Sukses

BNPT: Paham Radikalisme Lewat Online Sulit Disekat

Dua personel Brimob yang terluka kini dirawat di Rumah Sakit Polri, Kramatjati, Jakarta Timur.

Liputan6.com, Jakarta - Dua anggota Brimob diserang usai melaksanakan salat Isya di Masjid Falatehan, Perum Peruri, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan atau persis di seberang Lapangan Bhayangkara Mabes Polri. Aksi ini disebut dilakukan secara individu dan pelaku tidak masuk dalam jaringan teroris manapun.

Kepala Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) Suhardi Alius mengatakan, aksi tersebut dikategorikan lone wolf, lantaran mereka belajar sendiri atau terpapar radikalisme dari internet. BNPT pun mengaku sulit menangani cara teroris seperti itu.

"Kan online, mana bisa kita sekat yang online, semua masuk, sepanjang ada sinyal," ucap Suhardi di kantor Kementerian Koordinator Politik Hukum, dan Keamanan, Jakarta, Senin (3/7/2017).

Dia mengatakan, dengan melihat dan belajar secara online, ajaran jaringan teroris semakin meluas. Mereka yang terpapar radikalisme walaupun tidak memiliki pemahaman agama yang baik, namun dia bisa mempelajari gerakannya.

"Luas. Kan digerakkan ini simpatisan. Dari empat cluster itu, simpatisan yang digerakkan. Kalau kita lihat, yang kayak gini pemahaman agamanya enggak tinggi-tinggi amat. Tapi kan punya pemahaman kan," jelas Suhardi.

Dua anggota Brimob terluka parah setelah diserang Mulyadi di dekat Mabes Polri, Jakarta Selatan usai melaksanakan salat Isya pada Jumat 30 Juni 2017. Usai melakukan aksi, Mulyadi melarikan diri menuju Terminal Blok M hingga akhirnya tewas setelah diterjang timah panas lantaran tidak mengindahkan tembakan peringatan petugas.

Sementara dua personel Brimob yang terluka kini dirawat di Rumah Sakit Polri, Kramatjati, Jakarta Timur.

 

 

 

 

 

 

 

Saksikan video di bawah ini:

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.