Sukses

Tragedi Serangan Membabi Buta di Mal

Kelompok bersenjata mendadak mengepung mal, menyerang, memberondong tembakan dan melemparkan granat kepada para pengunjung.

Kring...! Bunyi telepon berbunyi saat Nahashon Mwangi sedang serius bekerja di tengah siang bolong. Dikira teman bisnisnya yang menelepon. Tapi tak disangka ternyata putranya yang menghubungi.

Nahashon masih belum ada pikiran buruk. Ia mengira anaknya itu ingin meminta tambahan uang jajan atau keperluan lain. Namun malah suara rintihan yang muncul.

"Ayah, saya tertembak di leher dan tangan. Tubuhku penuh darah. Cepat datang dan tolong saya," ucap si anak, lirih, seperti dikutip dari Saudi Gazette, Selasa (24/3/2013).

Saat itu juga, Mwangi langsung beranjak dari kursi. Berlari di dalam hiruk pikuk sibuknya kantor, ke luar gedung, masuk mobil, dan menancap gasnya menuju Westgate Mall, tempat sekelompok orang bersenjata asal Somalia menduduki mal yang dijajaki anaknya.

Terjebak macet di Nairobi, sang ayah menelepon lagi anaknya. Alih-alih mendapat informasi detail tentang keberadaannya, si anak malah melarang ayah untuk mendekatinya.

"Jangan telepon aku lagi!" kata anaknya. "Aku ingin ayah menghindar dari sini. Jika mereka mendengar saya menelepon, mereka akan membunuh saya!"

Mwangi pun menjawab, sambil berlinang air mata, betapa khawatirnya seorang ayah terhadap buah hatinya. "1 Jam lagi ayah sampai sana," kata Mwangi sambil memacu kendaraannya sekencang mungkin.

Tak sampai 60 menit, Mwangi akhirnya sampai di mal yang menjadi ladang pembantaian oleh kelompok bersenjata terhadap para pengunjung pusat perbelanjaan itu. Namun aral melintang. Mwangi tak bisa masuk. Polisi yang berjaga di luar melarangnya masuk.

"Saya pun menangis dan terpaksa mengemis kepada polisi agar bisa menyelamatkan anak saya. Saya terus-terusan memohon seperti bocah kecil, tapi tetap saja polisi tak mengizinkan saya lewat."

Mwangi tak punya pilihan. Ia terpaksa menunggu di luar mal. Sementara peperangan tengah terjadi di dalam gedung belanja itu. Kelompok bersenjata masih melancarkan aksinya. Sementara militer juga di dalam, memerangi grup teroris itu. Banyak juga pengunjung yang disandera di sana.

Kabar akhirnya datang 5 jam kemudian manakala anaknya yang terluka itu itu ada di antara para korban yang dipindahkan dan diungsikan oleh pasukan keamanan yang menggeledah dari toko ke toko.

Anak Mwangi segera dilarikan ke Rumah Sakit Universitas Aga Khan di Nairobi dan mendapat operasi bedah darurat.

"Saya berdoa semoga dia baik-baik saja," kata si ayah yang hatinya sedang terguncang ini. "Mengapa orang-orang tersebut melakukan hal ini kepada kita?"

Anak Mwangi menjadi salah satu dari sekitar 250-an korban penyerangan brutal di Westgate Mall, pusat perbelanjaan mewah di ibukota Nairobi. Kenya, Sabtu 21 September 2013, sekitar pukul 12.00 waktu setempat. Secara rinci, sekitar 68 orang tewas dan 175 cedera.

Membabi Buta

Kelompok bersenjata mendadak mengepung mal, menyerang, memberondong tembakan dan melemparkan granat kepada para pengunjung. Namun sebelumnya, mereka menyortir terlebih dahulu sesuai dengan golongan pengunjung. Setelah itu, barulah mereka melancarkan pembantaian membabi buta.

BBC mewartakan para penyerbu terlibat saling tembak dengan polisi di dalam pusat perbelanjaan paling mewah yang terletak di Distrik Westland itu.

Sementara puluhan orang yang tengah berbelanja tertimpa reruntuhan bangunan. Sejumlah orang terperangkap di dalam mal tersebut.

"Kita sedang diserbu. Para sekuriti berteriak, tembakan membabi buta menyerang mereka," kata Yukeh Mannasseh, salah satu saksi yang tengah berada di atap mal saat serangan terjadi.

Tembakan sporadis terus terdengar berjam-jam. Tentara dan polisi mengepung mal tersebut. Menyisir satu per satu toko di dalam mal untuk mencari para penyerbu.

Helikopter polisi terus berputar-potar di atas mal tersebut. Aparat pun menyerukan agar para penyerang segera keluar dan menyerahkan diri.

Para pemilik toko dan pengunjung lari tunggang langgang untuk menyelamatkan diri. Tak sedikit pula yang terperangkap di dalam mal.

Harga Mati Al Shabab

Televisi lokal sempat berspekulasi dan ternyata benar bahwa penyerangan dilakukan kelompok bersenjata itu, Al Shabab dari Somalia.

Al-Shabab menyatakan serangan ini sebagai balasan keterlibatan Kenya dalam memerangi militan di Somalia. Penyerangan adalah upaya balas dendam besar-besaran. Ada sekitar 4.000 tentara Kenya di Selatan Somalia, yang memerangi militan sejak 2011.

"Serangan di Mal Westgate hanya sebagian kecil dari apa yang dialami Muslim Somalia berada di bawah penjajah Kenya. Sejak lama kami berperang melawan Kenya di tanah kami, sekarang saatnya mengubah medan perang dan berperang di tanah mereka #Westgate," tulis Al Shabab lewat akun Twitternya, @HSM_Press yang kini dinonaktifkan pihak Twitter lantaran digunakan untuk kejahatan.

Akun Al Shabab itu juga sempat berkicau, para anggotanya sedang baku tembak dengan militer Kenya. Pertarungan nan sengit bak medan perang.

Menurut ahli Keamanan Nasional CNN, Peter Bergen, dalam aksi brutalnya, Al Shabab mencontek taktik jaringan teror Pakistan, kelompok Lashkar-e-Taiba ketika menyerbu Taj Hotel di Mumbai, India, November 2008, hingga memakan 166 korban jiwa.

Kesamaan itu, antara lain, penyerangan yang menyasar pada tempat ramai yang dikunjungi orang asing berkulit putih, seperti Westgate Mall dan Taj Hotel, penyerang lebih memilih mati daripada harus bernegosiasi, menembak dan melempar granat.

Akar Kenya vs Al Shabab

Penyerangan Westgate Mall ini tentu bukan tanpa sebab. Ada akar masalah yang membelit yang tidak lain adalah perseteruan antara pemerintah Kenya dengan kelompok Al Shabab Somalia.

Awalnya, terjadi penculikan besar-besaran terhadap warga asing di Somalia. Hingga pemerintah Kenya memutuskan untuk mengirim militernya ke negara tersebut, Oktober 2011 lalu.

Namun, Al Shabab mengklaim, militer Kenya malah membantai warga Somalia yang tak bersalah di sana. Alhasil Al Shabab geram dan balas dendam. Penyerangan brutal pun dilancarkan Al Shabab.

Sebenarnya, Al Shabab membuka pintu lebar untuk bernegosiasi. Kelompok tersebut menawarkan akan menghentikan aksinya dengan syarat, Kenya harus menarik pasukannya dari Somalia.

"Kami telah memerangi pasukan Kenya selama 2 tahun. Jika Kenya menginginkan perdamaian, ia harus menarik pasukannya dari Somalia,” ujar juru bicara operasi militer Al-Shabaab Sheikh Abu Musab Abdiasis di Somalia.

Selain menuduh membantai warga Somalia, Al Shabab juga menuding Kenya bekerja sama dan mendapat bantuan Israel.

Perkembangan terakhir, militer Kenya telah menguasai hampir seluruh bagian mal. Sebagian besar korban sandera juga berhasil diselamatkan. Namun suara ledakan dari dalam mal masih terdengar. Aparat masih berjaga-jaga di sekitar Westgate Mall. (Riz)


Baca juga:

[VIDEO] Detik-detik Penyerangan Mal Tewaskan 68 Orang

Misteri `Janda Putih` di Teror Mal Kenya yang Tewaskan 68 Orang

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.