Sukses

AS Musnahkan Senjata Kimia Suriah di Tengah Laut

Damaskus menyatakan punya 1.290 ton senjata kimia. Senjata kimia itu harus dimusnahkan untuk menghindari serangan militer.

Amerika Serikan akan memusnahkan senjata kimia milik Suriah. Menurut Organisasi Pelarangan Senjata Kimia (OPCW), persediaan senjata kimia Suriah itu akan dimusnahkan di atas kapal di tengah laut.

"Operasi netralisasi akan dilaksanakan oleh pelayaran AS di laut menggunakan hidrolisis," demikian pernyataan OPCW pada Sabtu (30/11/2013).

"Saat ini, modivikasi kapal sedang berlangsung untuk membantu operasi dan mengakomodasi aktivitas verifikasi oleh OPWC."

Operasi kapal ini akan menghancurkan 'senjata kimia prioritas', senjata paling berbahaya Suriah. Ini sebagai syarat agar tidak terjadi serangan militer ke Suriah.

Juru Bicara OPWC Michael Luhan menolak menyebut kapal yang akan digunakan untuk pemusnahan senjata kimia Suriah ini. Negara-negara OPWC telah mencari cara detil untuk menghancurkan senjata Suriah sebelum pertemuan tahunan yang dimulai Senin mendatang.

Pada awal November yang lalu OPWC mengadopsi roadmap untuk menghancurkan lebih dari 1.000 ton senjata kimia berbahaya milik Suriah hingga pertengahan 2014. Berdasar roadmap itu, senjata 'prioritas' akan dimusnahkan pada 31 Desember dan sisanya pada pertengahan 2014.

Suriah akhirnya setuju dengan program pelucutan senjata kimianya. Damaskus menyatakan punya 1.290 ton senjata kimia dan prekursor atau bahan-bahan, serta lebih dari 1.000 amunisi yang terisi bahan kimia, seperti roket atau mortir.

Beberapa senjata kimia ini akan dimusnahkan melalui proses hidrolisis, di mana agen seperti deterjen digunakan untuk menetralisasi bahan kimia seperti gas mustard dan sulfur. Namun, pemusnahan gas syaraf seperti sarin, yang juga dimiliki Suriah, biasanya dimusnahkan dengan cara pembakaran. (Eks)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini