Sukses

Pulang Pergi Sekolah, Anak-Anak SD Naik Rakit Bambu

Anak-anak SD Mekarmukti 02, Cibalong, Garut setiap hari harus naik rakit bambu menyeberangi Sungai Cisanggiri demi bisa bersekolah. Jembatan satu-satunya rusak sejak setahun lalu, dan kini benar-benar putus.

Pernahkah Anda membayangkan, anak-anak Anda yang masih duduk di bangku Sekolah Dasar berangkat dan pulang sekolah harus menyeberangi sungai besar menggunakan rakit bambu? Itulah yang dilakukan anak-anak SD Mekarmukti 02, di Kecamatan Cibalong, Garut, Jawa Barat.

Anak-anak SD itu berangkat dan pulang sekolah harus menyeberangi Sungai Cisanggiri yang besar dengan arus kuat menggunakan rakit bambu sederhana sepanjang tiga meter. Mereka telah menjalaninya selama dua pekan terakhir setelah jembatan desa satu-satunya ambruk. Sebelumnya, anak-anak selama dua minggu tak bisa masuk sekolah karena tak ada jalan menuju seberang sungai.

Ukuran rakit yang tak terlalu besar, mengharuskan para murid SD yang akan menyeberangi sungai tertib antri satu per satu. Lima orang memaksakan naik rakit, bisa dipastikan sarana penyeberangan itu bakal langsung tenggelam.

Rakit untuk menyeberangi Sungai Cisanggiri ini merupakan hasil swadaya warga setempat. Sejak ambruknya jembatan, tak pernah ada tindakan konkrit dari aparat birokrasi pemerintahan yang memperhatikan. Sebenarnya, rusaknya jembatan penghubung ini telah terjadi sejak 11 bulan lalu.

Nita dan Aldian adalah murid SD Mekarmukti 02 yang setiap hari menggunakan rakit bambu berangkat dan pulang sekolah. Agar tak basah, mereka melepas sepatu dan kaus kaki, kemudian memakainya lagi ketika sampai di seberang sungai.

Nita dan Aldian mengaku merasa takut saat menyeberangi sungai dengan rakit bambu itu, tapi itu dilakukan karena tak ada pilihan lain. Setelah sampai di seberang sungai, Nita dan Aldin serta para siswa sekolah lainnya masih harus mendaki bukit yang licin di pinggir Sungai Cisanggiri untuk sampai ke sekolah.

"Sekitar satu kilo jauhnya," ujar Nita dan Aldian, Jumat (30/11/2012).

Salah seorang pengajar SD Mekarmukti 02, Asep mengungkapkan murid-muridnya sempat dua minggu tak masuk sekolah karena putusnya jembatan. Tingginya curah hujan belakangan ini, menyebabkan air Sungai Cisanggiri meluap dan arusnya makin deras. Tingkat kehadiran anak-anak di sekolah pun terganggu.

"Padahal, sebentar lagi anak-anak akan menghadapi ujian," kata Asep.

Para guru dan warga berharap, pemerintah daerah segera mengambil tindakan nyata merealisasikan pembuatan jembatan penghubung yang pernah dijanjikan untuk menyeberangi Sungai Cisanggiri. (Vin)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

    Video Terkini