Sukses

Yenny Wahid: NU dan Muhammadiyah Kini Bersatu

Nahdlatul Ulama (NU) dan Muhammadiyah memiliki perbedaan dalam beberapa hal dan itu diakui Direktur The Wahid Institute Yenny Wahid.

Liputan6.com, Jakarta - Nahdlatul Ulama (NU) dan Muhammadiyah memiliki perbedaan dalam beberapa hal dan itu diakui Direktur The Wahid Institute Yenny Wahid. Perbedaan ini sempat membuat pengikut NU dan Muhammadiyah tegang dan berjarak. Walaupun, perbedaan itu bukan tentang inti agama Islam.

"Tapi perbedaan-perbedaan ini perlahan luntur dan tidak menjadi persoalan lagi seiring dengan perkembangan zaman. Dulu, pengikut NU dan Muhammadiyah mempermasalahkan salat subuh memakai doa qunut atau enggak, tetapi sekarang malah dua-duanya enggak salat subuh, beres toh persoalan," ujar Yenny dalam sebuah diskusi publik bertema Merawat Pemikiran Guru-Guru Bangsa, Senayan, Jakarta, Rabu (12/4/2017).

Tak hanya itu, lanjut dia, perdebatan juga terjadi soal jumlah rakaat salat tarawih, 11 atau 23 rakaat. Tetapi, dia kembali meyakinkan persoalan itu tak lagi menjadi masalah.

"Lah mereka (NU dan Muhammadiyah) tidak salat tarawih. Jadi, apa yang diperdebatkan?" ucap Yenny Wahid.

Yenny lalu menceritakan tingkah lucu khatib 'Aam Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Yahya Cholil Staquf dan Sekretaris Jenderal Pengurus Pusat (PP) Muhammadiyah Abdul Mu'thi saat menghadiri acara di Denmark.

"Yang paling saya nikmati adalah interaksi antara NU yang dalam hal ini diwakili oleh KH Yahya Cholil Staquf dan Pak Mu'thi. Pak Mu'thi mengirimkan postingan di grup Whatsapp dengan kaos bertuliskan sudah beristri jangan digoda kecuali mau jadi yang kedua," cerita dia.

"Langsung dibalas sama Pak Cholil Yahya Tsaquf. Postingan seseorang pakai kaos tulisannya, rela dimadu asal kamu rela diracun," lanjut Yenny.

Dari kejadian tersebut, Yenny menyimpulkan hubungan antara NU dan Muhammadiyah itu sudah cair. Tidak tegang lagi.

"Ini menggambarkan betul NU dan Muhammadiyah ya seperti ini," pungkas Yenny Wahid.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini