Sukses

Saat Mantan Panglima TNI Moeldoko Bicara Politik Tanah dan Air

Menurut Moeldoko, perubahan iklim menyebabkan risiko banjir, kekeringan, dan bencana alam lain.

Liputan6.com, Jakarta - Tak lagi aktif di dunia militer, mantan Panglima TNI Moeldoko sibuk memaparkan pemikirannya mengenai Politik Tanah dan Air untuk kedaulatan pangan.

Tampil sebagai pembicara dalam temu Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Nusantara se Indonesia di Universitas Islam Riau, Moeldoko menyatakan dunia akan berubah cepat dan ekstrem.

"Menghadapi perubahan tersebut mahasiswa serius menyikapinya. Apalagi inovasi Indonesia 2016 masih berada di posisi ke-88 dari 128 negara Global Innovation Index (GII)," ujar Moeldoko melalui pesan tertulis, Kamis (2/3/2017).

Selain itu, lanjut dia, perubahan iklim juga menjadi salah satu sorotan penting. Menurut Moeldoko, perubahan iklim menyebabkan risiko banjir, kekeringan, dan bencana alam lain. Hal itu berdampak terhadap penurunan produksi pangan yang akan memengaruhi status keamanan pangan Indonesia.

“Salah satu resikonya, impor pangan Indonesia pada 2015-2016 seperti beras, jagung, gandum, daging, kedelai, garam, dan lain-lain masih tembus di atas Rp 50 triliun,” kata pria asal Kediri, Jatim itu.

Moeldoko menyampaikan gagasan Politik Tanah dan Air untuk mengatasi kedaulatan pangan. Politik ini adalah politik yang menghidupkan, dimana mampu mengubah tongkat kayu dan batu kembali jadi tanaman.

Politik ini juga percaya, bahwa tugas utama para pemimpin adalah memastikan sejumlah kebutuhan dasar untuk bertunas dan berkembangnya sebuah masyarakat yang tercerahkan.

"Secara teknis, politik Tanah dan Air ini juga memerlukan langkah taktis untuk mencapai kedaulatan pangan. Yaitu mempersenjatai petani dengan pengetahuan dan teknologi, memperkuat benteng komoditas sesuai konteks ekologi, dan menciptakan sekutu kedaulatan pangan,” imbuhnya.

Moeldoko menyampaikan kata kunci untuk menuju kedaulatan pangan. "Semuanya akan bisa kita capai melalui semangat holobis kontul baris," lanjut dia meminjam istilah Presiden Soekarno.

Dimana peran negara, pemerintah dan masyarakat, terutama kalangan mahasiswa, bergotongroyong membanting tulang dan memeras keringat bersama untuk mewujudkan cita-cita bangsa.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini