Sukses

Komisi I DPR Tak Yakin SBY Dikudeta 25 Maret

BIN mencium adanya gerakan unjuk rasa yang mendesak Susilo Bambang Yudhoyono turun dari kursi presiden pada Senin 25 Maret mendatang.

Badan Intelijen Negara (BIN) mencium adanya gerakan unjuk rasa yang mendesak Susilo Bambang Yudhoyono turun dari kursi presiden pada Senin 25 Maret mendatang. Wakil Ketua Komisi I DPR Tubagus Hasanudin pun menyatakan, isu kudeta yang didahului demo besar-besaran itu patut dipertanyakan publik.

Terlebih, menurutnya, isu itu dilemparkan oleh Kepala BIN Letjen Marciano Norman. "Sampai saat ini kita semua tak yakin, siapa yang akan melakukan kudeta? Dalam sejarah perkudetaan di dunia, kudeta hanya efektif bila dilakukan oleh kekuatan bersenjata," ujar Hasanudin di Kompleks Gedung Parlemen, Senayan, Jakarta, Rabu (20/3/2013).

Hasanudin mengatakan, kudeta di Indonesia hanya efektif jika dilakukan oleh TNI atau anggota-anggota TNI yang bersenjata. Ia pun tak yakin, saat ini ada tanda-tanda TNI akan melakukan kudeta.

"Menurut hemat saya, sangat tidak mungkin," kata Hasanudin.

Ia menegaskan, saat ini para panglima dan jajaran teras TNI dipegang oleh orang kepercayaan Presiden. Kemudian, dilihat dari struktur organisasi TNI, keadaan  geografis dan situasi geopolitik seperti sekarang ini, sulit di Indonesia untuk sukses melakukan kudeta.

Kemudian, sambungnya, isu kedua adalah masalah demo besar-besaran pada 25 Maret. Menurutnya, memang ada sekelompok orang yang ingin agar SBY turun sebelum 2014.
"Tapi isu itu hanya berkembang di sekitar elit tertentu dengan motivasi yang berbeda beda, tanpa perencanaan yang matang," ujarnya.

Menurut Hasanudin, andaikan benar akan ada pengerahan massa, bisa dipastikan tak akan mendapat dukungan penuh  dari akar rumput. "Massa sekarang lebih terorganisir dalam kepentingan kelompoknya masing-masih," ujarnya.

"Kelompok buruh berjuang untuk menuntut kenaikan UMR nya, pedagang kaki lima berjuang agar tak digusur dari lapaknya. Dan kelompok-kelompok lainnya punya kepentingan masing-masing," imbuhnya.

Hasanudin memastikan bahwa pada saat ini agak sulit untuk bersatu dan bersama-sama menurunkan presiden melalui demo seperti 1998. "Suasananya sangat berbeda," ucapnya.

Hasanudin menegaskan, dari analisa tersebut di atas, bisa jadi isu itu di desain untuk tujuan tertentu untuk mengalihkan isu, agar publik tak terlalu fokus pada isu korupsi Hambalang yang mulai menggurita ke mana-mana menyentuh elit tertentu.

"Mari kita lihat, benarkah tanggal 25 maret nanti akan ada kudeta? Sementara TNI/ Polri sudah diperintahkan untuk siaga? Yang jelas rakyat jadi ikut bingung," tegas politisi PDIP itu. (Mut)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.