Sukses

Misterius, di Mana Harta Jarahan Hasil Korupsi Marcos Berada?

Nama Imelda Marcos, mantan ibu negara Filipina bersinonim dengan tiga kata: kekayaan, keserakahan, dan segala sesuatu yang berlebihan.

Nama Imelda Marcos, mantan ibu negara Filipina bersinonim dengan tiga kata:  kekayaan, keserakahan, dan segala sesuatu yang berlebihan.

Selama 20 masa pemerintahan suaminya sebagai Presiden Filipina, ia mengumpulkan banyak koleksi seni, perhiasan, properti, dan yang paling terkenal -- setidaknya 1.000 pasang sepatu berkelas.

Lukisan karya maestro dunia, Van Gogh, Cezanne, Rembrandt, Rafael dan Michelangelo; istana megah di Amerika Serikat dan Filipina; perangkat makan dari perak, kalung emas, dan mahkota berlian -- koleksi Marcos adalah yang terbaik di dunia yang bisa ditawarkan saat itu.

Saat kekuasaan Marcos terjungkal akibat gerakan "People Power" tahun 1986, penyidik Filipina mengestimasi kekayaannya sekitar US$ 10 juta atau setara Rp 96,5 miliar.

Presiden yang menggantkannya, Corazon Aquino, membentuk komisi khusus untuk merampas semua harta Marcos untuk dikembalikan ke kas negara. Namun, lebih dari 25 tahun kemudian, hanya US$ 4  miliar atau Rp 38,6 miliar yang berhasil dikembalikan.

Jadi, apa yang terjadi dengan sisa harta Marcos?

Isu soal harta mantan diktator Filipina mencuat lagi tahun lalu, saat salah satu kaki tangan Nyonya Marcos, Vilma Bautista dihadapkan di Pengadilan New York, atas tuduhan menjual lukisan Monet secara ilegal.

Tak hanya itu, tiga karya seni tenar lainnya juga diketahui juga ada di tangannya.

Komisi Filipina menemukan, empat karya seni di tangan Bautista sebelumnya adalah milik Marcos, yang lolos dari pelacakan.

Dosa yang Terlupakan

Mungkin tak mengejutkan saat sepatu-sepatu koleksi Imelda adalah bagian dari kekayaan yang terkuak publik.

Foto barisan sepatu karya desainer yang tertinggal di Istana Presiden, saat Marcos dan keluarganya melarikan diri ke Hawaii -- menjadi simbol gaya hidup berlebihan Imelda.

Sejumlah sepatu kini disimpan di sebuah museum di  Marikina,  di utara Manila, yang terkenal dengan industri sepatu. Lainnya disimpan di Museum Nasional, berdampingan dengan gaun-gaun pesta mewah Imelda.

Meski sepatu dan gaun punya arti sejarah, namun secara materiil mereka tak lagi bernilai.

Komisi Good Goverment memilih berkonsentrasi ke barang-barang berharga. Mereka berhasil real estate di New York dan saham bernilai miliaran dolar, serta merampas uang US$ 600 juta di akun bank Swiss.

Komisi juga menemukan mahkota bertahtakan ruby dan berlian, tersimpan di lemari besi bank sentral Swiss, yang bernilai lebih dari US$ 8 juta.

Namun Andres Bautista, kepala komisi yang tak ada kaitannya dengan Vilma, mengaku banyak harta yang belum ditemukan, terutama lukisan. Ada sekitar 150 yang tak diketahui keberadaan.

"Kami tak tahu di mana lukisan-lukisan itu berada. Bisa di manapun," kata Andres Bautista, seperti dimuat BBC, Sabtu (26/1/2013). Komisi yakin, sejumlah karya seni masih ada di tangan Imelda Marcos.

Namun pengacara Imelda, Robert Sison, bersikukuh, Pemerintah Filipina tidak punya hak untuk mempertanyakan barang seni milik Imelda.

Tak hanya soal harta hasil korupsi. Sistem peradilan Filipina juga luar biasa lambat menangani kasus-kasus Sang Diktator. Banyak kasus hukum yang diajukan terhadap Marcos dan orang dekatnya mandeg bertahun-tahun di tahap penyelidikan, tidak pernah sampai ke pengadilan.

Ada  faktor utama yang menghambat penanganan hukum dan perampasan harta: keluarga Marcos punya politik.

Imelda adalah anggota kongres. Imee, putrinya, adalah gubernur. Sementara, Bongbong, putranya, adalah seorang senator dihormati yang memiliki kesempatan menjadi presiden pada tahun 2016.

"Filipina adalah bangsa yang pelupa. Kami juga mudah memaafkan," kata Andres Bautista.

Untuk yang terakhir, Filipina bukan satu-satunya bangsa pelupa....(Ein)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

    Video Terkini