Sukses

Ranjau Kosmetik Bermerkuri

Pemakaian merkuri pada krim pemutih dalam jumlah yang tidak bisa dipertanggungjawabkan bisa berdampak buruk bagi kesehatan kulit dan tubuh. Kendati berisiko terhadap kesehatan tetap saja ada konsumen yang tak peduli.

Liputan6,com, Jakarta: Sehat fisik maupun jiwa pasti jadi dambaan setiap orang. Atau siapa yang tak ingin tampil cantik? Bagi kaum hawa tampil cantik jadi segala-galanya. Apa saja akan dilakukan para wanita untuk memperelok penampilan. Dari ujung rambut hingga ke ujung kuku tak ada yang terlewat, semuanya kalau bisa dipercantik.

Peluang menggiurkan ini langsung disambar para pengusaha dibidang perawatan tubuh. Mereka menawarkan bermacam cara mempercantik diri. Tak hanya di kota metropolitan, di berbagai penjuru daerah di Tanah Air hal yang sama juga ditawarkan.

Bagaimana dengan perawatan kulit? Jangan khawatir untuk yang berkulit gelap khas kulit daerah tropis seperti Indonesia juga bisa dipermak lebih cerah. Kulit mulus putih bersih diyakini sebagian wanita sebagai daya pikat yang ampuh. Karena itu tempat perawatan kulit pun diserbu dan pengusaha perawatan tubuh seperti mendapat durian runtuh.

Pengusaha kosmetik juga tak mau ketinggalan melihat peluang bisnis besar di bidang pencerahan wajah. Berbagai macam produk pemutih ditawarkan.

Tapi tunggu dulu. Ternyata ada celah terbuka lebar untuk berbuat nakal di bisnis ini. Lewat bisikan seorang informan tim Sigi mendatangi salah satu toko kosmetik yang menjual krim pemutih. Pencarian fakta dilakukan dengan perangkat kamera yang tak tertangkap mata.
 
Tim Sigi datangi tempat menjual krim pemutih racikan yang bisa memutihkan wajah dalam tempo tujuh hari setelah pemakaian. Ternyata setelah diselidiki krim pemutih yang dijual tak punya standar cara pembuatan kosmetik yang baik.

Para penjual sebenarnya sadar atas pelanggaran ini. Namun rupiah dalam jumlah besar yang meluncur ke kantong telah membutakan mereka.

Dahaga sebagian kaum hawa akan perawatan kecantikan wajah dengan biaya relatif murah membuat keberadaan krim pemutih makin eksis. Tapi yang tidak disadari adalah sejumlah merek krim pemutih diragukan kelegalannya sehingga cenderung mengundang bahaya bagi pemakainya.

Informan menunjuk sebuah kabupaten di kawasan Jawa Barat sebagai salah satu lokasi pembuatan krim pemutih tak berstandar. Seorang peracik krim pemutih racikan, sebut saja Molly, bersedia dijumpai.

Waktu kedatangan cukup tepat karena sang pembuat krim pemutih ini akan belanja kebutuhan bahan baku pembuat krim pemutih. Satu persatu kebutuhan membuat krim pemutih dibeli. Selanjutnya si pembuat krim pemutih membeli bahan-bahan, seperti bedak muka dan bedak bubuk ke pasar terdekat. Yang menarik toko yang menjual bedak itu menyediakan juga pot tempat krim, stiker, dan bungkus krim pemutih.

Langkah selanjutnya membeli bahan baku utama dari krim pemutih racikan yakni KW1 sejenis zat kimia yang merupakan bahan dasar krim pemutih. Di sini terlihat si peracik krim pemutih berjudi dengan bahaya. KW1 yang digunakan meracik krim adalah sejenis zat kimia yang mengandung merkuri. Zat itu sangat membahayakan kulit dan organ tubuh manusia.

Racikan kosmetik berbumbu merkuri ini sudah saatnya dijual ke warung dan rumah-rumah. Si peracik memasarkan dagangan dengan menitipkan di warung dan menjual ke rumah penduduk.

Semakin banyaknya krim pemutih racikan yang diperjual belikan secara bebas di warung, toko-toko kosmetik, bahkan di mal dengan harga relatif murah membuat sebagian masyarakat utamanya yang berkocek tipis memburunya. Tak heran karena harga relatif mahal yang ditawarkan dokter atau klinik kecantikan sulit dijangkau masyarakat berpenghasilan rendah.

Peredaran bebas kosmetik berbahaya ini sayangnya masih kurang diperhatikan pihak berwenang. Padahal bukti pembuatan krim pemutih yang tidak higienis sudah didapat dan produknya tak bisa dipertanggungjawabkan karena sarat pemalsuan.

Yang cukup membahayakan dan merugikan adalah krim pemutih racikan berbaur dengan kosmetik legal di pertokoan di kawasan pantura. Di sini nyaris mirip satu sama lain. Kosmetik abal-abal ini dijual antara Rp 10.000 hingga Rp 25.000. Harga yang menggiurkan untuk mencerahkan kulit secara instan.

Akibat tergiur dengan harga murah itu, konsumen tak pikir panjang membeli kosmetik abal-abal itu. Akibatnya, korban pun berjatuhan.

Pemakaian merkuri pada krim pemutih dalam jumlah yang tidak bisa dipertanggungjawabkan tentu saja bisa berdampak buruk bagi kesehatan kulit dan tubuh. Tapi entah paham atau pura-pura tidak mengerti yang menyebabkan sebagian pembuat krim pemutih abal-abal terus saja berproduksi.

Meski berisiko terhadap kesehatan tetap saja ada konsumen yang tak peduli. Mereka tetap menggunakannya hanya karena ingin cantik dengan biaya murah dan instan. Ingat, tak ada yang instan di dunia ini semua butuh proses. Jadi selidiki sebelum menggunakan kosmetik, sesal kemudian tak berguna.(IAN)


* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.