Sukses

Gubernur Bangkok: Jokowi Ingin Transportasi Massal? Kami Bantu

Gubernur Bangkok Sukhumbhand Paribatra menilai keputusan Jokowi membangun MRT an monorel sudah tepat.

Gubernur Bangkok Sukhumbhand Paribatra menilai keputusan Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo yang ingin segera membangun Mass Rapid Transit (MRT) dan monorel sudah tepat. Berdasar pengalaman di Thailand, transportasi massal yang memadai cukup manjur untuk mengurangi kemacetan Ibukota.

"Apa yang dibutuhkan saat ini adalah mengembangkan sistim transportasi massal yang sebenarnya. Saya mengucapkan selamat kepada Jakarta yang gubernurnya memulai monorel dan MRT," kata Paribatra di Jakarta, Kamis (19/9/2013).

Namun, tambah dia, pengaruh transportasi massal untuk mengatasi kemacetan lalu lintas memerlukan waktu. Penerapan transportasi massal tidak langsung menyelesaikan masalah kemacetan. Lantas, apakah dengan kondisi saat ini Jakarta terlambat membangun sistim transportasi massal?

"Saya tidak bisa komentar hal itu, tapi saya berpikir gubernur Jakarta membuat keputusan yang tepat. Keputusan yang penting adalah keputusan yang pertama," tutur dia. "Gubernur Jokowi ingin pelajari transportasi massal, kami siap untuk bekerja sama."

Kondisi Bangkok, sebenarnya hampir sama dengan Jakarta. Banyak para pekerja yang berasal dari luar Bangkok setiap hari berlalu lalang, keluar masuk Ibukota Thailand itu. Sementara tinggkat penggunaan kendaraan pribadi masih cukup tinggi. "Setiap hari ada hampir 15 hingga 17 juta orang berpindah-pindah dan hanya 40 presen yang menggunakan transportasi publik, 50 persennya menggunakan kendaraan pribadi," ujar Paribatra.

Transportasi massal di Bangkok dimulai dengan pembangunan sky train, sekitar 15 tahun yang lalu. Sementara MRT baru dimulai 7 hingga 8 tahun silam. Meski jalur kedua transportasi massal itu masih terbatas, nyatanya mampu mengurangi beban jalanan Bangkok. "Kereta layang dengan sistim yang lebih besar bisa mengangkut 700 ribu orang di hari kerja," tutur dia.

Memang, pembangunan transportasi massal di Bangkok pada awalnya tidaklah mudah. Banyak kalangan meragukan dan bahkan menentang ide transportasi massal itu. "Reaksi pertama, tidak terlalu bagus. Kita bicara tentang 20 tahun lalu, banyak orang yang menentang sky train. Karena itu akan menghancurkan sky line," ucap Paribatra.

Namun, setelah sekian tahun beroperasi, penilaian masyarakat berbalik. "Sekarang sky train jauh lebih populer dibanding MRT sistem. Masyarakat perlu waktu untuk beradaptasi dengan hal-hal baru. Sekarang sky train telah menjadi angkutan yang paling sukses dengan mengangkut 700 ribu penumpang perhari," katanya.

Meski demikian, sistim transportasi massal di Bangkok itu masih punya kekurangan. Tidak terhubungnya transportasi massal dengan daerah lain, membuatnya kurang maksimal dalam mengurangi tingkat kemacetan.

"Sistem itu tidak bisa menjangkau seluruh Bangkok atau provoinsi tetangga. Masalah terberat dari lalu lintas adalah tidak adanya transportasi massal yang baik di sekitar Bangkok atau provinsi tetangga karena banyak orang bekerja di Bangkok tinggal di daerah sekitar Bangkok atau provinsi lain. Kalau kita tidak punya transportasi publik yang nyaman, masalah lalin akan tetap ada," kata Paribatra. (Eks/Ism)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini