Sukses

Gunung Agung Terus Erupsi, Bagaimana Nasib Warga?

Gunung Agung tercatat telah siaga 3, armada kapal dipersiapkan untuk mengangkut warga mengungsi ke Pulau Jawa.

Liputan6.com, Bali - Setelah sempat mengalami erupsi freatik beberapa hari lalu, sejak Sabtu, 24 November 2017 sore hingga Minggu pagi, Gunung Agung mengalami erupsi magmatik ditandai dengan keluarnya sinar api di puncak gunung.

Seperti ditayangkan Liputan6 Siang SCTV, Minggu (26/11/2017), dari pantauan pos Pengamatan Gunung Api Agung (PVMBG) Desa Rendang, Karangasem, pada Minggu pagi terlihat asap tebal dari puncak gunung dengan ketinggian mencapai 3.000 meter dengan pergerakan ke arah timur. Sampai saat ini, PVMBG masih menetapkan Gunung Agung pada status siaga level tiga dengan daerah bahaya radius 6 kilometer dan sektoral pada jarak 7,5 kilometer ke arah barat, barat daya, selatan, tenggara, timur, dan utara.

Sebelumnya Gunung Agung meletus sejak Sabtu sore. Dari video amatir terlihat asap tebal kelabu setinggi 1.500 meter disertai hujan abu yang bergerak ke arah barat dan barat daya. PVMBG mencatat, letusan terjadi pada pukul 17.20 WITA dan kembali meletus pada pukul 19.13 WITA.

Letusan Gunung Agung pada Sabtu malam sempat diabadikan warga. Dari sejumlah foto terlihat pantulan sinar api dari puncak gunung yang menandai telah terjadi erupsi magmatik.

Terkait aktivitas vulkanik Gunung Agung, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Provinsi Bali meminta warga sekitar Gunung Agung agar selalu waspada dengan kondisi Gunung Agung yang telah mengeluarkan asap tebal dan sudah masuk kategori magmatik, meski saat ini status gunung api masih siaga tiga.

Sementara itu untuk mengantisipasi lonjakan penumpang dari Bali jika Bandara Ngurah Rai ditutup pasca letusan Gunung Agung, PT ASDP Ketapang, Gilimanuk, Bali telah menyiapkan 52 armada kapal untuk mengangkut penumpang menyeberang ke Pulau Jawa.

Sedangkan di Bandara Ngurah Rai hingga Sabtu, 24 November 2017 malam, telah terjadi 16 pembatalan penerbangan dari Australia menuju Bali. Pembatalan bukan akibat penutupan bandara, tetapi karena kebijakan maskapai penerbangan masing-masing yang tidak mau mengambil risiko.