Sukses

Derita Ratu Atut di `Istana` Pondok Bambu

Tak ada lagi dompet Louis Vuitton seharga Rp 78 juta, apalagi jam tangan merek Sincere Watch seharga Rp 295 juta. Kini hanya derita adanya.

Tak ada lagi dompet Louis Vuitton seharga Rp 78 juta, apalagi jam tangan merek Sincere Watch seharga Rp 295 juta. Raut bahagia pun tak lagi tersirat di wajah Gubernur Banten Ratu Atut Chosiyah. Yang ada hanya derita di 'istana' barunya di Pondok Bambu.

Satu per satu penderitaan pun dirasakan sang ratu Banten itu. Dimulai dengan mengenakan busana tahanan khusus KPK berwarna biru. Seragam tahanan yang mirip petugas pemadam kebakaran.

Bahkan 2 hari sebelumnya, politisi Golkar itu tidak berganti baju. Masih mengenakan busana selepas meninggalkan Gedung Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), Jumat 20 Desember 2013 lalu. Berbusana batik bercorak gelap dengan mengenakan rompi oranye KPK.

"Karena memang Sabtu dan Minggu, Rutan memang tutup. Tidak ada juga kegiatan di Rutan," ujar salah seorang petugas. Atut pagi ini dibawakan baju oleh kedua anaknya yang gagal membesuk. Baju itu dibawakan masuk oleh pengacara Atut, Teuku Nasrullah, Senin (23/12/2013).

Tak hanya sampai di situ, di dalam 'istana' khusus wanita yang ada di Pondok Bambu itu, Atut tak lagi tidur di atas kasur yang empuk dalam ruangan berpendingin. Hanya kasur tipis beralaskan terpal.

"Di Bankum (Ruang Bantuan Hukum), dia (Ratu Atut) tidur di terpal biasa, ada alas bedcover bareng tahanan lain," ungkap petugas yang tak disbutkan identitasnya itu.

Menurut dia, politisi Partai Golkar itu meringkuk di sel bersama dengan narapidana (napi) kasus kriminal umum. "Dia bareng kriminal umum," beber petugas itu.

Derita sang pemimpin Banten itu seakan tiada akhir. Di dalam 'istana' barunya, Atut yang memakai seragam werpak mirip petugas pemadam juga mendapat penolakan tahanan lain. Adalah tahanan kasus suap cek pelawat, Nunun Nurbaetie Daradjatun, yang menolak berdekatan dengan Atut.

"Nunun nggak mau ketemu Atut," ungkap sang petugas Rutan Pondok Bambu, Jakarta Timur. Sayang, tidak diketahui mengapa istri mantan Wakil Kepala Polri Irjen Pol (Purn) Adang Daradjatun itu menolak Atut.

Akhirnya, Atut pun ditempatkan di Ruang Karantina C13. Di ruangan itu, Atut bersama dengan Maria Elizabeth Liman, tersangka kasus suap kuota impor daging sapi yang juga Direktur Utama PT Indoguna Utama. "Kemungkinan besar akan dipindah ke blok A," ungkap petugas itu lagi.

Tertekan dan Menangis

TB Sukatma, salah satu kuasa hukum Atut mengatakan, hingga saat ini kondisi kejiwaan kliennya itu tertekan. Apalagi sudah berada di 'Hotel Prodeo' selama 3 hari.

"Dalam keadaan baik. Secara psikologis tertekan tapi itu hal manusiawi. Sangat membutuhkan keluarga untuk melakukan pendekatan yang lebih baik lagi. Masih mengikuti proses-proses adaptasi di blok karantina," jelas Sukatma di Rutan Pondok Bambu.

Bak roda berputar, kini roda kehidupan Atut sedang berada di bawah dan terpuruk. Kondisi itu juga dibenarkan oleh seorang sumber di dalam rutan yang dirahasiakan identitasnya. Ia mengatakan sejak 3 hari ditahan di 'istana' Rutan Pondok Bambu, mata orang nomor 1 di Banten itu terlihat sembab.

"Ya bengkak. Sembab. Gimana nggak (bengkak), nangis terus. Dari yang Gubernur, sekarang jadi tahanan. Pasti sedihlah," kata sumber itu kepada Liputan6.com di Rutan Pondok Bambu.

