Sukses

Al Shabaab: Para Pemuda Penebar Teror dari Somalia (1)

Al Shabaab dikenal dengan aksi menculik jurnalis yang kerap mengkritik kelompok Islam di Somalia.

Liputan6.com, Jakarta - Nairobi mencekam. Mal Westgate di ibukota Kenya itu diserbu sekelompok orang bersenjata. Ratusan pengunjung, warga Kenya atau asing, disandera.

Ketika akhirnya militer Kenya berhasil menguasai situasi, 68 orang dinyatakan tewas. Ratusan orang terluka. Dalam ketegangan itu, Al Shabaab mengaku bertanggung jawab atas serangan tersebut.

Al Shabaab menyatakan, serangan itu merupakan balasan atas keterlibatan Kenya dalam memerangi militan Islam di Somalia.

“Kami telah memerangi militer Kenya selama dua tahun. Bila Kenya menginginkan perdamaian, mereka harus menarik pasukan dari Somalia,” kata Sheikh Abu Musab Abdiasis, juru bicara operasi militer Al-Shabaab kepada media.

Konflik di antara kedua pihak ini dimulai saat Kenya mengirim tentara ke Somalia pada Oktober 2011 untuk memburu anggota Al Shabaab yang dituding menculik turis dan menyerang serdadu Somalia. Kenya melakukannya bersama pasukan penjaga perdamaian Afrika lainnya, di antaranya Ethiopia dan Uganda.

Tapi, apa dan bagaimana sejatinya Al Shabaab?

Mari susuri lorong waktu ke belakang. Pendahulu Al Shabaab adalah Islamic Courts Union (ICU) atau Midowga Maxkamadaha Islaamiga dalam bahasa Somalia. Organisasi ini hendak menerapkan syariat Islam di Somalia. Keinginan ini memicu bersatunya para kepala suku berhaluan sekuler di Somalia. Konflik tak terelakkan.


Korban serangan Al Shabaab di Kampala, Uganda, Juli 2010.

ICU meresponnya dengan membentuk sejumlah sayap militer. Salah satunya adalah Al Shabaab yang bermakna "pemuda."

Meski fundamentalis, ICU tak sejauh Al Shabaab dalam bertindak. Al Shabaab dikenal dengan aksi menculik jurnalis yang kerap mengkritik kelompok Islam di Somalia atau menyerang kaum muda lain yang dianggap kebarat-baratan. Beberapa kali ICU meminta maaf atas aksi-aksi Al Shabaab.

Pada Mei 2006, ICU berhasil menguasai Mogadishu, ibukota Somalia. Lawannya terdesak ke utara. Tapi, dunia internasional tak mengakui rezim ICU. Pada akhir 2006, militer Ethiopia dan tentara pemerintahan transisi Somalia gantian memukul. ICU tercerai berai dan faksi-faksi di dalamnya mencari jalan mereka masing-masing.

Serangan Saat Nonton Bareng Piala Dunia

Memasuki 2007, Al Shabaab mulai berkampanye untuk memikat para pemuda untuk bergabung. Ada dua hal yang ditawarkan: membela Islam (agama mayoritas rakyat Somalia) dan membela Tanah Air dari cengkeraman tentara Ethiopia.

Waktu berjalan, Al Shabaab terus beraksi. Tak cuma di Somalia.

Pada Juli 2010, kelompok ini melancarkan serangan bom di Kampala, Uganda, yang menewaskan 79 orang yang tengah nonton bareng final Piala Dunia. Inilah serangan pertama dilancarkan di luar Somalia dan diklaim sebagai balasan atas keterlibatan Uganda dalam pasukan perdamaian Afrika.

"Kami mengirim pesan kepada Uganda dan Burundi. Jika mereka tak menarik diri dari Amisom (African Union Mission in Somalia), serangan akan berlanjut dan juga akan terjadi di Bujumbura (ibukota Burundi)," kata petinggi Al Shabaab, Sheikh Ali Mohamud Rage, seperti dikutip BBC.

Al Shabaab dan Al Qaeda, Februari 2012, mengumumkan aliansi mereka. Sejumlah analis intelejen percaya, serangan pada resor milik warga Israel di Mombasa, Kenya, direncanakan oleh sel Al Qaeda di Somalia.

Amerika Serikat telah menobatkan kelompok itu sebagai organisasi teroris, empat tahun sebelumnya. Perburuan dilancarkan. Tahun demi tahun berlalu, tapi dunia agaknya masih akan menyaksikan aksi-aksi Al Shabaab selanjutnya. (Yus)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini