Sukses

Kejutan dari Curiosity: Tanah di Planet Mars Mengandung Air

Saat sejumput kotoran yang diambil dari permukaan tanah Mars dipanaskan, uap yang terdeteksi mengandung H2O. Air.

Curiosity, rover milik Badan Antariksa Amerika Serikat (NASA) yang bertugas menjelajah Planet Mars kembali membuat temuan penting. Meski sama sekali belum menjumpai tanda-tanda kehidupan di Planet Merah, ia mengungkap kandungan air yang terikat dalam tanah Mars.

Saat sejumput kotoran yang diambil dari permukaan tanah Mars dipanaskan, uap yang terdeteksi mengandung H2O yang relatif melimpah.

Peneliti Curiosity, Laurie Leshin dan para koleganya mengatakan, 2 persen dari kandungan debu merah Mars adalah air. Ini jelas kabar gembira bagi para astronot  masa depan.

"Bayangkan, dari 1 kaki kubik tanah Mars dan memanaskannya sedikit -- beberapa ratus derajat -- Anda bisa mendapatkan sekitar 2 pint air (1 pint sama dengan 0,47 liter) -- seperti dua botol air yang biasa Anda bawa ke gym," kata Dr Leshin seperti dimuat BBC, Jumat (27/9/2013).

"Yang menarik dari tanah di Mars adalah, mereka nampak sama di mana pun. Jika Anda seorang penjelajah, ini pastinya adalah kabar baik, karena Anda bisa dengan mudah mengekstrasi air hampir di manapun."

Pengungkapan terkait kandungan air yang secara kimia terikat dalam partikel halus tanah Mars hanya satu dari banyak informasi yang muncul dari serial 5 makalah yang menggambarkan perjalanan awal eksploitasi Curiosity.

Sejumlah data telah dilaporkan dalam pertemuan ilmiah dan konferensi pers. Namun, pemaparan formal memberikan kesempatan pada komunitas peneliti yang lebih luas untuk mendapatkan informasi detil soal itu.

Kabar Buruk

Publikasi yang dikeluarkan Dr Leshin dan para koleganya menyebut analisis sample dilakukan Curiosity di "Rocknest" -- tumpukan pasir yang tertiup angin dan lumpur, sekitar 400 m dari lokasi pendaratan Curiosity di Kawah Gale pada Agustus 2012.

Robot tersebut menggunakan peralatannya untuk mengambil, menyaring, dan memasukkan sejumput tanah Mars itu ke instrumen Sam yang tersembunyi di bawah 'perut'-nya. Sam punya kemampuan untuk 'memasak' sampel dan mengidentifikasi gas yang dihasilkan. Juga mendiagnosis komponen berbeda yang membentuk tanah.

Misalnya, saat Curiosity melihat proporsi signifikan karbon dioksida -- itu kemungkinan adalah konsekuensi dari mineral karbonat yang terkandung dalam sampel. Karbonat terbentuk dengan adanya air. Juga oksigen dan klorin.

Diduga itu adalah produk turunan dari mineral yang disebut perklorat (perchlorate) -- yang keberadaannya sekitar setengah persen dalam tanah.

"Jika air adalah kabar baik, maka itu adalah kabar buruk. Perklorat bisa  mengganggu fungsi tiroid, bakal jadi masalah jika manusia tertelan debu halus di Mars. Apapun, itu penting kita ketahui sekarang untuk membuat rencana di masa depan."

Tiga dari makalah Curiosity, yang dimuat di Science Magazine juga menyinggung soal kandungan tanah Mars.

Sementara, laporan kelima mendeskripsikan terkait batu berbentuk piramida yang ditemukan di jalur Curiosity. Batu itu disebut 'Jake Matijevic' -- untuk mengenang salah satu ilmuwan NASA yang meninggal dunia.

Tim yang dipimpin Profesor Ed Stolper dari Caltech, Pasadena mengonfirmasi batu itu belum pernah dilihat sebelumnya di Mars. Ia mirip dengan mugearite, jenis batuan yang ditemukan di pulau-pulau dan zona patahan di Bumi .

Batu berbentuk piramidal itu memiliki tinggi 40 centimeter itu ditemui di tempat pendaratan di Curiosity di Mars, Kawah Gale. (Ein)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.