Sukses

Lurah Warakas Mulyadi, Dari Solo ke Jakarta Jadi Tukang Sampah

Sebelum menjabat sebagai Lurah Warakas, Mulyadi mengaku pernah menjadi tukang sampah.

Nama Mulyadi, Lurah Warakas di Jakarta Utara kini melambung setelah menolak kebijakan Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo (Jokowi) terkait proses seleksi lelang jabatan lurah dan camat. Sebelum menjabat sebagai Lurah Warakas, Mulyadi mengaku pernah menjadi tukang sampah.

"Tahun 80 saya masuk Jakarta, langsung ikut narik sampah. Dari tukang angkut sampah di Dinas Kebersihan, ikut mobil sampah. Lalu pada 1 April 1985 saya diangkat PNS," tutur Mulyadi saat ditemui Liputan6.com di Puskesmas Kelurahan Warakas, Kamis 2 Mei malam.

Di Solo, Mulyadi mengaku tidak sekampung dengan Jokowi. Bahkan, saat ditanya apakah rumahnya di Solo berdekatan dengan Jokowi, Mulyadi sedikit emosional.

"Yah adalah Solo-nya, saya enggak perlu kasih tau. Enggak! Saya enggak sekampung!" tegas Mulyadi dengan nada suara sedikit keras.

Meski begitu, ia menegaskan bahwa dirinya lah orang Solo yang ke Jakarta lebih dulu ketimbang Jokowi.

"Tapi yang pasti duluan saya ke Jakarta daripada Jokowi, kan baru kemarin," imbuh Mulyadi yang mengenakan batik biru dan celana bahan hitam itu.

Karena upayanya menentang kebijakan Jokowi-Ahok, Mulyadi mendapat dukungan langsung dari warga Warakas. Bahkan, warga Warakas membubuhkan tanda tangan pada spanduk untuk mendukung Mulyadi.

Spanduk bertuliskan, "Warakasku Warakasmu, Warakas kita semua" itu dibentangkan di depan gapura kantor Lurah Warakas, Jakarta Utara, Rabu 1 Mei kemarin. Spanduk dukungan ini muncul setelah Mulyadi memprotes dan berencana menggugat program lelang jabatan yang digelar Pemprov DKI ke Mahkamah Konstitusi (MK). (Mut)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

    Video Terkini