Sukses

PBB: Kuburan Massal Ditemukan di Sudan Selatan

Ada sekitar 75 jenazah yang ditemukan. Belum jelas identitas korban, apalagi pelakunya.

Negara Sudan Selatan tengah dilanda konflik internal. Presiden Salva Kiir berseteru dengan mantan Wakil Presiden Riek Machar. Salva menuding Riek mencoba mengkudetanya.

Dalam sepekan terakhir, terjadi bentrok antara tentara Presiden Salva dengan massa pendukung Salva. Terjadi pula pembantaian massal terhadap sejumlah warga tak bersalah. Akibatnya korban tewas diperkirakan mencapai ribuan orang.

Komisaris Tinggi PBB untuk Hak Asasi Manusia Navi Pillay mengatakan, pihaknya menemukan kuburan massal di Sudan Selatan. Kata dia, ada sekitar 75 jenazah yang ditemukan, beberapa hari lalu.

"Kami menemukan kuburan massal di Bentiu, Unity State dan ada laporan sedikitnya ditemukan 2 kuburan massal lainnya," kata Komisioner Hak Asasi Manusia PBB Navi Pillay, seperti dimuat VOA, Rabu (25/12/2013).

Dia menegaskan, apa yang terjadi di Sudan jelas tidak dibenarkan. Hal itu merupakan perbuatan sewenang-wenang di luar hukum.

"Pembunuhan di luar hukum. Penargetan individu atas dasar etnis dan penahanan sewenang-wenang itu telah kami dokumentasikan dalam beberapa hari terakhir."

Juru bicara badan PBB Ravina Shamdasani, mengatakan mayat-mayat tersebut ditemukan di Bentiu, Unity State, wilayah yang dikuasai para pasukan setia mantan Wapres Riek.

"Namun kami belum tahu kapan mereka meninggal," ujar Ravina kepada BBC.

Ravina juga mengaku belum bisa memastikan latar belakang etnis mayat yang ditemukan. Tapi sejumlah laporan menyebutkan mereka berasal dari etnik Dinka.

"Dua kuburan massal lainnya dilaporkan ditemukan di Jebel-Kujur da Newside," ujar Ravina.

Hingga kini pelaku pembunuhan belum diketahui.

Korban

Seorang wartawan di Juba, Hannah McNeish melaporkan penuturan 3 warga yang menjadi saksi mata. Dia menjelaskan, ada pembantaian terhadap lebih dari 200 orang yang sebagian besar berasal dari suku Nuer. Para korban dibawa ke kantor polisi lalu ditembak mati oleh tentara pemerintah.

Saksi mata lainnya mengatakan, ada orang-orang bersenjata yang masuk dari rumah ke rumah untuk menembaki warga yang bukan berasal dari suku Dinka.

Kepala Humanitarian PBB Toby Lanzer memperkirakan korban tewas menembus angka ribuan jiwa. Padahal Sudan Selatan baru saja 2 tahun merdeka dari Sudan.

"Tak ada keraguan dalam pikiran saya bahwa korban tewas telah mencapai ribuan," kata Toby. Ini sungguh ironis mengingat pesta kemerdekaan 2 tahun lalu sungguh gegap-gempita penuh sukacita.

Selain korban tewas, sekitar 45 ribu warga sipil mengungsi ke tempat-tempat penampungan PBB di berbagai kawasan di Sudan Selatan.

Konflik ini terjadi menyusul penguasaan sejumlah kota besar oleh pasukan pemberontak yang diduga mendukung mantan Wapres Riek. Di sisi lain, Presiden Salva mengerahkan tentaranya melakukan serangan terhadap para pemberontak. (Riz/Ein)

Baca juga:

Presiden dan Eks Wapres Ribut, Sudan Selatan Dicekam Kengerian

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini