Sukses

Petunjuk Baru Soal Misteri Kematian Kosmonot Yuri Gagarin

Yuri Gagarin menjadi manusia pertama yang terbang ke luar angkasa. Tujuh tahun kemudian ia tewas dalam kecelakaan pesawat.

Nama Yuri Gagarin selamanya tercatat dengan tinta emas dalam sejarah penjelajahan luar angkasa. Pada 12 April 1961, kosmonot Rusia tersebut menjadi manusia pertama yang terbang ke luar angkasa. Saat itu ia berusia 27 tahun.

Dengan pesawat luar angkasa Vostok 1, Yuri Gagarin berada di orbit Bumi selama 108 menit. Namun, setelah itu ia tak berusia panjang. Tujuh tahun setelah mengorbit, pada 27 Maret 1968, ia tewas ketika pesawat MiG-15 yang dia piloti jatuh di dekat Moskow.

Bagaimana bisa pilot sehandal Yuri Gagarin celaka? Apa yang sebenarnya terjadi di hari nahas itu terus jadi misteri, dengan banyak spekulasi. Sampai akhirnya titik terang muncul baru-baru ini.

Adalah rekannya sesama kosmonot, Alexey Leonov yang angkat bicara. Ia mengklaim kala itu, sebuah pesawat "tak sesuai izin" terbang terlalu dekat dengan jet tempur Yuri Gagarin. Membuat pesawat yang dipiloti peraih Bintang Adipradana dari Pemerintah Indonesia itu berputar liar, tak terkendali.

Gagarin dan instrukturnya, Vladimir Seryogin tewas saat burung besi MiG-15 yang mereka tunggangi jatuh di Kota Novoselovo, sekitar 90 kilometer dari Moskow.

Detil insiden yang dirahasiakan rapat-rapat memicu sejumlah spekulasi liar. Sebuah tim penyelidik kecelakaan yang dibentuk pemerintah Uni Soviet kala itu, termasuk  Alexey Leonov di dalamnya, kala itu menyimpulkan, MiG mencoba untuk menghindari "benda asing" -- seperti angsa, atau balon udara panas.

Itu versi publikasi. Sementara kesimpulan sesungguhnya dari penyelidikan itu, ungkap Leonov, adalah "ada pesawat yang dipiloti sipil, bukan profesional."

Dalam wawancara dengan Russia Today, Leonov -- yang juga manusia pertama yang berjalan di luar angkasa pada 1965 -- mengklaim ia mendapat izin untuk mengungkap laporan rahasia yang menunjukkan jet Sukhoi terbang terlalu dekat dengan MiG yang dipiloti Gagarin, sehingga menganggu penerbangannya.

Sebelumnya keberadaan "jet lain" sempat disiratkan dalam buku yang ditulis Leonov.

"Kami mengetahui, jet Su-15 dijadwalkan uji terbang saat itu. Tapi seharusnya ia terbang di ketinggian 10.000 meter atau lebih tinggi. Bukan 400-500 meter. Itu adalah pelanggaran prosedur terbang," ungkap dia, seperti dimuat BBC, Senin 17 Juni 2013.

Dia menambahkan, pesawat Gagarin berputar tak terkendali dengan kecepatan 750 kilometer per jam akibat insiden itu.

Namun, Leonov tak mengungkap siapa pilot yang mengakhiri hidup Gagarin itu. Masih dirahasiakan.

"Dugaan saya, salah satu alasan untuk menutupi kebenaran adalah untuk menyembunyikan fakta bahwa ada gesekan yang begitu dekat dengan Moskow," jelasnya. Diduga bersinggungan dengan pusat kekuasaan.

Kosmonot tersebut sudah mengisyaratkan dalam bukunya yang dirilis 2004 lalu, "Two Sides of the Moon", "Dua Sisi  Bulan" yang menyebut jet Sukhoi mungkin terbang di bawah ketinggian minimal yang diizinkan. Saat kejadian, Leonov yang sedang menerbangkan helikopter, mendengar dua suara ledakan di kejauhan.

Sejumlah teori sebelumnya muncul terkait kematian Gagarin. Termasuk, ventilasi udara kabin yang sengaja dibiarkan terbuka dalam pesawat Gagarin oleh pilot sebelumnya -- yang mengakibatkan para penumpangnya kekurangan oksigen.  (Ein)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

    Video Terkini