Sukses

Lion Air Mendarat di Laut Bali, Pramugari: Suara di Kabin Senyap

Saat Lion Air JT 904 Bandung-Bali mendarat di Laut Bali dan kondisi bagian belakang pesawat terbelah, penumpang tidak berteriak sama sekali.

Saat mengalami ketakutan, sebagian besar orang akan berteriak ketakutan. Namun, berbeda dengan biasanya, penumpang Lion Air JT 904 Bandung-Bali yang mendarat di laut dengan kondisi bagian belakang pesawat terbelah, tidak berteriak sama sekali.

"Pada saat kejadian itu, tidak ada suara teriakan sama sekali. Senyap," ujar salah seorang pramugari Lion Air Erny Altriani kepada Liputan6.com di Kantor Lion Air, Jalan Gajah Mada, Jakarta Pusat, Selasa (16/4/2013).

Menurut Erny, kesenyapan itu terjadi akibat tidak ada tanda-tanda pesawat akan mendarat di laut. Walau demikian, sebelum mengetahui kalau pesawat mendarat di laut, Erny memang merasakan pendaratan tidak sempurna.

"Saat itu kejadiannya cepat. Saat mendarat semua jendela dari pesawat kita pastikan terbuka. Masih tidak ada perasaan atau firasat akan terjadi sesuatu. Lalu, landing seperti biasa. Tapi memang agak kasar, hard landing," kisahnya.

Namun, Erny tidak menampik terjadi kepanikan di kalangan penumpang, saat air laut masuk dan menggenangi badan pesawat. "Namanya juga penumpang, mereka panik. Kita langsung berpikir untuk menenangkan mereka. Saya mencoba menenangkan. Cabin one juga menyuruh para penumpang mengambil baju pelampung," ucapnya.

Pesawat dengan jenis Boeing 737 800 NG itu termasuk pesawat yang baru dibeli 2 bulan lalu. Karena itu tidak ada satu pun kru pesawat yang menyangka akan terjadi kejadian demikian.

"Kita tahu itu baru. Kalau masuk ke pesawat itu juga kelihatan barunya, dari interiornya, dari baunya juga ketahuan kalau itu baru," terang Erny.

Pada Sabtu 13 April lalu, musibah itu terjadi. Pukul 15.35 WITA, pesawat Lion Air berwarna merah-putih itu mendarat di laut Bali. Pesawat yang dibeli dari perusahaan Amerika itu membawa 101 penumpang dan 7 kru pesawat. Hingga saat ini belum tahu apa penyebabnya. Tapi pihak Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) mengupayakan akan menyelesaikan kasus tersebut secepatnya.

"Kami berupaya secepatnya memberikan laporan final terkait masalah ini, secepat kasus Sukhoi dulu. Tapi tidak bisa dipungkiri memang penelusuran itu membutuhkan waktu yang lama," tutur Kepala Pelayanan Investigasi KNKT Aca Mulyana di Kantor KNKT, Jalan Medan Merdeka Timur, Jakarta Pusat.

Lion Air merupakan maskapai penerbangan pimpinan Rusdi Kirana yang berdiri pada Oktober 1999. Tapi baru mengudara pada Juni 2000. Maskapai ini termasuk maskapai yang ambisius melakukan ekspansi. Buktinya, Lion Air pernah mencatat sejarah pada November 2011, dengan menandatangani pemesanan 230 Boeing senilai Rp 210 triliun. Penandatanganan kontrak oleh Rusdi dan pihak Boeing yang juga disaksikan Presiden AS Barack Obama, di Bali.

Lalu pada 18 Maret silam, Lion Air memesan 234 pesawat dari Airbus senilai Rp 288 triliun. Penandatanganan dilakukan Rusdi dan CEO Airbus Fabrice Bregier, disaksikan oleh Presiden Prancis Francois Hollande, di Istana Presiden, Paris. Bagi Prancis, kontrak tersebut membantu 5 ribu pekerja negara tersebut hingga 10 tahun ke depan. (Frd)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.