Sukses

Riwayat Tanah Abang: Kuburan, Pasar Kambing, dan Pusat Tekstil

Tanah Abang sebagai tempat tersohor pusat tekstil yang sudah masyhur sejak dulu. Namun di sisi lain, tempat ini kerap berubah fungsi.

Liputan6.com, Jakarta - Tanah Abang yang terletak di Jakarta Pusat, selain terkenal sebagai lokasi pasar tekstil terbesar se-Asia Tenggara, ternyata juga menyimpan kenangan lain. Di lokasi ini, acap berubah wajah seiring kebutuhan masyarakat kala itu.

Sebut saja ada Pasar Tanah Abang. Sejak diresmikan, pasar ini sudah terkenal sebagai pusat tekstil yang kemudian berkembang menjadi bursa tekstil, pakaian jadi, dan batik produk dalam negeri.

Asal para pedagangnya pun beragam mulai dari Arab, China, juga tak ketinggalan kaum pribumi. Mereka merupakan pedagang grosir dan agen. Orang Arab kebanyakan menjual pakaian ibadah dan segala pernak-pernik dari Kota Suci Mekah.

Namun begitu, menengok sedikit ke belakang, Tanah Abang ternyata pernah terkenal sebagai tempat penjualan hewan ternak, terutama kambing.

Seperti dikutip dari Intisari edisi Ketoprak Betawi terbitan Juni 2001, Sabtu, 25 Maret 2017, pada mulanya wilayah perluasan Kota Batavia ini merupakan tanah milik pribadi orang-orang kaya Belanda. Mereka menyewakan tanahnya kepada orang China yang kemudian mengolahnya jadi tanah pertanian dan perkebunan.

Hasil pertanian yang terdiri dari hasil hutan dan ternak itu dibawa ke kota naik perahu lewat kanal dari arah selatan Tanah Abang melalui Kali Krukut. Para pedagang ternak menggunakan bukit Tanah Abang sebagai tempat persinggahan dan gembala ternak. Ternak yang dijual kebanyakan kambing. Dari situ, Tanah Abang lantas dikenal sebagai Pasar Kambing.

Pasar Kambing ini dulunya menyatu dengan Pasar Tanah Abang. Sewaktu diremajakan, pasar kambing ini sempat menghilang. Namun, Pasar Kambing ini akhirnya dipindahkan di lokasi baru yakni di belakang Pasar Tanah Abang. Konon, pedagang kambing di sini turun temurun.

Kuburan

Daerah Tanah Abang juga dikenal sebagai tanah kuburan. Letaknya yang berada di pinggiran kota dianggap cocok dijadikan sebagai tempat pemakaman.

Menurut catatan, pemakaman itu mulai dibuka pada 1795. Banyak pemuka masyarakat dimakamkan di situ. Jenazah yang akan dimakamkan di tempat tersebut dibawa dengan perahu lewat Kali Krukut yang mengalir di timur kuburan. Beragam model nisan mewarnai area pemakaman ini, mulai nisan berbentuk patung, bergaya romantis, nisan menara bergaya gotik, serta salib dari marmer, dan sebagainya.

Setelah berlangsung selama beberapa tahun, pemakaman itu akhirnya ditutup dan dibongkar pada 1976. Sebagian besar tanahnya digunakan untuk kantor Wali Kota Jakarta Pusat. Sedangkan sisanya, disulap menjadi Taman Prasasti di Tanah Abang I.

Pada 1973, bangunan di Pasar Tanah Abang masih terlihat kokoh. Namun lantaran terlihat sumpek dengan fasilitas yang kurang memadai, pasar itu akhirnya diremajakan.

Kemudian, selama tiga kali api telah menghanguskan pasar ini. Kebakaran yang teranyar berlangsung pada 19 Februari 2003. Api menghanguskan ribuan ruko. Apinya terus membara hingga beberapa hari. Hal ini lantaran di tempat tersebut terdapat banyak material yang membuat sang jago merah betah berlama-lama.

Usai tragedi itu, wajah Pasar Tanah Abang langsung berubah. Bangunan itu disulap menjadi pusat perbelanjaan modern. Pasar terbesar se-Asia Tenggara itu pun kini menjadi pusat pemburu tekstil dari seluruh dunia.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini