Sukses

Tak Kuat Menanggung 1 Tetes Darah, Wapres Mesir `Angkat Kaki`

Wapres Mohamed Elbaradei menyatakan tak kuat menanggung beban satu tetes darah yang tertumpah dalam pembantaian sipil oleh militer.

Tak kuat menanggung beban satu tetes darah yang tertumpah, Wakil Presiden Mesir Mohamed Elbaradei memutuskan untuk 'angkat kaki'. Ini sebagai protes atas tragedi berdarah di Negeri Piramid itu terkait pembubaran paksa pengunjuk rasa damai pendukung presiden terguling Mohamed Moursi oleh militer.

Seperti dimuat Huffington Post dari keterangan Kantor berita Mesir MENA, yang dilansir Kamis (15/8/2013), Elbaradei menyatakan sangat mengecam tindakan operasi pembubaran unjuk rasa secara paksa tersebut. Sehingga apa yang terjadi saat ini bertentangan dengan hati nuraninya.

Dalam surat pengunduran dirinya kepada Presiden Interim Adly Mansour, ElBaradei mengatakan manfaat aksi pembubaran itu adalah terciptanya orang-orang yang melakukan kekerasan, terorisme, dan kelompok-kelompok paling ekstrem.

"Seperti yang Anda tahu, saya melihat ada cara-cara damai untuk mengakhiri bentrokan di masyarakat. Ada solusi yang diusulkan dan dapat diterima untuk awal yang akan membawa kami ke konsensus nasional," tulis Elbaradei dalam 'surat cintanya'.

"Hal ini menjadi sulit bagiku untuk terus bertanggung jawab atas keputusan yang saya tidak setuju, dengan konsekuensinya yang saya takutkan. Aku tidak bisa menanggung tanggung jawab untuk satu tetes darah," sambungnya.

Pendukung presiden terguling Mohamed Moursi akhirnya dipaksa meninggalkan Bundaran Rabiah Adawiyah di Kairo Timur pada Rabu 14 Agustus setelah sekitar 11 jam serangan sengit aparat keamanan.

Ribuan orang yang tampak letih itu meninggalkan bundaran pada pukul 18.00 waktu setempat sambil mengangkat kedua tangan ke kepala.

Pendukung Moursi menduduki kedua bundaran di ibu kota negara itu sejak 27 Juni menjelang pelengseran Moursi dalam kudeta militer pada 3 Juli. Dengan Ikhwanul Muslimin pendukung Moursi menuntut keabsahan Presiden Moursi dikembalikan.

Operasi gabungan tentara dan polisi untuk memukul mundur para demonstran, militer pemerintah Mesir menurunkan tank tempur, panser dan buldoser. Mereka mulai melakukan serangan kepada para pengunjuk rasa  ke Bundaran Rabiah dan Alun-alun Al Nahdhah di Kairo Barat pada Rabu pagi pukul 07.00 waktu setempat.

Menurut pemberitaan Al-Jazeera, saat ini korban akibat aksi pukul mundur militer pemerintah kepada para demonstran telah mencapai 278 orang. (Tnt/Sss)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.