Sukses

3 Versi Asal-Usul Nama Tanjakan Emen

Sebelumnya ada sekitar lima kecelakaan maut yang pernah terjadi di Tanjakan Emen dan seluruhnya menelan korban tewas.

Liputan6.com, Jakarta - Kecelakaan maut terjadi di Tanjakan Emen, Ciater, Subang, Jawa Barat pukul 17.00 WIB, Sabtu, 10 Februari 2018. Insiden yang melibatkan sebuah bus pariwisata dan satu sepeda motor Honda Beat ini menyebabkan 27 korban meninggal dunia.

Ini bukan kali pertama Tanjakan Emen memakan korban jiwa. Sebelumnya, ada sekitar lima kecelakaan maut yang pernah terjadi di Tanjakan Emen dan seluruhnya menelan korban tewas.

Kecelakaan yang terjadi berulang ini kerap dikaitkan dengan hal mistis. Emen adalah sosok yang dipercaya sebagai hantu penunggu tanjakan tersebut, yang menyebabkan kecelakaan sering terjadi. Lalu siapakah Emen sebenarnya?

Dilansir dari laman kotasubang.com, setidaknya ada tiga kisah soal Emen yang berkembang di masyarakat. Kisah pertama datang dari Sahidin Darajat, warga yang tinggal di sekitar tanjakan tersebut.

Sahidin mengaku sebagai saksi mata sebuah kecelakaan yang menyebabkan seorang kernet bus bernama Emen tewas. Insiden tersebut dia yakini terjadi pada tahun 1969.

Menurut Sahidin, saat itu Emen sedang mengganjal ban sebuah bus, yakni Bus Bunga, yang mogok di tanjakan. Nahas, rem bus tersebut blong sehingga Emen terseret bersama bus dan meninggal dunia.

Sejak kejadian itu, Sahidin menyampaikan bahwa sering terjadi penampakan dan kecelakaan di sana, sehingga kemudian tanjakan tersebut dikenal dengan sebutan Tanjakan Emen.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Korban Tabrak Lari

Versi kedua mengatakan, Emen adalah seorang korban tabrak lari di daerah itu. Bukannya ditolong, jenazah Emen malah disembunyikan dalam rimbunan pepohonan di sekitar tanjakan tersebut. Sejak saat itulah, arwah Emen dipercaya menuntut balas.

Versi terakhir mengatakan bahwa dulunya Emen adalah seorang sopir oplet Subang-Bandung. Peristiwa sial menimpa Emen pada tahun 1964, yaitu oplet yang dikendarainya kecelakaan dan terbakar. Banyak orang mengatakan, Emen tewas di tempat kejadian. Sejak saat itu, semakin sering terjadi kecelakaan di sana.

Untuk menghindari hal yang tidak diinginkan, sebuah mitos pun berkembang di mana pengendara disarankan melempar koin, rokok atau menyalakan klakson agar terhindar dari bahaya saat melewati tanjakan Emen.

3 dari 4 halaman

Emen Sopir Oplet

Versi terakhir adalah versi yang paling mendekati kebenaran. Wahyu, putra dari Emen membenarkan peristiwa nahas yang menimpa sang ayah. Pada saat Wahyu berusia 8 tahun, Emen yang sedang mengendarai oplet Subang-Bandung mengalami rem blong. Oplet Emen pun menabrak tebing, terbalik kemudian terbakar. Menurut Wahyu, hanya ada dua orang yang selamat dari insiden tersebut.

Namun, ia menampik bahwa rentetan kecelakaan yang terjadi di tanjakan tersebut disebabkan oleh arwah penasaran sang ayah. Wahyu yang berprofesi sebagai sopir angkot di Lembang ini menuturkan bahwa sang ayah tidak meninggal di tanjakan tersebut, tapi di Rumah Sakit Ranca Badak. Jenazah Emen pun disemayamkan di pemakaman umum di daerah Jayagiri, Lembang.

Mengesampingkan mitos yang beredar, tanjakan sepanjang sekitar 3 km ini memang cukup berbahaya karena memiliki tikungan-tikungan tajam dan kemiringan yang ekstrem. Kewaspadaan tinggi pun dibutuhkan oleh siapa pun yang melintasi daerah ini, terutama bagi pengendara yang baru pertama kali melewatinya.

Selain kewaspadaan, kondisi kendaraan yang prima juga menjadi faktor penting untuk menjamin keselamatan saat melewati tanjakan ini. Apalagi kebanyakan kasus kecelakaan di Tanjakan Emen disebabkan oleh kondisi rem yang blong.

4 dari 4 halaman

27 Korban Tewas

Bus pariwisata bernopol F 7959 AA terguling di Tanjakan Emen, Subang, Sabtu (10/2/2018) petang. Ada dugaan bus tersebut mengalami rem blong saat berada di turunan itu.

Polisi menyebut, bus sempat berjalan tak terkendali, sewaktu melintas jalan yang menurun dan berkelok berjalan tidak terkendali menabrak kendaraan sepeda motor.

"Karena cuaca sedang bagus, jadi diduga rem blong," kata Kapolres Subang Muhammad Joni.

Selain itu, kepolisian masih terus mendata jumlah korban. "Tercatat 27 korban meninggal dunia. Saat ini sedang pendataan," kata Joni.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.