Sukses

Pejabat Jepang ke Kuil Kontroversial, China dan Korea Terhina

Yasukuni menjadi tempat persemayaman arwah 14 penjahat perang Kelas-A dari Perang Dunia II.

Sejumlah pejabat Negeri Sakura datang ke Kuil Yasukuni, termasuk adik Perdana Menteri Shinzo Abe. Kunjungan itu membuat China dan Korea meradang. Dua negara tetangga itu menganggap hal tersebut sebagai penghormatan pada agresi Jepang di masa perang.

Kuil Yasukuni adalah sebuah kuil Shinto di Chiyoda, Tokyo. Dibangun oleh Kaisar Meiji untuk mengenang orang yang meninggal dunia untuk Kekaisaran Jepang semasa Restorasi Meiji. Yang jadi kontroversi, kuil ini juga menjadi tempat persemayaman arwah 14 penjahat perang Kelas-A dari Perang Dunia II.

Pejabat Cina memanggil Dubes Jepang pekan lalu, untuk menyuarakan keberatan dan kecaman keras. Sementara, juru bicara kementerian luar negeri Korea Selatan menyatakan "keprihatinan yang mendalam dan penyesalan" atas sikap para pejabat Jepang.

Kunjungan para pejabat pekan lalu adalah bagian dari festival musim gugur. Sebanyak 159 anggota Diet atau parlemen Jepang juga ikut berkunjung.

Editorial Global Times, media pemerintah China, mengecam para pejabat Jepang yang memberi penghormatan di kuil itu.

"China dan Korea tak akan pernah menerima Kuil Yasukuni, apakah terkait masalah rasionalitas atau sensibilitas. Tak peduli seberapa kerjasama perdagangan dengan Jepang makin tumbuh, atau seberapa independen perekonomian mereka, semua elemen positif hilang saat para politisi Jepang tampil di kuil itu," demikian dimuat Global Times, seperti dimuat CNN, 21 Oktober 2013.

Sementara, para politisi Jepang yang pergi ke kuil membela diri. Mereka bersikukuh kunjungan itu telah disalahartikan oleh media asing. Kata mereka, tujan datang ke kuil adalah 'berdoa bagi perdamaian'. Apalagi, kuil yang dibangun 1869 itu diitujukan untuk mereka "mengorbankan hidup bagi negara".

Kunjungan PM Jepang dan pemimpin politik lain sebelumnya telah melecut kontroversi dengan China dan dua Korea: Utara dan Selatan -- yang jutaan warganya tewas akibat agresi militer Jepang di masa lalu.

Meski mengundang reaksi sengit, para anggota parlemen yang datang Kuil Yasukuni tak merasa bersalah.

"Bagaimana mereka yang tewas dalam perang diperingati dan diberi penghomatan, tergantung budaya dan tradisi masing-masing negara," demikian isi pernyataan bersama para anggota parlemen. "Ini adalah tradisi lama dan menjadi bagian dari kedaulatan bangsa. Tak seharusnya jadi subyek distorsi campur tangan dan propaganda asing."

Sementara, sebuah editorial yang diterbitkan surat kabar Jepang, Asahi Shimbun, pekan lalu menyerukan PM Abe untuk, "Menemukan cara baru untuk membayar upeti kepada korban perang, yang memungkinkan Jepang untuk mengingat para 'pahlawannya' dengan tenang dan nyaman, juga dan tidak menimbulkan gesekan diplomatik."

Abe, yang pertama menjabat perdana menteri pada 2006-2007, telah menjaga jarak dari kuil itu sejak ia menjabat perdana menteri lagi Desember lalu. Ia berziarah Oktober tahun lalu saat masih menjadi tokoh oposisi.

"Bersamaan dengan mulainya musim gugur, saya sebagai presiden Partai Liberal Demokrat, mengungkapkan penghormatan saya kepada roh pahlawan yang mengorbankan hidup mereka untuk negara," katanya saat itu, seperti dimuat BBC. (Ein/Yus)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.