Sukses

Kontroversi Studi Gen 'Iblis' di DNA Adam Lanza

Para ilmuwan diminta meneliti DNA Adam Lanza, untuk mengungkap apakah ada gen "iblis" atau gen "jahat" yang berperan. Memicu polemik.

Misteri ini belum terpecahkan: mengapa Adam Lanza demikian tega memberondongkan peluru ke tubuh ibunya sendiri, lalu membantai 26 orang, 20 di antaranya anak-anak, di Sekolah Dasar Sandy Hook, Newtown, Connecticut.

Ia tak bisa dimintai keterangan, jasad Lanza dengan luka tembak di kepala ditemukan di lokasi pembantaian. Diduga bunuh diri.

Selain polisi yang terus menyelidiki kasus ini, para ilmuwan diminta untuk menyelidiki DNA Adam Lanza, untuk mengungkap apakah ada gen "iblis" atau gen "jahat" yang berperan menyebabkan dia melakukan pembantaian.

Studi ini akan melihat apakah ada kelainan atau mutasi pada DNA individu. Ini akan menjadi yang pertama yang dilakukan pada seorang pelaku pembunuhan massal.

Juru bicara University of Connecticut, Tom Green kepada ABC News, Jumat (28/12/2012), mengatakan, permintaan itu datang dari Pemeriksa Medis Connecticut, H. Wayne Carver yang melakukan penanganan post-mortem atau otopsi pada semua korban.

Green menambahkan, studi ini belum dimulai, dan menolak menjelaskan secara detil bagaimana penelitian akan dilakukan.

Kelainan Atau Mutasi Gen

Terkait penelitian itu, Arthur Geaudet, profesor dari Baylor College of Medicine mengatakan, ilmuwan genetika di University of Connecticut kemungkinan, "akan mendeteksi kelainan  pada apa yang disebut sebagai mutasi gen."

"Mereka akan mencari mutasi yang mungkin berkaitan dengan penyakit mental, juga uang berpotensi meningkatkan risiko perilaku kekerasan."

Beaudet, yang juga ketua departemen molekuler dan genetika manusia di Baylor College of Medicine, di Houstin, Texas, mengatakan, ahli genetika seharusnya melakukan studi seperti ini.

Dia mengatakan, meski belum tentu orang yang punya mutasi genetika serupa pasti akan menjadi pelaku penembakan massal. "Namun, beberapa dari pelaku bisa jadi punya gen yang bermutasi, yang mungkin menyebabkan skizofrenia, maupun skizofrenia terkait perilaku  kekerasan," kata Beaudet.

Dengan mempelajari kelainan genetika, dia menambahkan, kita dapat mempelajari kondisinya secara lebih baik, siapa yang berisiko, juga perawatan apa yang bisa diberikan. "Untuk  menghentikan penembakan massal lain atau mengurangi risikonya."

Kontroversial

Namun, Beaudet mengingatkan, studi gen para pembunuh bisa jadi kontroversial. Sebab, ada risiko mereka yang memiliki karakteristik genetika serupa, bisa mengalami diskriminasi atau stigmatisasi. Padahal mereka bukan kriminal.

Hal yang sama disampaikan Dr. John Vincent dari  Centre for Addiction and Mental Health. Kepada CTVNews.ca, ia mengungkapkan, hanya ada segelintir studi genetika tentang pengaruhnya pada agresifitas manusia.

"Jika mereka menerbitkannya, kekhawatiran saya adalah bagaimana informasi itu akan dicerna  masyarakat umum. Di situlah bahayanya."

"Orang lain mungkin memiliki mutasi gen yang sama, hanya secara kebetulan, dan tak ada hubungannya perilaku Adam Lanza itu. Bahayanya jika kemudian itu bisa dianggap sebagai faktor risiko."

Sementara, ilmuwan University of Toronto, Kerry Bowman mengatakan, sangat sulit untuk menghasilkan teori sahih soal kaitan perilaku kekerasan individu dengan faktor genetika.

Alih-alih genetika, ia minta aparat lebih fokus pada indikator lain. Psikologis, misalnya.

Bowman menambahkan, peneliti bisa saja menemukan anomali dalam pola struktur genetik Lanza yang dapat dikaitkan dengan kekerasan atau agresi. Namun, ia mengatakan,  semua individu memiliki anomali genetika. "Itu hanya masalah di mana mereka berada."

Polisi sejauh ini gagal mengungkap motif penembakan Adam Lanza. Ia tak meninggalkan petunjuk, apalagi surat wasiat.

Meski dikenal pemalu dan anti-sosial, tak ada tanda-tanda kekerasan yang ditunjukkan Lanza. Ia diketahui menghabiskan waktu berjam-jam di ruangan bawah tanah rumahnya, bermain video game tembak-tembak.

Kondisi mentalnya mungkin dipengaruhi perceraian orangtuanya, dan fakta bahwa sang ibu, Nancy Lanza, adalah seorang "prepper", yang menimbun senjata dan makanan untuk menghadapi bencana, juga kiamat. (Ein)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.