Sukses

Kisah Assaf, Kontestan `Arab Idol` Pemersatu Palestina

Mohammed Assaf, mahasiswa berusia 22 tahun, adalah finalis "Arab Idol" pertama dari Gaza, Palestina. Tak mudah baginya mengikuti ajang adu bakat itu.

Salah satu kontestan "Arab Idol", American Idol versi Timur Tengah, menarik perhatian banyak orang, lebih dari kemampuan bernyanyinya yang mengesankan.

Mohammed Assaf, mahasiswa berusia 22 tahun itu adalah finalis "Arab Idol" pertama dari Gaza, Palestina -- yang sekian lama menderita diblokade Israel. Popularitasnya juga mencuat karena ia menyanyikan lagu-lagu patriotik bangsanya. Assaf juga menjadi favorit pada juri sejak ajang adu bakat itu dimulai Maret lalu.

Namanya pun mahsyur di seantero Palestina, baik di Tepi Barat dan Gaza. Poster-posternya tergantung di restoran, toko, sampai ke rumah-rumah warga.

"Penyanyi muda itu sukses mencapai apa gagal dilakukan dua partai di Palestina -- menyatukan Ramallah dan Gaza," demikian tulis jaringan induk MBC di situs Arab Idol, seperti dimuat CNN, Jumat (17/5/2013).

Popularitas Assaf juga mendapat perhatian dari para pemimpin Palestina. Minggu lalu, dia mendapat telepon dari Presiden Mahmoud Abbas.

"Presiden Abbas memberi dukungan dan mengatakan, Assaf telah membuat Palestina dan dunia Arab bangga. Presiden bahkan meminta warga Palestina, juga Arab memberi dukungan pada Assaf," demikian dilaporkan kantor berita Palestina, WAFA.

Lompat Tembok

Bukan urusan mudah bagi Assaf untuk mewujudkan mimpinya sebagai penyanyi. Dimulai dari perjalanan dari Gaza ke Kairo, Mesir.

"Ia butuh visa untuk melintasi perbatasan Gaza-Mesir, tapi Assaf tak punya," kata ayahnya, Jabar kepada CNN dari Khan Younis, kamp pengungsian di Gaza. Blokade Israel atas Gaza membuat para penduduknya tak punya akses ke bandara.

Para pejabat Palestina pun harus memberikan perlakuan khusus bagi Assaf untuk meninggalkan Gaza. Ibunya, UmShadi, seorang guru matematika, menjelaskan, saat tiba di Kairo, pintu menuju ruang audisi ternyata telah ditutup.

"Jadi ia melompat tembok," kata dia. Penjaga keamanan menangkap dan menggiringnya. Beruntung seorang pejabat Palestina mengenali Assaf dari penampilannya di Gaza. "Untunglah."

Ketika para juri menanyakan, mengapa ia butuh 2 hari untuk bepergian sejauh 250 mil atau 402 km dari Gaza ke Kairo, Assaf menjawab, "Biasa, persoalan di perbatasan."

Assaf adalah satu dari 7 anak keluarganya. "Kami ini hanya pengungsi!" tegas ayahnya. "Kami hanya bisa bermimpi ia sampai ke titik ini dan menunjukkan pada dunia keindahan suaranya. Tapi, kini kami ingin dia menang!"

Menurut ayahnya, Assaf adalah pesan dari warga Palestina pada dunia. Salah satunya, "Bahwa Palestina tak seperti apa yang dunia lihat. Kami juga bergembira, bernyanyi."

Potret Arab

Kepopuleran Assaf membuatnya jadi idaman gadis-gadis muda di seantero Arab. "Tapi mereka tak datang ke rumah kami, hanya melihatnya di internet dan Facebook," kata sang ibu.

Awalnya, para militan Islam garis keras memprotes kata "Idol" dalam acara itu. Namun UmShadi mengatakan, putri tertuanya menggunakan media sosial untuk mengklarifikasi bahwa kata itu berarti "kekasih" bukan "dipuja".

Arab Idol menampilkan empat hakim dan 12 finalis dari negara-negara di Timur Tengah. Kontestan bernyanyi secara langsung. Publik berpartisipasi mengirimkan SMS untuk mendukung pilihan mereka.

Arab Idol musim kedua telah membuat terpana penonton di seluruh dunia, karena menampilkan kontestan yang mewakili banyak perjuangan di Timur Tengah.

Selain Assaf, ada juga finalis pertama yang tidak berbahasa Arab, Parwas Hussein, dari suku Kurdi. Dan kontestan asal Irak, Mohanad Marsoomy. Irak dan Kurdi sekian lama memperebutkan wilayah utara Irak, yang disebut Kurdistan Irak. Juga ada kontestan dari dua kubu Suriah yang bertikai -- yang saling menahan diri untuk tak terlihat berseteru. (Ein/*)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

    Video Terkini