Sumber itu melanjutkan, saat ini pihak rutan terus memberikan dukungan kepada Atut. Dukungan terus diberikan untuk beribadah. Namun ia menyangkal pihak Rutan memberikan fasilitas terkait ibadah Atut.

"Kita support teruslah. Kita arahin ke masjid. Tapi kita tidak menyediakan fasilitas buat ibadahnya," lanjut sumber tersebut.

Menurut kuasa hukum lain orang nomor 1 di Banten itu, Atut ingin sekali melihat wajah anak-anak yang dicintainya. Kangen.

"Kondisi ibu masih drop. Sejauh ini belum banyak bicara, beliau hanya ingin lihat anak-anaknya saja," ucap Firman Wijaya di Rutan Pondok Bambu, Jakarta Timur.

Namun sayang, Atut belum bisa dikunjungi siapapun, kecuali kuasa hukumnya. Anak serta keluarga yang datang menjenguknya pun tak bisa bersua dengannya.

Sebenarnya putri Atut bersama kuasa hukumnya sudah datang Senin 23 Desember pagi ke Rutan Pondok Bambu. Andriana Aprilia Hikmat yang merupakan anak ke-2 Atut dengan almarhum Hikmat Tomet tiba di rutan Pondok Bambu sekitar pukul 09.35 WIB.

Andriana yang mengenakan blus panjang berwarna hitam bermotif bulat-bulat putih itu ditemani 3 laki-laki.  2 di antaranya kuasa hukum Atut, yakni Firman Wijaya dan TB Sukatma.

Di antara mereka membawa sebuah tas besar berwarna hijau. Sementara Andriana sendiri membawa sebuah kantong plastik berwarna putih. Namun ia tak bisa menemui sang bunda.

Setelah berada di dalam kurang lebih 2,5 jam, rombongan keluarga Ratu Atut akhirnya beranjak keluar dari dalam Rutan Pondok Bambu.

Gelar Ratu Digugat

Dalam keadaan tertekan, masih ada derita lain yang dirasakan Atut. Nama Ratu yang disandangnya pun kini dipersoalkan. Menurut Sultan Fathul Adzim, keturunan Sultan Maulana Hasanudin, sampai keturuan ke-12 tidak tercantum silsilah keluarga Ratu Atut Chosiyah.

"H. Hasan Sohib bukan Tubagus (Tb). Bisa saya jelaskan di sini bahwa gelar Tubagus itu gelar keturunan. Setiap keturunan anak maupun cucu Sultan Hasanudin dari garis laki-laki menggunakan gelar Tubagus, kalau perempuan pakai ratu. Nah, dari situ mungkin kita bisa memahami, siapa Atut yang dikenal ratu dari segala ratu," tutur Fathul Adzim di Serang.

Derita  Atut ternyata justru disyukuri oleh seorang warga Banten bernama Roby. Ia berjalan kaki dari Serang ke Kota Tangerang sebagai wujud syukur atas ditahannya Gubernur Ratu Atut Chosiyah oleh Komisi Pemberantasan Korupsi. Roby memang bernazar akan berjalan kaki dari Serang ke Kota Tangerang jika Ratu Atut ditahan terkait kasus suap.

Selain itu, aksi jalan kaki ini bertujuan agar masyarakat Banten tahu gubernur mereka bersalah atas kasus korupsi pengadaan alat kesehatan dan suap sengketa Pilkada Lebak.

Di balik penderitaannya yang kini hidup jauh dari gelimangan harta, Atut masih menjadi 'majikan'. Ia punya 'anak buah'. "Dia (Atut) sudah punya tahanan pendamping untuk bawain baju, cuci baju, makanan dan lain-lain," kata seorang petugas Rutan Pondok Bambu.

Entah dari kapan tahanan pendamping alias taping itu 'bekerja' untuk Atut. Belum juga diketahui apakah taping itu memang diminta khusus pihak Atut atau diberikan oleh pihak Rutan Pondok Bambu. "Saya juga baru tahu tadi pagi," tutur dia lagi.

Entah kisah apalagi yang bergulir dalam episode kejatuhan Ratu Atut selanjutnya? (Tnt)

Baca juga:
Ratu Atut, Dihantam dari `Atas`, Diserang dari `Bawah`
`Istana` Ratu Atut di Pondok Bambu
Ratu Atut Tersudut

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini