Sukses

Nekat Menerjang Sungai Deras demi Rutinitas

Korban bencana banjir bandang di kawasan selatan Garut, Jawa Barat, mengaku pilihan menantang bahaya menyeberangi sungai dilakukan karena akses penghubung jembatan di sejumlah tempat terputus. Jalan alternatif pun tak ada.

Liputan6.com, Garut: Sejumlah warga korban bencana banjir bandang di kawasan selatan Garut, Jawa Barat, baru-baru ini nekat menerobos derasnya arus sungai untuk beraktivitas. Akses penghubung jembatan yang putus akibat banjir bandang pada Jumat (6/5) pekan silam, membuat warga dan anak-anak yang bersekolah kerepotan. Mereka terpaksa harus langsung turun ke sungai dan basah-basahan untuk bisa sampai ke seberang.

Infrastruktur transportasi jembatan yang terputus akibat sapuan banjir bandang hingga kini dilaporkan sebanyak 43 jembatan. Selain berimbas langsung terhadap warga, akses transportasi kendaraan sedikit menghambat jalur pengiriman logistik bagi para warga yang terkena dampak bencana.

Satu di antara dua jembatan permanen yang terputus total adalah Jembatan Leuwi Hasan di Kampung Ciroyom, Desa Ciroyom. Jembatan ini menghubungkan Desa Ciroyom dengan Desa Linggamanik yang membelah Sungai Cimangke. Jembatan lainnya yaitu jembatan Leuwi Kacapi di Desa Karangsari, jembatan ini membelah Sungai Cipasarangan dan menghubungkan Desa Karangsari dengan Desa Linggamanik.

Jembatan Leuwi Hasan memiliki panjang 24 meter dengan lebar 3,5 meter serta tinggi dari permukaan air enam sampai tujuh meter. Saat banjir bandang melanda, ketinggian air hampir lebih dari delapan meter dan mengangkat konstruksi gelagar baja hingga terempas sejauh 100 meter.

Kondisi baja pascabanjir bandang dalam keadaan bengkok dan patah-patah. Sedangkan Jembatan Leuwi Kacapi yang melintasi Sungai Cimangke memiliki panjang 33 meter dengan lebar 29 meter dan tinggi empat meter. Selain itu, jembatan yang melintang di atas Sungai Ciawi, Cibalong, pun kini sudah tak ada lagi karena tersapu air banjir.

Nenden, warga Kampung Pesantren, mengaku terputusnya jembatan membuat dirinya beserta warga lainnya terpaksa harus langsung turun bersentuhan dengan air sungai. Ia mengaku was-was ketika melintas di atas air sungai. Namun, ia dan warga sekitar mengaku tak punya pilihan lain karena tak adanya jalur alternatif.

Sementara itu, menurut Ketua Pos Koordinasi Utama Penanggulangan Bencana Letnan Kolonel Edi Yusnandar, pihaknya akan memprioritaskan pembangunan jembatan-jembatan yang terputus tersebut. Namun, hal itu tidak serta-merta terwujud. Upaya sementara yang akan dilakukan adalah dengan membuat jembatan-jembatan alternatif. Terutama, bertujuan memperpendek jarak tempuh jalur alternatif yang ada untuk mobilitas warga maupun tim penanggulangan bencana.(TOW/ANS)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

    Video Terkini