirimkan artikel disertai foto seputar kegiatan komunitas atauopini Anda tentang politik, kesehatan, keuangan, wisata, social media dan lainnya ke Citizen6@liputan6.com

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini