Sukses

Para Perempuan `Sangar` Pelaku Aksi Teror Fenomenal

Diduga ada perempuan dalam aksi teror di mal Kenya: Samantha Lewthwaite. Dia bukan kaum hawa pertama.

Informasi yang beredar luas ini belum dikonfirmasi kebenarannya: ada seorang perempuan di antara pelaku teror di Westgate mall di Nairobi, Kenya -- yang menewaskan 67 orang termasuk pihak militer dan kelompok ekstremis.

Dia diduga sebagai Samantha Lewthwaite, ibu 3 anak asal Inggris yang punya nama alias 'white widow' alias 'janda putih' -- julukan putih dari warna kulitnya, dan janda karena suaminya, Germaine Lindsey, adalah salah satu pelaku bom bunuh diri dalam serangan 7/7 sistem transportasi di London pada tahun 2005,  yang menewaskan 52 orang.

Lepas dari dugaan keterlibatannya dalam aksi teror di Kenya, Samantha adalah tokoh kunci al- Shabaab, kelompok militan yang mengaku bertanggung jawab atas pembantaian di pusat perbelanjaan mewah Kenya.

Dan Samantha bukan perempuan pertama yang terlibat dalam organisasi teror, ada banyak lagi. Ia disebut-sebut salah satu teroris perempuan paling menakutkan dalam sejarah, setelah Ulrike Meinhof, pendiri Faksi Tentara Merah yang melakukan pemboman di Jerman Barat.

Di India, juga ada Thenmozhi Rajaratnam alias Dhanu, bomber pembunuh perdana Menteri India, Rajiv Gandhi.

Berikut 7 individu atau kelompok kaum hawa pelaku aksi teror fenomenal, dari banyak lainnya, yang Liputan6.com kutip sebagian dari News.com.au, 25 September 2013.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 8 halaman

Ulrike Meinhof

Ulrike Marie Meinhof adalah militan sayap kiri Jerman. Ia salah satu pendiri Faksi Tentara Merah  (Rote Armee Fraktion) -- atau yang dikenal dengan Geng Baader-Meinhof. Baader diambil dari nama pucuk pimpinan RAF, Andreas Baader. Sementara Meinhof dari nama Ulrike Meinhof.

Bersama RAF, Ulrike melancarkan sejumlah aksi pembunuhan, penembakan, juga peledakan dengan sasaran pejabat pemerintah, anggota polisi, petinggi penegak hukum.

Ulrike ikut serta dalam sejumlah aksi perampokan bank dan meledakkan gedung-gedung pemerintah, pemboman markas militer, yang sering kali menelan korban tidak berdosa. Ia dan RAF juga kerap melakukan penyanderaan sebagai alat negosiasi dengan penguasa.

Mantan jurnalis majalah kiri, Konkret, itu ditangkap pada 1972 atas sejumlah tuduhan pembunuhan dan membentuk organisasi kriminal.

Namun, sebelum sidang rampung, Ulrike ditemukan tewas di selnya pada 1976. Sebab pasti kematiannya jadi perdebatan, orang-orang terdekatnya tak percaya ia bunuh diri.

Sementara, seperti dimuat BBC, 12 November 2002,  Ulrike Meinhof pernah menjalani operasi otak pada tahun 1960-an, yang menurut ahli saraf Bernhard Bogerts dari University of Magdeburg, ikut berkontribusi menjadikannya gerilyawan kota paling mengerikan di Eropa.
3 dari 8 halaman

Janda Hitam atau 'Black Widow'

Istilah 'black widow' atau Shahidka tersebut digunakan pers Rusia untuk mewakili para janda yang rela menjadi bomber demi menuntut balas atas kematian pasangannya dalam serangan Rusia di wilayah-wilayah seperti Chechnya, Dagestan, and Ingushetia. Di Kaukasus Utara.

Salah satu penyerangan terbesar dilakukan pada September 2004, dua perempuan, Roza Nagayeva dan Mairam Taburova terlibat dalam penyerangan di sekolah North-Ossetian, Russia, yang menewaskan 334 warga sipil, termasuk 186 anak.
4 dari 8 halaman

Thenmozhi 'Gayatri' Rajaratnam

Thenmozhi Rajaratnam alias Dhanu adalah eksekutor mantan Perdana Menteri India, Rajiv Gandhi.

Kala itu, 21 Mei 1991, Rajiv Gandhi sedang melakukan kampanye pemilu di Sriperumbudur, 30 mil dari  Chennai, ibukota Tamil Nadu. Ia berjalan dari mobilnya menuju podium, dikalungi karangan bunga para pendukungnya.

Saat jarum jam menunjuk ke pukul 10.21, Dhanu, dengan bom melekat di tubuhnya mendekati Rajiv Gandhi, memberikan selamat.

Perempuan itu lalu membungkuk menyentuh kaki sang perdana menteri, sekaligus meledakkan sabuk bunuh diri RDX sarat bahan peledak yang terselip di dalam gaunnya. Hanya beberapa saat kemudian, nyawa Rajiv Gandhi dan 14 orang lainnya melayang.

Seperti dimuat Sunday Observer, 19 Mei 2013, momentum tewasnya Gandhi terekam kamera oleh seorang fotografer lokal, yang tragisnya, juga tewas dalam insiden itu.
5 dari 8 halaman

Putri Jutawan Pendukung IRA

Sejumlah perempuan melakukan tindakan teroris untuk Tentara Republik Irlandia (IRA), tapi yang paling terkenal adalah putri jutawan Inggris, Rose Dugdale.

Rose menjadi radikal di awal tahun 1970-an, saat kuliah di Oxford University, lalu bergabung dengan gerakan sipil di Irlandia Utara. Tak hanya mengkritik hak-hak istimewa yang didapat keluarganya, ia juga merampok rumahnya sendiri pada 1973.

Rose terlibat upaya peledakan stasiun Royal Ulster Constabulary menggunakan helikopter yang dibajak dan bom yang ditaruh dalam kendi susu pada Januari 1974. Untung bom itu tak meledak.

Ia lantas ditangkap atas keterlibatannya mencuri benda seni dan dihukum 9 tahun pada 25 Juni 1974.

Dalam sebuah wawancara pada 2012, Rose Dugdale menyebut hal yang pernah dilakukannya di masa lalu sebagai aksi militer. "Pada dasarnya itu adalah aksi militer yang memiliki kesempatan untuk berhasil. Di dalam pikiran saya tidak ada keraguan tentang itu," kata dia seperti dimuat thejournal.ie, 5 Januari 2012.
6 dari 8 halaman

Fatima Omar Mahmoud Al Najjar

Ada banyak perempuan Palestina yang menjadi pelaku aksi bom bunuh diri melawan Israel. Mengikuti jejak Wafa Idris, bomber perempuan pertama dalam konflik Palestina-Israel. Wafa, seorang perawat di Bulan Sabit Merah beraksi pada  27 Januari 2002.
 
Di antara para pelaku bom bunuh diri dari Palestina, salah satu yang paling fenomenal adalah Fatima Omar Mahmoud Al Najjar, seorang nenek sepuh. Ia punya 9 anak, lebih dari 40 cucu. Usianya tak jelas, ada yang menyebut 57 tahun, lainnya menduga 64 tahun.

Pada 23 November 2006, Fatima meledakkan diri di dekat tentara Israel yang beroperasi di Gaza, di dekat Kota Beit Lahiya.

Seperti dimuat New York Times, 24 November 2006, para prajurit sempat melempar granat ke tubuh rentanya, karena dianggap berperilaku mencurigakan, nenek Fatima lalu meledakkan sabuk berisi bahan peledaknya. Ia tewas, namun targetnya tidak, dua tentara Israel hanya terluka.

Dalam video yang direkamnya sebelum beraksi, nenek Fatima tampil berjilbab putih, bandana hijau terang bertuliskan Hamas, dan menyandang senapan otomatis M-16.

Ia beraksi 2 minggu setelah serangan Israel di kota Gaza di Beit Hanun yang menyebabkan 19 warga Palestina, kebanyakan wanita dan anak-anak, tewas.
7 dari 8 halaman

Joanne Chesimard

Joanne Chesimard adalah wanita pertama yang masuk dalam dalam daftar ''Teroris Paling Dicari'' FBI.

Dia anggota Militer Pembebasan Hitam yang juga dikenal sebagai Assata Shakur, terbang ke Kuba pada 1979 setelah kabur dari sebuah penjara saat menjalani hukuman seumur hidup.

Joanne dianggap bertanggung jawab atas pembunuhan lebih dari selusin polisi AS di tahun 1970-an dan 1980-an.

FBI menawarkan hadiah sebesar US$1 juta untuk informasi yang bisa mengarah kepada penangkapannya, sementara negara bagian New Jersey akan menambahnya sebesar US$1 juta.

Agen FBI Aaron Ford mengatakan badan intelejen AS tersebut akan ''mengejar keadilan, tak peduli seberapa lama waktu yang dibutuhkan," demikian dimuat BBC, 4 Mei 2013.
8 dari 8 halaman

Patricia Hearst

Patricia Hearst adalah pewaris perusahaan penerbitan Hearst. Ia berusia 19 tahun saat diculik dari apartemennya di California oleh anggota Symbionese Liberation Army (SLA), kelompok revolusioner kiri yang mendeklarasikan diri sebagai "gerilyawan kota".

Kisah Patricia membuat warga AS kaget bukan main, saat ia diketahui ambil bagian dalam perampokan bank bersama sejumlah anggota SLA lain.

Ia diduga dicuci otak habis-habisan, dianggap contoh dari sindrom Stockholm -- kondisi di mana korban penculikan berempati dengan para pelaku.

Hearst ditangkap dan dipenjara, namun masa hukumannya dikurangi oleh Presiden Jimmy Carter, ia kemudian diampuni oleh Presiden Bill Clinton.

SLA punya beberapa anggota perempuan lain, termasuk  Sarah Jane Olssen, yang divonis 13 tahun atas perannya dalam pembunuhan nasabah bank dalam salah satu operasi perampokan. Sarah menjalani hukuman selama 7 tahun sebelum bebas dengan jaminan. (Ein/Yus)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.