Sukses

Ratusan Kerangka Korban `Perang Kotor` Berserakan

Ratusan kerangka ditemukan di kuburan massal di pusat penahanan rahasia Arsenal Miguel de Azcuenaga. Bagian dari sejarah kelam Argentina.

Lubang-lubang yang digali menguak ratusan kerangka manusia yang dikubur sembarangan. Berserak, bertumpuk satu sama lain.

Belulang itu ditemukan di kuburan massal di pusat penahanan rahasia yang dikenal sebagai Arsenal Miguel de Azcuenaga, di wilayah utara Provinsi Tucuman, Argentina.

Entah siapa identitas para korban -- yang kini digantikan simbol NN (No Name) dan angka kerangka. Namun yang pasti, nasib mereka disatukan oleh tragedi yang sama: Dirty War atau Perang Kotor.



Perang kotor adalah kampanye yang dilakukan oleh penguasa militer Argentina melawan 'pembangkang' sayap kiri antara 1976 dan 1983.

Diawali saat junta militer yang dipimpin Jenderal Jorge Videla merebut kekuasaan pada 24 Maret 1976 -- untuk mengatasi periode ketidakstabilan politik dan meningkatnya kekerasan setelah kematian Presiden Juan Peron.

Tujuan militer adalah untuk menumpas kaum kiri. Tapi teror yang dilakukan oleh negara melebihi apa yang dibayangkan. Sekitar 30 ribu orang menghilang tanpa jejak. Teror negara terus berlangsung hingga akhirnya Argentina kembali ke pemerintahan sipil ketika Presiden Raul Alfonsin terpilih pada Oktober 1983.

Kembali ke temuan kuburan massal itu, para ilmuwan yakin benar, para korban adalah mereka yang disiksa dan tewas dalam Dirty War. Bukti penyiksaan dan peluru di tengkorak para mendiang memperkuat dugaan itu.

Kini, para ahli forensik sedang berusaha menguak identitas mereka. Meski, Luis Fondebrider, antropolog dari University of Buenos Aires mengatakan, proses identifikasi bisa berlangsung selama bertahun-tahun.

Bagi keluarga korban, pengungkapan tersebut adalah harapan untuk menemukan kembali orang-orang terkasih. Sekaligus menguak luka lama.

"Sangat menyakitkan bagi keluarga korban -- pertama karena para korban menghilang tanpa jejak. Kedua, saat para ilmuwan mengonfirmasi identitas jasad para korban, bahwa orang-orang yang mereka cintai menemui akhir tragis," kata Nora Cortinas, ketua Mothers of the Plaza de Mayo -- kelompok yang didirikan untuk mendukung keluarga para korban, seperti dimuat Daily Mail, 9 Desember 2013.

Berakhirnya Kediktatoran



Bulan ini menandai 30 tahun sejak akhir kediktatoran. Sementara, orang yang dianggap paling bersalah, Jorge Rafael Videla meninggal di usia 87 pada 17 Mei 2013 saat menjalani hukuman seumur hidup karena dinyatakan bersalah melakukan kejahatan terhadap kemanusiaan .

Sang diktator dipenjara pada 2010 atas kematian 31 pembangkang selama kediktatoran militer 1976-1983.

Sebelumnya, Videla telah dijatuhi hukuman penjara seumur hidup karena penyiksaan, pembunuhan dan kejahatan lain pada 1985. Namun, ia mendapat pengampunan pada 1990 berkat amnesti yang diberikan oleh presiden saat itu, Carlos Menem. Pengampunan itu akhirnya dibatalkan Mahkamah Agung.

Pengadilan Argentina pada Kamis 5 Juli 2012 juga menjatuhkan vonis 50 tahun penjara atas Videla karena dianggap terbukti mencuri lusinan bayi selama periode perang penuh intrik di negara itu, yaitu perang kotor. (Ein/Yus)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.